Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATA KULIAH PENGAUDITAN I

SAP 4: LAPORAN AUDITOR


DOSEN: MADE YENNI LATRINI, SE., MSi., Ak
KELAS A3

OLEH:
DEWA GEDE AGUS NARAYANA 1306305041
I KADEK JATI ASMARA

1306305081

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

4.1

STANDAR PELAPORAN
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar ini mengharuskan auditor untuk mengidentifikasi
dan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai criteria yang dipakai untuk
mengevaluasi asersi-asersi yang dibuat manajemen. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984
maupun Standar Akuntansi Keuangan sebagai pengganti PAI, sehingga perkembangan dunia
bisnis yang pesat menuntut dunia akuntansi untuk selalu menyesuaikan diri dan mengembangkan
diri.
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. Konsistensi
merupakan suatu konsep di dalam akuntansi yang menuntut diterapkannya standar secara terusmenerus, tidak diubah-ubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan misalnya agar laporan
keuangan dapat menyajikan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya dan untuk
menghindari informasi yang menyesatkan. Konsistensi sangat diperlukan untuk mendukung
komparabilitas laporan keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya. Bila laporan
keuangan telah menerapkan konsistensi sebagaimana mestinya maka laporan audit tidak perlu
menyebutkan frase konsistensi ini.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit. Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan
sebagai pendukung dan pelengkap laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan maupun bentuk pengungkapan lainnya.
Laporan audit tidak perlu menyatakan hal ini apabila pengungkapan informative telah memadai.
Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyatakan. Dalam semua
hal auditor berkaitan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan auditor jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
Standar ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tentang tingkat tanggung jawab
yang dipikul auditor bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor harus
menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang tidak
diaudit tetapi namanya dikaitkan dengan laporan keuangan tersebut. Auditor juga harus

menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya meskipun seandainya melakukan


beberapa prosedur audit apabila ia tidak independen terhadap klien.
4.2 JENIS-JENIS LAPORAN AUDITOR
4.2.1 Laporan Audit Bentuk Baku
Laporan audit bentuk baku memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam hal ini
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas suatu satuan usaha sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (Jusup, 57:2001). Laporan ini dirancang untuk
memisahkan secara jelas antara tanggung jawab manajemen dengan auditor (Darmawan: 2012).
Unsur pokok laporan audit bentuk baku (Darmawan: 2012), Auditor:
1. Judul laporan yang berbunyi Laporan Auditor Independen.
2. Pihak kepada siapa laporan audit ditujukan.
3. Paragraf pengantar, menyangkut pernyataan yang menyangkut apa saja yang telah diaudit
dan pernyataan mengenai perbedaan tanggung jawab auditor dan manajemen.
4. Paragraf lingkup audit, menyangkut pernyataan auditor melaksanakan audit sesuai standar
auditing yang telah ditetapkan dan pernyataan rencana auditor untuk melakukan audit agar
tidak terjadi salah saji material. Pernyataan yang telah auditor laksanakan mengenai
pemeriksaan bukti-bukti mendukung diungkapkan berdasar pengujian, penilaian prinsip
akuntansi yang digunakan manajemen, penilaian penyajian laporan keuangan keseluruhan.
Pernyataan yakin dari auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat.
5. Paragraf pendapat, pernyataan mengenai laporan keuangan yang disebut dalam paragraph
lingkup audit disajikan secara wajar.
6. Tanda tangan, nama, dan nomor register Negara auditor.
7. Tanggal diselesaikannya pekerjaan audit.
Laporan audit baku diberikan dalam kondisi (Darmawan: 2012):
1. Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan.
2. Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan dengan bukti
yang cukup.
3. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi umum.
4.2.2 Laporan Audit Standar
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan berisi pendapat
wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi manajemen atas pengendalian internal
wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat diterapkan apabila auditor telah memeriksa tidak ada

kelemahan material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menerbitkan laporan audit ini, meliputi (Darmawan: 2012):
1. Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen.
2. Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak terdapat
ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan pada periode
berikutnya.
4.2.3 Laporan Audit Keuangan
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh auditor
independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai laporan keuangan yang
dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit ini atas permintaan akan jasa pengauditan oleh
para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu saja akan menciptakan pasar bagi auditor
independen (Darmawan: 2012). Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor
melakukan audit atas laporan mereka atas dasar:
1. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen
sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan.
2. Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam laporan
tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan terbukti
kewajarannya.
3. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan kualitas
laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau belum.
4. Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan kemampuan
auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan menekan risiko
informasi.
Manfaat ekonomis audit laporan keuangan meliputi:
1.
2.
3.
4.

Meningkatkan kredibilitas perusahaan


Meningkatkan efesiensi dan kejujuran
Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
Mendorong efesiensi pasar modal

Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi:


1. Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya pengujian serta
ketidakakuratan data pendukung yang menjadi sampel.
2. Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan audit akan memberikan
keraguan bagi pemakai laporan keuangan terhadap keakuratan data yang diaudit. Apabila

auditor juga terlalu lama melakukan audit, mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh
tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca dan berdampak pada laporan
keuangan.
Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti yang ada untuk
menilai kewajaran laporan keuangan sudah sesuai dengan kenyataannya. Tahapan audit laporan
keuangan (Darmawan: 2012), yaitu:
1. Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor belum mengenal klien.
2. Auditor membuat perencanaan audit untuk melakukan audit dan mengkoordinasikan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan audit.
3. Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti mengenai efektivitas
pengendalian intern dan memberikan dasar bagi pemberian pernyataan mengenai
kewajaran laporan keuangan klien.
4. Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar pekerjaan lapangan.
5. Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia temukan.
4.3

Persyaratan Masing-Masing Auditor


Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak

dipercaya atau tidaknya laporan pertanggungjawaban manajemen. Penilaian baik adalah


penilaian dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli (kompeten) dan cermat (due care)
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas penilaian, pelaku audit (auditor)
baik secara pribadi maupun institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditi), dan
untuk menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya. Sedangkan kecermatan
dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan sesuai
standar dan kode etik, dan supervisi yang diselenggarakan secara aktif terhadap tenaga yang
digunakan dalam penugasan (Anonim: 2011).
4.3.1 Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
1. Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan
dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang auditor memiliki
latar belakang pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi)
dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang

bersangkutan berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan


audit. Jika auditor menugaskan orang yang kurang/belum berpengalaman, orang tersebut
harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
2. Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3. Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang pendidikan dan
memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan standar akuntansi yang
berlaku. Demikian pula dengan auditor yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia
harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya,
baik cara melaksanakannya maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian.
Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, dia (auditor) wajib
menggunakan tenaga ahli yang sesuai.
4.3.2 Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab
atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan
agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga
pelaksanaan dan hasil auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang
dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan (infact) dan dalam penampilan (in
appearance). Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang
tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Sedangkan, independensi dalam penampilan ditunjukkan
oleh keadaan luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain terhadap independensi auditor.
Contoh penampilan yang dapat mempengaruhi pendapat orang terhadap independensi auditor,
apabila dia (auditor) sering tampak makan-makan atau belanja bersama-sama dengan dan
dibayari oleh auditinya. Walaupun pada hakekatnya (in fact) auditor tetap memelihara
independensinya, kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak citra independensinya di mata
publik. Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan. Tetapi juga dari sisi pekerjaan. Misalnya
suatu Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pada suatu perusahaan atau membantu
perusahaan menyusunkan laporan keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut, Kantor Akuntan
Publik yang bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.
4.3.3 Kecermatan

Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat


(due professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan yang sesuai, serta
memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam. Di samping
itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu yang memadai, organisasinya ditata
dengan baik, terhadap SDM yang digunakan dilakukan pembinaan, diikutsertakan dalam
pendididkan dan pelatihan yang berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan
baik, dan hasil pekerjaannya direview secara memadai. Kecermatan merupakan hal yang mutlak
harus diterapkan auditor dalam pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan akan
berpengaruh pada sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audit yang
dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan bahwa suatu saat dia harus
mempertanggungjawabkan hasil auditnya, termasuk apabila dia tidak dapat menemukan
kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil
mengungkapkannya.
4.4

KRITERIA WAJAR DALAM LAPORAN AUDITOR


Kriteria wajar dalam laporan auditor terdiri dari wajar tanpa syarat, wajar tanpa syarat

dengan paragraph penjelasan, wajar dengan pengecualian, tidak wajar dan tidak memberikan
pendapat (Darmawan: 2012).

4.4.1 Wajar Tanpa Syarat (Unqualified Opinion)


Diterbitkan bila:
1. Seluruh laporan keuangan neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas
telah lengkap.
2. Semua aspek dari ketiga standar umum telah dipatuhi dalam penugasan audit tersebut.
3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan
bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
4. Laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasikan kalimat dalam laporan audit.

4.4.2 Wajar Tanpa Syarat Dengan Paragraf Penjelasan atau Dengan Modifikasi Kalimat
(Unqulified Opinion with Explanatory Language)
Ditambahkan apabila:
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penekanan pada suatu masalah.
Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

4.4.3 Wajar Dengan Pegecualian (Qualified Opinion)


Diterbitkan bila:
1. Pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara
wajar.
2. Jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut bersifat
material.
3. Auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan dalam
standar profesional akuntan publik.
4. Pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik oleh klien maupun oleh kondisi yang
ada, yang mencegah auditor untuk melaksanakan proses audit secara lengkap.
4.4.4 Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian.
1. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan
secara wajar atas laporan keuangan.
2. Laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
3. Ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya tidak dapat dikumpulkan.
4. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor informasi yang disajikan
klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat
dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
4.4.5 Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)
Disebabkan beberapa kondisi:
1. Adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian
karena auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
2. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar
adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya

ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak


memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Persyaratan Menjadi Auditor. http://desy.blog.com/2011/04/30/persyaratan
menjadi-auditor/ [Diakses pada tanggal 11 Maret 2013]
Azizah. 2012. Auditing. http://azizah79.blogspot.com/2012/04/auditing.html

[Diakses

pada

tanggal 11 Maret 2013]


Darmawan, Hendry. 2012. Laporan Auditor. http://demonkamikazetuit.blogspot.com/2012/04/
laporan-auditor.html [Diakses pada tanggal 11 Maret 2013
Jusup, Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Buku 1. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

Anda mungkin juga menyukai