Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolic yang berlangsung
kronik dimana penderita diabetes tidak mampu untuk memproduksi insulin dalam
jumlah yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif
sehingga terjadilah kelebihan gula dalam darah atau hiperglikemia dan baru akan
dirasakan apabila telah terjadi komplikasi lanjut pada organ lain (PAPDI, 2013).
Prevalensi DM di United states sekitar 8% dari jumlah populasi. Jumlah
penderita DM di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya dimana saat ini
diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau 1 dari 40 penduduk
(PAPDI, 2013). Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007,
diperoleh bahwa DM menjadi penyebab kematian ke 2 pada penduduk kota (14,7%)
dan peringkat ke 6 pada penduduk pedesaan (5.8%) (Depkes, 2014). Amaerican
Diabetes Association menyebutkan bahwa sekitar 12 25 % pasien DM menjalani
perawatan di rumah sakit. Dan sekitar 25 % akan mengjalani pembedahan atau
operasi. Seiring dengan meningkatnya pasien DM yang membutuhkan operasi dan
peningkatan faktor risiko untuk terjadinya komplikasi maka diperlukan penanganan
dan manajemen glukosa darah preoperasi. Mortalitas pada pasien diabetes 5 kali lebih
banyak dari pada pasien nondiabetik yang menjalani pembedahan. Komplikasi lain
yang dapat terjadi pada pasien DM adalah miokardial iskemik baik operasi cardiac
atau noncardiac. Kontrol glukosa darah preoperasi dapat mencegah terjadinya
komplikasi pada saat perioperasi maupun postoperasi (Medscape, 2014)
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELITUS
1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
2.
mengidentifikasi
proses
autoimun
yang
menyebabkan
4) Endokrinopati
seperti
sindrom
cushing,
akromegali
dan
feokromositoma
5) Obat obatan atau bahan kimia seperti steroid dan tiazid
6) Infeksi seperti rubella
7) Bentuk umum dari diabetes yang berhubungan dengan imunitas,
seperti jenis terkait dengan antibody insulin reseptor.
8) Sindrom genetic langka lainnya yang berhubungan dengan
diabetes, seperti sindroma klienefelter dan sindrom down (Khatib,
3.
2006) .
Kriteria diagnosis
Gejala klinis khas diabetes mellitus terdiri dari poliuri, polifagia,
polidipsi dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Sedangkan gejala
klinis yang tidak khas antara lain lemas, kesmutan, luka yang sulit sembuh,
gatal, mata kabur, difungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui cara berikut :
Table 1. Kriteria diagnosis DM
1
Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11.1
mmol/L)
Glukosa plasma seqaktu merupakan hasil pemeriksan sesaat pada
2
4.
Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologis
a.
Biguanid
Golongan biguanid yang sering digunakan adalah metformin.
Konsentrasi metformin dalam usus dan hati meningkat tidak di
3
merangsang chanel K yang tergantung pada ATP dari sel beta pancreas.
Glinid
Mekanisme kerja obat ini melalui reseptor SUR dan mempunyai
struktur yang mirip dengan sulfonylurea bedanya masa kerjanya lebih
yaitu memenuhi
infuse kontinyu. Pada pasien yang memiliki ketergantungan pada insulin (DM tipe
1) dianjurkan untuk mengurangi dosis insulin waktu tidur malam sebelum waktu
operasi untuk mencegah terjadinya hipoglikemia. Adapun langkah langkah
pemberhentian terapi preoperasi pada pasien Dm sebagai berikut :
1) Semua pengobatan umum seharusnya diteruskan sampai waktu pagi
hari operasi
2) Metformin seharusnya dihentikan 2 hari sebelumoperasi mayor
karena dapat menyebabkan asidosis laktat.
3) Chlorpropramida seharusnya dihentikan 3 hari sebelum operasi
karena masa kerjanya yang memanjang, dapat digantikan dengan
glibenclamid.
4) Glibenclamid seharusnya dihentikan sekurang kurangnya 24 jam
sebelum operasi
5) Periksa glukosa darah preoperasi setiap 4 jam pada DM tipe 1 dan
setiap 8 jam pada DM tipe 2
6) Bila DM sangat tidak terkontrol tetapi keton tidak ditemukan baik
didarah maupun urine, dapat dimulai pemberian insulin menurut
sliding scale. Bila keton ditemukan sebaiknya operasi ditunda bila
tidak urgen. Jika operasi tergolong urgen pasien dikelola menurut
pengelolaan operasi mayor pasien DM
7) Secara umum pasien dapat diperkirakan dapat makan dan minum
dalam 4 jam sejak mulai operasi termasuk operasi minor. Semua
operasi selain minor dikategorikan sebagai operasi mayor. Sumber
lain menyebutkan bahwa setiap operasi yang menggunakan general
anestesi termasuk dalam operasi mayor atau operasi lebih dari 1 jam.
8) Pasien DM terkontrol dengan diit harus dimonitor gula darahnya lebih
sering.
9) Hindari penggunaan larutan RL karena laktat dapat meningkatkan
konsentrasi gula darah (Edward, 2006).
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2014. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21.3
Juta Orang. Jakarta