Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO

STRAY DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWAKELAS X SMA NEGERI 1 TUMPANG
Khairul Yaum
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang
E-mail: khairul.yaum@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning terhadap motivasi dan hasil
belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Tumpang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan lembar motivasi belajar dan tes
hasil belajar yang dianalisis menggunakan Anakova. Hasil penelitian
ini menunjukkan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning berpengaruh
terhadap meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Two Stay Two Stray, Contextual Teaching and
Learning, motivasi belajar, hasil belajar
Abstract: This study aims to investigate the effect of cooperative
learning model two stay two stray with contextual teaching and
learning approach on students motivation and achievement of class
X SMA Negeri 1 Tumpang. The datas are obtained by using sheat of
motivation and achievement test are analyzed using Anacova. The
result of study showed cooperative learning model Two Stay Two
Stray with Contextual Teaching and Learning approach affecting an
increasing motivation and learning outcome.
Keywords: Two Stay Two Stray, Contextual Teaching and Learning,
learning motivation, learning outcome
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa
agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya sehingga
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi
secara cukup atau memadai dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2003). BSNP
(2006) menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dengan mengoptimalkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, dan
bertanggung jawab. Pendidikan mencakup berbagai macam ilmu pengetahuan,
salah satunya adalah Biologi.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dibahas pada lingkup
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Yustini dan Mariani (2005) menyatakan bahwa

Biologi lebih menekankan pada kegiatan belajar mengajar, mengembangkan


konsep dan keterampilan proses siswa melalui berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan. Namun pada kenyataannya,
pembelajaran Biologi yang dilakukan saat ini masih banyak menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) tanpa
kurang memperhatikan aktivitas siswa, sehingga berimbas pada motivasi dan hasil
belajar. Hal tersebut tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang kegiatan pembelajarannya diharapkan berpusat pada siswa (student
center) (BSNP, 2006).
Pembelajaran perlu memperhatikan interaksi dan kerjasama antara siswa
dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Hal ini diharapkan dapat memotivasi
siswa untuk belajar yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Salah satu yang dapat memunculkan kondisi tersebut adalah
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa, interaksi, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan
motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan mampu
bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil sehingga mendapatkan
penghargaan (Yustini dan Mariani, 2005). Terdapat beberapa model pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan guru dalam kelas, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS).
Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar secara leluasa dengan
bekerjasama dalam kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memiliki
beberapa kelebihan, antara lain: (1) dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan;
(2) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna; (3) lebih berorientasi
pada keaktifan; dan (4) membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar (Lie,
2002). Penerapan model pembelajaran kooperatif perlu memperhatikan aspek
pendekatan yang diterapkan. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dengan
memperhatikan motivasi siswa adalah pendekatan kontektual.
Johnson (2002) menyatakan Contextual Teaching and Learning sebagai
pembelajaran yang didasarkan pada pemikiran bahwa makna materi muncul dari
hubungan isi dan konteksnya. Contextual Teaching and Learning melibatkan
siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan materi
pelajaran yang diperoleh di sekolah dengan konteks kehidupan nyata. Siswa
mempelajari konteks nyata dengan cara mengetahui, melihat, merasakan, bahkan
mempraktekkan langsung suatu kejadian dalam materi tersebut. Keunggulan
Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang berlangsung secara
ilmiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa (Sardiman, 2008).
Pembelajaran yang baik tidak lepas dari pengaruh model pembelajaran
yang diterapkan. Guru yang biasa mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran yang tetap dalam setiap pertemuan akan membuat siswa bosan,
mengantuk, pasif, dan tidak memiliki semangat dalam belajar. Model
pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan untuk memotivasi siswa belajar
yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Sardiman, 2008).
Model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa juga dipengaruhi oleh metode

pembelajaran yang diterapkan. Metode-metode inovatif sangat diperlukan untuk


memotivasi siswa belajar yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa (Sardiman, 2008). Pemilihan dan penggunaan metode inovatif menjadi
tugas pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi yang dilakukan di
SMA Negeri 1 Tumpang menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan sudah
cukup beragam, diantaranya dengan metode ceramah, diskusi, dan praktikum,
serta menggunakan power point berbantuan komputer dan LCD, namun hal ini
kurang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya juga
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Wawancara yang dilakukan terhadap
beberapa siswa menunjukkan bahwa penyampaian materi dengan menggunakan
power point berbantuan komputer dan LCD secara terus menerus terkadang
membuat siswa merasa bosan karena siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi
dengan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan
pembelajaran Biologi terkesan membosankan.
Kurangnya motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa siswa yang
cenderung bermain handphone, mengobrol dengan teman sebangkunya,
menggambar di buku tulis, dan mengantuk. Selain itu hasil belajar Biologi yang
masih rendah dapat ditunjukkan dari dokumen nilai ujian tengah semester (UTS)
untuk mata pelajaran Biologi dimana 75% siswa tidak mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dengan rata-rata nilai 68,00. Hal tersebut dikarenakan
metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional dan berpusat
pada guru. Model dan pendekatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa
diperlukan agar dapat mendukung pembelajaran menjadi lebih baik dan kondusif
sehingga mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa.
METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif bersifat eksperimen
semu (quasy experimental design). Rancangan penelitian yang digunakan adalah
pretest posttest nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tumpang tahun ajaran 2012/2013 yang
terdiri dari 10 kelas dengan jumlah siswa pada setiap kelas 34 siswa. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-3 yang dijadikan sebagai kelas kontrol
dengan jumlah 33 siswa kelas X-6 yang dijadikan sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah 34 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara uji kesetaraan dengan menggunakan nilai ijazah SMP dari kedua
kelas tersebut.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen
perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan terdiri dari silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS).
Instrumen pengukuran terdiri dari lembar keterlaksanaan pembelajaran lembar
motivasi belajar siswa, dan lembar tes hasil belajar siswa.

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berapa data motivasi dan hasil belajar siswa pada
materi dunia tumbuhan (Plantae) dan dunia hewan (Animalia) melalui model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
berupa metode ceramah dan diskusi pada kelas kontrol. Data motivasi belajar
diperoleh dari lembar motivasi belajar yang diberikan pada awal dan akhir
perlakuan, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari pemberian pretest dan
posttest.
Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui uji prasyarat analisis dan uji hipotesis
terhadap data motivasi dan hasil belajar siswa.
1. Uji prasyarat analisis
Uji prasyarat analisis data dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data
apakah data benar-benar terdistribusi normal dan kovariannya homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas ini menggunakan program SPSS 16 for windows berupa Uji
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikasi 0,05. Adapun krtiteria pengujian
untuk uji normalitas adalah sebagai berikut.
Jika menghasilkan nilai probabilitas (Asymp.Sig) < ( = 0.05), maka dapat
dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Jika menghasilkan nilai probabilitas (Asymp.Sig) > ( = 0.05), maka dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan terhadap dua kelompok sampel dimaksudkan
untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang digunakan sebagai sampel
berasal dari populasi yang sama. Uji ini menggunakan program SPSS 16 for
windows berupa Uji Levenes dengan taraf signifikansi 0,05. Adapun krtiteria
pengujian untuk uji normalitas adalah sebagai berikut.
Jika menghasilkan nilai probabilitas (Asymp.Sig) < ( = 0.05), maka dapat
dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Jika menghasilkan nilai probabilitas (Asymp.Sig) > ( = 0.05), maka dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah motivasi dan hasil
belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan
atau tidak setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Jika kedua data tersebut
terdistribusi normal dan homogen, maka analisis statistik yang digunakan adalah
uji anakova menggunakan software SPSS 16.0 for Windows. Adapun kriteria
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning mempengaruhi hasil belajar siswa.
Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning tidak mempengaruhi hasil belajar siswa.
4

HASIL
Data penelitian ini diperoleh dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda,
yaitu kelas X-6 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol yang diajarkan secara
konvensional berupa metode ceramah dan diskusi. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi data motivasi dan hasil belajar siswa. Data motivasi belajar
siswa diperoleh dari lembar motivasi belajar yang diberikan sebelum dan sesudah
perlakuan, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari nilai pretest dan posttest
yang terdiri dari 45 butir soal multiple choice yang diberikan sebelum dan sesudah
perlakuan.
Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa dapat dilihat dari
perolehan indikator yang muncul pada lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh
guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, baik pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa pada
kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan keterlaksanaan
pembelajaran oleh guru dan siswa pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2
yang tertera di bawah ini.
Tabel 1 Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa pada Kelas Eksperimen
Pembelajaran
Indikator yang
Total Indikator
Keterlaksanaan
Muncul
Pembelajaran (%)
Oleh Guru
15
15
100
Oleh Siswa
15
15
100
Rerata
15
15
100
Tabel 2 Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa pada Kelas Kontrol
Pembelajaran
Indikator yang
Total Indikator
Keterlaksanaan
Muncul
Pembelajaran (%)
Oleh Guru
12
12
100
Oleh Siswa
12
12
100
Rerata
12
12
100

Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan model


pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning dan pada kelas kontrol dengan metode konvensional
berupa ceramah dan diskusi dilaksanakan selama enam kali pertemuan dengan
dua pokok bahasan, yaitu dunia tumbuhan (Plantae) dan dunia hewan (Animalia).
Hasil perhitungan keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol selama pembelajaran berlangsung adalah 100%, sehingga dapat
dikatakan pembelajaran yang dilakukan selama penelitian di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol telah sesuai indikator pembelajaran yang direncanakan.
Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dilakukan melalui lima
tahapan persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, evaluasi
kelompok dan penghargaan, serta disesuaikan dengan asas-asas yang terdapat
dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning yaitu konstruktivisme
(constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat

belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan


penilaian nyata (aunthentic assessment).
Uji Prasyarat Analisis
Uji normalitas data dilakukan pada data motivasi belajar awal dan
motivasi belajar akhir siswa untuk motivasi belajar serta pretest dan posttest untuk
hasil belajar siswa. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3 yang tertera di
bawah ini.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Variabel
Nilai Absolut
(D)
Motivasi Belajar Awal
0,123
Motivasi Belajar Akhir
0,112
Pretest Hasil Belajar
0,137
Posttest Hasil Belajar
0,108

Uji Kolmogorov-Smirnov
KolmogorovKeterangan
Smirnov (Z)
1,004
Normal
0,915
Normal
1,122
Normal
0,882
Normal

Taraf
Signifikansi
0,266
0,372
0,161
0,418

Hasil uji normalitas menunjukkan taraf signifikansi motivasi awal sebesar


0,226, motivasi akhir sebesar 0,372, pretest sebesar 0,161, dan posttest sebesar
0,418. Taraf signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa semua
data terdistribusi normal.
Uji homogenitas data dilakukan pada data motivasi belajar awal dan
motivasi belajar akhir siswa untuk motivasi belajar serta pretest dan posttest untuk
hasil belajar siswa. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4 yang tertera di
bawah ini.
Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas
Variabel
Motivasi Belajar Awal
Motivasi Belajar Akhir
Pretest Hasil Belajar
Potstest Hasil Belajar

Nilai F
Hitung
0,417
0,191
0,090
3,731

Derajat
Bebas 1
1
1
1
1

Derajat
Bebas 2
65
65
65
65

Taraf
Signifikansi
0,521
0,663
0,766
0,058

Hasil uji homogenitas menunjukkan taraf signifikansi motivasi awal


sebesar 0,521, motivasi akhir sebesar 0,663, pretest sebesar 0,766, dan posttest
sebesar 0,058. Taraf signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa
semua data terdistribusi homogen.
Uji Hipotesis
1. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Motivasi Belajar
Siswa
Berdasarkan lembar motivasi belajar siswa maka diperoleh data motivasi
belajar awal dan motivasi belajar akhir siswa baik pada kelas kesperimen maupun
kelas kontrol seperti yang tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut ini.
Tabel 5 Ringkasan Deskripsi Data Motivasi Belajar Awal Siswa Berdasarkan Lembar
Motivasi Belajar
Variabel terikat: Motivasi Belajar Awal

Perlakuan 2 Taraf
1 = eksperimen
2 = kontrol
Total

Rata-rata
75,7
75,3

Simpangan Baku
3,08273
2,72888

Sampel
34
33

Tabel 6 Ringkasan Deskripsi Data Motivasi Belajar Akhir Siswa Berdasarkan Lembar
Motivasi Belajar
Variabel terikat: Motivasi Belajar Akhir
Perlakuan 2 Taraf
Rata-rata
Simpangan Baku
Sampel
1 = eksperimen
91,7
3,16701
34
2 = kontrol
81,5
3,90721
33
Total

Berdasarkan Tabel 5 dan 6, maka dibuat diagram batang seperti yang


terlihat pada Gambar 1 yang bertujuan untuk lebih memudahkan memahami
perbandingan nilai rata-rata motivasi belajar siswa baik dari kelas eksperimen
maupun kelas kontrol.

Gambar 1 Diagram Batang Rerata Motivasi Belajar Awal dan Motivasi Belajar Akhir Siswa
berdasarkan Lembar Motivasi Belajar

Hasil rerata nilai motivasi belajar awal siswa pada kelas eksperimen
sebesar 75,7 dan rerata nilai motivasi belajar akhir siswa sebesar 91,7, rerata nilai
motivasi belajar mengalami kenaikan sebesar 21,1%. Hasil rerata nilai motivasi
belajar awal siswa pada kelas kontrol adalah sebesar 75,3, sedangkan nilai
motivasi belajar akhir siswa adalah sebesar 81,5, rerata nilai motivasi belajar
mengalami kenaikan sebesar 8,2%.
Ringkasan anakova hasil uji statistik data motivasi belajar kelas kontrol
dan eksperimen tertera dalam Tabel 7 berikut ini.
Hasil uji anakova terhadap data motivasi belajar siswa diperoleh nilai
signifikansi kelas sebesar 0,000 < 0,05, artinya hipotesis nol ditolak dan hipotesis
penelitian diterima. Sehingga dapat dikatakan model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Siswa yang diberikan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning menunjukkan motivasi belajar yang lebih baik daripada
siswa yang diberikan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan diskusi.
7

Tabel 7 Ringkasan Anakova Hasil Penghitungan Data Motivasi Belajar Awal dan Motivasi
Belajar Akhir Siswa berdasarkan Lembar Motivasi Belajar
Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Nilai F
Taraf
Kuadrat
Bebas
Total
Hitung
Signifikansi
Model Terkoreksi
1735,490a
2
867,745
68,075
0,000
Blok
624,777
1
624,777
49,014
0,000
Motivasi Belajar Awal
3,709
1
3,709
0,291
0,591
Kelas
1711,712
1
1711,712
134,285
0,000
Galat
815,799
64
12,747
Total
506149,974
67
Total Terkoreksi
2551,289
66

2. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan


Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar
Siswa
Data hasil belajar siswa yang diperoleh berdasarkan hasil pretest dan
posttest baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel
8 dan Tabel 9 yang tertera di bawah ini.
Tabel 8 Ringkasan Deskripsi Data Pengukuran Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Hasil
Pretest
Variabel terikat: Pretest Hasil Belajar
Perlakuan 2 Taraf
Rata-rata
Simpangan Baku
Sampel
1 = eksperimen
44,1
6,57653
34
2 = kontrol
42,4
6,09570
33
Total
Tabel 9 Ringkasan Deskripsi Data Pengukuran Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Hasil
Posttest
Variabel terikat: Posttest Hasil Belajar
Perlakuan 2 Taraf
Rata-rata
Simpangan Baku
Sampel
1 = eksperimen
87,1
6,32155
34
2 = kontrol
80,4
3,92631
33
Total

Ringkasan anakova hasil uji statistik data hasil belajar kognitif kelas
kontrol dan eksperimen tertera pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Ringkasan Anakova Hasil Penghitungan Data Hasil Belajar Kognitif Siswa
berdasarkan Hasil Pretest dan Postest
Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Nilai F
Taraf
Kuadrat
Bebas
Total
Hitung
Signifikansi
Model Terkoreksi
902,398a
2
451,199
17,569
0,000
Blok
7260,759
1
7260,759
282,721
0,000
Preetest
168,425
1
168,425
6,558
0,013
Kelas
634,450
1
634,450
24,704
0,000
Galat
1643,628
64
25,682
Total
473024,366
67
Total Terkoreksi
2546,026
66

Hasil uji anakova terhadap data hasil belajar siswa diperoleh nilai
signifikansi kelas sebesar 0,000 < 0,05, artinya hipotesis nol ditolak dan hipotesis

penelitian diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran


kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang diberikan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning menunjukkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa
yang diberikan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan diskusi.
Berdasarkan Tabel 8 dan 9, maka dibuat diagram batang seperti yang
terlihat pada Gambar 2 yang bertujuan untuk lebih memudahkan memahami
perbandingan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

Gambar 2 Diagram Batang Rerata Pretest dan Posttes Hasil Belajar Siswa.

Hasil rerata nilai hasil belajar awal siswa pada kelas eksperimen adalah
sebesar 44,1 dan nilai hasil belajar akhir siswa adalah sebesar 87,1. Kenaikan
rerata nilai hasil belajar siswa yang dicapai pada kelas eksperimen adalah sebesar
97,5%. Hasil rerata nilai hasil belajar awal siswa sebesar 42,3, sedangkan nilai
hasil belajar akhir siswa adalah sebesar 80,4. Sehingga dapat dilihat kenaikan
rerata nilai hasil belajar siswa yang dicapai kelas kontrol adalah sebesar 90,1%.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Motivasi Belajar
Siswa
Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yang
ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan
menggunakan metode konvensional. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut
diantaranya adalah langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif Two Stay
Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching and learning.

Lie (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay


Two Stray memiliki beberapa sintaks selama pembelajaran berlangsung, yaitu
persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, serta evaluasi dan
penghargaan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning memiliki 7 asas yang mendasari pembelajaran, yaitu
konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian nyata (aunthentic assessment) (Sardiman, 2008).
Langkah-langkah dari pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dan asas-asas
yang terdapat pada Contextual Teaching and Learning ini berpengaruh terhadap
meningkatnya motivasi belajar siswa.
Kegiatan awal pembelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada siswa
dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa agar siswa mampu mengkonstruk
pengetahuannya dengan materi yang akan diajarkan dan mengaitkan materi
tersebut dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan persiapan yang
dilakukan guru untuk membagi kelompok secara heterogen secara tidak langsung
akan menarik perhatian, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu siswa
untuk bekerjasama dengan baik. Hal ini memungkinkan siswa yang memiliki
kemampuan kognitif yang berbeda dapat bekerjasama dengan baik dalam bertukar
informasi dengan teman sebayanya dalam satu kelompok untuk memecahkan
permasalahan selama pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Lie (2002) yang
menyatakan bahwa pembentukan kelompok yang heterogen dapat membuat siswa
untuk menerapkan pembelajaran peer teaching, dimana siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dapat mengajari temannya yang kurang mampu.
Langkah pembelajaran berupa presentasi guru mampu menarik perhatian
siswa. Hal ini disebabkan oleh materi pengantar yang disampaikan oleh guru
adalah rambu-rambu yang harus dilakukan siswa selama kegiatan kelompok.
Selama presentasi guru, siswa juga dapat menemukan keterkaitan antara materi
yang disampaikan oleh guru dengan kebutuhan pribadinya dalam memahami
keadaan lingkungan sekitar. Lie (2002) menyatakan bahwa presentasi guru akan
membantu siswa memahami materi sehingga siswa mengerti tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dan lebih termotivasi untuk belajar.
Kegiatan selanjutnya dari model pembelajaran kooperatif Two Stay Two
Stray adalah kegiatan kelompok yang berkaitan dengan asas masyarakat belajar
(learning community) dalam Contextual Teaching and Learning. Kegiatan ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses berfikir
dan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa menjadi narasumber bagi teman
yang lain untuk mempelajari materi pelajaran atau memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. Kedua hal tersebut dapat
menarik perhatian siswa, meningkatkan kepuasan siswa, dan lebih percaya diri
dalam melaksanakan tugas kelompok sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi yang terjadi antar anggota kelompok
selama pembelajaran. Interaksi sosial yang terjadi antar siswa selama
pembelajaran berlangsung mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
(Suprijono, 2010).
Wardhani, dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray mampu
meningkatkan kepuasan dan rasa percaya diri siswa karena adanya interaksi sosial

10

yang terjadi antar siswa untuk memecahkan permasalahan selama pembelajaran.


Selain itu penelitian yang dilakukan Wahyuni (2011 dalam Wardhani dkk, 2012)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Apabila siswa ikut
berpartisipasi aktif, maka akan muncul interaksi positif antar siswa dan antara
guru dengan siswa, sehingga iklim pembelajaran menjadi kondusif.
Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat bekerjasama dalam
membantu memahamkan konsep kepada anggota kelompoknya yang memiliki
kemampuan kognitif rendah dan saling mendengarkan satu sama lain. Hal tersebut
sesuai dengan penyataan Lie (2002) bahwa kegiatan kelompok akan
menumbuhkan motivasi siswa dalam bekerja sama kelompok dan saling
mendorong antar anggota kelompoknya dalam menguasai materi untuk mencapai
tujuan kelompok. Selain itu masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and
Learning menuntut siswa bekerjasama untuk saling memberi dan menerima dalam
memecahkan permasalahan selama pembelajaran, karena dalam masyarakat
belajar siswa bisa saling terlibat, saling membelajarkan, bertukar informasi, dan
bertukar pengalaman (Sardiman, 2008).
Kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung menuntut
siswa untuk mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya melalui kegiatan diskusi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Azal (2009) yang menyatakan bahwa
Contextual Teaching and Learning memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk berkesplorasi pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan
menemukan sendiri pengetahuan yang diperlukan. Sehingga dapat dikatakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata
siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa selama kegiatan
pembelajaran diusahakan dapat bermakna, sehingga siswa mampu memahami
materi dengan baik tanpa harus menghafal. Sardiman (2008) menyatakan bahwa
pengalaman belajar akan masuk dalam memori jangka panjang dan menjadi
pengetahuan baru apabila materi pembelajaran bermakna. Pembelajaran tidak
hanya menyenangkan saat siswa mempelajari materi, tetapi juga dapat bermanfaat
bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari (Suprijono, 2010). Pembelajaran
menjadi bermakna karena siswa mengetahui manfaat dan hubungan konsep yang
mereka pelajari di kelas dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya langkah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray
adalah formalisasi dalam bentuk presentasi beberapa kelompok sebagai
perwakilan. Formalisasi berkaitan dengan asas pemodelan (modelling) dalam
Contextual Teaching and Learning. Kedua hal tersebut mampu meningkatkan
motivasi siswa, baik kepercayaan diri, perhatian, maupun kepuasan. Kepercayaan
diri ditunjukkan dengan antusiasnya setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya. Kepuasan siswa akan muncul melalui pujian dan tambahan nilai
yang diberikan guru kepada kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan siswa
yang aktif dalam kegiatan tanya jawab. Hal ini pada akhirnya mampu menarik
perhatian siswa untuk aktif bertanya dalam kegiatan diskusi. Kegiatan formalisasi
dapat menumbuhkan motivasi siswa dari kelompok lain untuk bertanya kepada

11

kelompok presenter di depan kelas dan mendiskusikannya bersama-sama (Lie,


2002).
Langkah pembelajaran terakhir dari model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray adalah evaluasi dan penghargaan. Kegiatan evaluasi dan
penghargaan dilakukan dengan memberikan kuis secara berkelompok. Kuis
tersebut berisi soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan pada
pertemuan tersebut. Kelompok yang memiliki poin tertinggi berdasarkan kuis
akan diberikan berupa tambahan nilai dan bintang yang dikumpulkan selama
enam kali pembelajaran sebagai penghargaan. Hal ini berkaitan dengan asas yang
terdapat dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning yaitu bertanya
(questioning) dan penilaian nyata (authentic assesment).
Kegiatan bertanya dilakukan sebelum kegiatan kuis dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai beberapa konsep yang belum
dipahami. Selain siswa, guru juga memberikan balikan kepada siswa baik dalam
bentuk menjawab pertanyaan siswa maupun memberikan pertanyaan kepada
siswa. Kegiatan bertanya menurut Sardiman (2008) dimaksudkan untuk
membangkitkan motivasi siswa, merangsang keingintahuan siswa, dan juga untuk
mengetahui penguasaan materi selama kegiatan pembelajaran. Penilaian
dilakukan terhadap kerjasama kelompok dan kemampuan kelompok untuk
menjawab pertanyaan.
Kegiatan evaluasi dan penghargaan dalam model pembelajaran kooperatif
Two Stay Two Stray serta asas bertanya (questioning) dan penilaian nyata
(authentic assesment) dalam Contextual Teaching and Learning akan menarik
perhatian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam
memperoleh nilai. Siswa dalam kelompok yang mampu menjawab pertanyaan
dapat menumbuhkan kepercayaan diri karena dapat berkontribusi kepada
kelompoknya. Selain itu kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dari kuis akan
merasa puas atas kerja keras seluruh anggota kelompoknya. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Lie (2002) bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi siswa
untuk mempertahankan hasil kerjanya atau bahkan meningkatkannya dan
menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi supaya dapat memiliki prestasi
belajar seperti kelompok lain.
Asas yang cukup penting dari pendekatan contexual teaching and learning
adalah refleksi. Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran, kegiatan ini
dimaksudkan agar siswa dapat menuliskan segala macam bentuk kesulitannya
selama kegiatan pembelajaran. selain itu kegiatan refleksi juga memberikan
keleluasaan kepada siswa untuk menuliskan apa saja yang diperoleh dan yang
diharapkan selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru memahami
mengenai kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran sehingga dapat
diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.
2. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar
Siswa
Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan
dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut menunjukkan adanya

12

perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan menggunakan model


pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan menggunakan metode
konvensional. Langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif Two Stay
Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching and learning
berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.
Langkah awal dari model pembelajaran kooperatif adalah persiapan.
Kegiatan ini termasuk didalamnya pembagian kelompok oleh guru. Pembagian
kelompok dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan aspek heterogenitas
yang mampu membantu terbentuknya interaksi sosial antar siswa selama
pembelajaran berlangsung. Terbentuknya kelompok secara heterogen diharapkan
akan terjadi interaksi sosial antara siswa yang memiliki tingkat kognitif yang
berbeda. Interaksi sosial antar siswa yang memiliki tingkat kognitif yang berbeda
memungkinkan terjadinya kerjasama dan saling mendukung dalam meningkatkan
hasil belajar kognitif. Sehingga dengan adanya interaksi sosial tersebut, hasil
belajar kognitif bukan hanya menjadi milik siswa yang berkemampuan kognitif
tinggi, tetapi juga bagi siswa yang memiliki tingkat kognitif yang rendah.
Miswadi, dkk (2010) menyatakan bahwa Contextual Teaching and
Learning dimksudkan untuk menghilangkan dominasi siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan kepada
siswa baik yang memiliki kemampuan akademik tinggi maupun siswa yang
memiliki kemampuan akademik rendah dalam bekerjasama. Hal tersebut juga
didukung oleh pernyataan Nurhadi (2003 dalam Miswadi dkk, 2010) bahwa
Contextual Teaching and Learning menyarankan hasil belajar yang diperoleh
adalah dari kerjasama dengan orang lain dalam kelompok belajar.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah presentasi guru. Presentasi guru
dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui materi apa saja yang akan dipelajari
selama pembelajaran berlangsung. Hal ini nantinya akan menjadi patokan siswa
untuk membahas materi penting selama kegiatan diskusi kelompok. Siswa yang
sudah memahami mengenai materi penting yang akan dibahas pada pembelajaran
diharapkan dapat tersimpan dalam memori jangka panjang sehingga tetap diingat.
Kegiatan presentasi guru dapat membantu siswa untuk memahami materi yang
akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang dilaksanakan (Lie, 2002).
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada
pembelajaran sains (Thompson dalam Yusuf, 2005). Selama pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu
satu sama lain. Kegiatan tersebut dapat membantu terjadinya interaksi sosial antar
siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang berbeda. Melalui pembelajaran
kooperatif seorang siswa dapat menjadi sumber bagi siswa yang lain dalam (Wena
2009 dalam Fitriyah dkk, 2012). Interaksi sosial yang terjadi antara siswa yang
memiliki tingkat kognitif yang lebih tinggi memungkinkan dapat membantu siswa
yang memiliki tingkat kognitif rendah untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini
sejalan dengan Yusuf (2005) yang menyatakan pembelajaran kooperatif memiliki
dampak positif bagi siswa yang memiliki hasil belajar rendah untuk meningkatkan
hasil belajarnya secara signifikan. Winkel (2005) juga menjelaskan bahwa
pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa secara langsung akan memberikan
dampak yang besar terhadap materi yang diterima oleh siswa, sehingga siswa
dapat menyimpan dan mengingat materi yang sudah diperolehnya dengan baik.

13

Selama kegiatan kelompok yang merupakan langkah dari pembelajaran


kooperatif Two Stay Two Stray, siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
dan terlihat aktif yang ditunjukkan dengan adanya keterlibatan selama
pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan asas dari pendekatan Contextual Teaching
and Learning yaitu masyarakat belajar (learning community) yang dimaksudkan
agar siswa dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran melalui
kerjasama dan komunikasi dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan contextual teaching and melatih siswa untuk berkomunikasi multi
arah, yaitu antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kedua hal ini dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar dapat dilihat
dari keaktifan selama diskusi dan pembagian tugas sebagai tamu dan penerima
tamu. Selama kegiatan diskusi, siswa terlihat aktif berdiskusi untuk membahas
topik yang diberikan oleh guru. Kegiatan bertamu mampu membuat siswa
berkomunikasi dengan baik terhadap anggota kelompok lain. Sedangkan siswa
yang bertugas sebagai penerima tamu juga mampu menjelaskan topik yang
dibahas kepada tamu dari kelompok lain. Fitriyah, dkk (2012) menyatakan bahwa
kegiatan bertamu melatih siswa untuk berkominikasi dan melatih keberanian
berbicara. Kegiatan kelompok yang dilakukan menuntut siswa untuk
berpartisipasi aktif untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran.
Aktifitas yang dilakukan siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Fitriyah, dkk (2012) menjelaskan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran to stay two stray berupa diskusi kelompok awal, diskusi dengan
kelompok bertamu, menyampaikan informasi kepada tamu, menyampaikan
informasi kepada kelompok awal, dan mencatat hal penting dalam pembelajaran
akan membantu siswa memahami materi dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Qomariah (2010 dalam Fitriyah dkk, 2012)
bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
Selanjutnya dari langkah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two
Stray adalah formalisasi yang berkaitan dengan asas pemodelan (modelling)
dalam contextual teaching learning. Kegiatan ini disajikan dalam bentuk
presentasi oleh beberapa kelompok sebagai perwakilan, sedangkan kelopok lain
bertugas menganggapi, baik dalam bentuk masukan maupun pertanyaan. Kedua
hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan
meningkatnya kemampuan siswa yang memiliki tingkat kognitif rendah untuk
berkomunikasi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anggota dari
kelompok yang lain dengan baik.
Langkah pembelajaran terakhir dari model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray adalah evaluasi dan penghargaan. Evaluasi yang diberikan berupa
kuis yang berisi soal-soal terkait dengan materi yang telah dipelajari. Semua siswa
tanpa terkecuali berhak menjawab pertanyaan yang diajukan untuk memberikan
kontribusi nilai kepada kelompoknya sebagai penghargaan. Langkah
pembelajaran ini berkaitan juga dengan salah satu asas dari pendekatan
Contextual Teaching and Learning yaitu bertanya (questioning) dan penilaian
nyata (authentic assesment). Kedua hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar

14

siswa yang dibuktikan dengan antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan


yang diajukan selama kuis berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang
telah didiskusikan selama pembelajaran mampu dipahami siswa dengan baik.
Keaktifan siswa tersebut disebabkan struktur kerjasama kelompok dalam
model pembelajaran Two Stay Two Stray berbeda dengan struktur kerja sama
kelompok yang biasa dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok dengan
jumlah anggota delapan orang. Jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan
tugas tidak terlaksana dengan baik karena hanya akan ada sebagian kecil siswa
yang bekerja dalam kelompok, sementara siswa yang lain menggantungkan diri
pada siswa yang aktif mengerjakan tugas. Marno dan Idris (2008) menyatakan
bahwa variasi pembelajaran bertujuan agar siswa tidak bosan. Siswa memiliki
keterbatasan tingkat konsentrasi sehingga membutuhkan suasana baru yang
membuat mereka fresh dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
Perbedaan hasil belajar kognitif yang cukup signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh kelemahan dari pembelajaran
konvensional yang diajarkan pada kelas kontrol. Ketika guru menjelaskan materi,
beberapa siswa terlihat bosan dan tidak bersemangat untuk menyimak penjelasan
dari guru dengan baik. Siswa yang merasa kesulitan atau kurang memahami
materi yang disampaikan oleh guru enggan untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat. Komunikasi yang terjadi hanya antara guru dengan siswa menjadikan
pembelajaran secara konvensional kurang efektif. Selain itu proses pembelajaran
yang menuntut guru untuk menenangkan siswa yang ramai selama pembelajaran
berlangsung cukup menyita waktu untuk menyampaikan materi, sehingga pada
akhirnya materi pelajaran tidak tersampaikan dengan baik.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harsanto (2007) bahwa model
pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru menjadi sumber belajar,
kurang efektif. Kelemahan lain dari metode ini adalah interaksi yang terjadi
selama pembelajaran berlangsung hanya terjadi antara guru dengan siswa tanpa
adanya interaksi dinamis yang melibatkan interaksi antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain. Hal ini menjadikan guru memiliki peranan utama dalam kegiatan
pembelajaran di kelas yang menyebabkan cara berpikir siswa menjadi pasif, yang
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh hasil belajar siswa.
Pencapaian hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan.
Pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two
Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning membuat siswa tidak
hanya berinteraksi dengan guru tetapi juga dengan berinteraksi sesama siswa
dengan mengetengahkan peran sebagai tamu dan penerima tamu, siswa belajar
untuk bersosialisasi sekaligus berbagi ilmu dengan temannya. Adanya kerjasama
kelompok menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif. Nasution (2002 dalam
Fitriyah dkk, 2012) menyatakan bahwa belajar kelompok itu bisa efektif apabila
setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, berpartisipasi, dan
bekerjasama dengan individu lain secara efektif, sehingga setiap anggota merara
puas dan akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar.
Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan model

15

pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual


Teaching and Learning memberikan pengaruh besar terhadap pemahaman siswa
terhadap materi sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan
dengan penelitian Irwandi (2009) dan Sakdiyah (2009) yang menunjukkan bahwa
Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa. Selain itu penelitian Oka (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memperkuat daya
ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Model pembelajaran kooperatif two stay two stray dengan pendekatan
contextual teaching and learning berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi
belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Tumpang. Perbedaan motivasi belajar
siswa dikarenakan adanya pengaruh langkah pembelajaran two stay two stray
dan asas pendekatan contxtual teaching and learning.
2. Model pembelajaran kooperatif two stay two stray dengan pendekatan
contextual teaching and learning berpengaruh terhadap menignkatnya hasil
belajar siswa belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Tumpang. Perbedaan hasil
belajar dikarenakan adanya pengaruh langkah pembelajaran two stay two stray
dan asas pendekatan contxtual teaching and learning.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka diajukan saran sebagai berikut.
1. Perlu adanya perencanaan yang baik oleh guru untuk mempersiapkan
pembelajaran sehingga dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
2. Penilaian motivasi belajar sebaiknya dilakukan pada setiap kali pertemuan
untuk lebih memahami motivasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh perlakuan
yang diberikan. Penilaian hasil belajar sebaiknya mencakup tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Para peneliti dapat melanjutkan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif two stay two stray dengan pendekatan contextual
teaching and learning untuk bahasan materi yang lain dan untuk mengukur
kemampuan atau keterampilan yang lain seperti aktivitas, berpikir kritis,
metakognitif, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab, dan lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN
Azal, A. Q. 2009. Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi Belajar Kooperatif
TGT untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar.
Jurnal Pendidikan Biologi, Volume 1, No. 1, Hal. 1-14.
BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.

16

Fitriyah, Nur. I., Eling P., dan Chasnah. 2012. Efektivitas Kooperatif Two Stay
Two Stay terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Unnes Journal of
Biology Education, (Onlline), Vol. 1 (2): 33-37,
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/download/1147/1113&s
a=U&ei=NlrpUfrkIsPmrAfAxoGYCA&ved=0CDAQFjAI&usg=AFQjCNG
pUgzTnQlDgCYXld3W4DX-FLJjXg), diakses pada tanggal 25 Juni 2013.
Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: UI Press.
Harsanto, R. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis: Paradigm Baru
Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Irwandi. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi
melalui Strategi Inkuiri dan Masyarakat Belajar pada Siswa dengan
Kemampuan Awal Berbeda terhadap Hasil Belajar Kognitif di SMA Negeri
Kota Bengkulu. Jurnal Kependidikan Triadik, Volume 12, No. 1, Hal. 33-43.
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Diterjemahkan oleh Ibnu
Setiawan. MLC: Jakarta.
Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: PT. Gramedia.
Marno dan Idris. 2008. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Miswadi, S. S., Nanik W., Lailu I. F. 2010. Pengaruh Penggunaan Metode
Preview, Question, Read, Summarize, and Test melalui Pendekatan
Contextual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, (Online), Vol. 4 (1): 557-565,
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/s2ekonomi/article/download/1905/140
6&sa=U&ei=yGPpUdexGcONrgebuoHoCw&ved=0CBsQFjAB&usg=AFQ
jCNFlj4BEhI1kLvOB04PdZhfiBNLzNw), diakses pada tanggal 25 Juli
2013.
Oka, A. A. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP Melalui
Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Bioedukasi Volume 2, Nomor 1, Hal. 8191.
Sakdiyah. 2009. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas II IPS dalam Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 8
Banda Aceh. Jurnal Serambi Ilmu, Volume 7, No. 1, Hal. 34-40.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Perkasa.
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM.

17

Wardhani, I. Y., Sajidan, Maridi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran kooperatif


Tipe Two Stay Two Stray disertai Media Audio-Visual untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 7
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, (Online),
Vol. 4 (1): 40-55,
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bio/article/download/1404/985&sa=U
&ei=OUfpUbzFM7RrQf8vICABQ&ved=0CB0QFjAB&usg=AFQjCNGAWO0wo2lG1L
dBVr-pteOwG90x0w), diakses pada tanggal 25 Juni 2013.
Yustini, Y., dan Mariani N. 2005. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi
Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 17
SLTP Negeri 20 Pekanbaru. Jurnal Biogenesis, (Online), Vol. 2(1):8-12,
(http://biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/2%20yustini-UPAYA
%20PENINGKATAN%208-12.pdf), diakses 9 Januari 2013.
Yusuf. 2005. Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif
(JIGSAW). http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf, diakses tanggal 24
Mei 2013.
Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

18

Anda mungkin juga menyukai