Peran Dokter Di Bidang Forensik
Peran Dokter Di Bidang Forensik
Oleh
Kelompok UNEJ 1
BAB I
PENDAHULUAN
yaitu memberikan
bantuan terhadap penegakan hukum dan keadilan (medical for law). Seperti juga
hak kehidupan, kesehatan, kesembuhan maka keadilan dan perlindungan hukum
merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi dan dilindungi oleh negara.
Salah satu cabang ilmu kedokteran yang begitu akrab dengan permasalahan
penegakan hukum dan keadilan adalah ilmu kedokteran forensik. Penegakan
hukum di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran kedokteran forensik. Hal ini
tampak dari berbagai macam bantuan yang dapat diberikan oleh kedokteran
forensik dalam mengungkap suatu tindak pelanggaran hukum. Kata Forensik
berasal dari Forum yang berarti pasar. Pada zaman Romawi kuno pasar
digunakan sebagai tempat pengadilan. Dari istilah ini kemudian berkembang
pengertian bahwa ilmu kedokteran forensik merupakan cabang ilmu kedokteran
yang mempergunakan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk membantu
penegakan hukum dan keadilan.3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Definisi
Ada beberapa pengertiaan yang dikemukakan oleh ahli kedokteran forensik,
2.2
Lingkup Pelayanan
Pelayanan di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dalam
beberapa kasus masih diperlukan disiplin ilmu lain. Di bidang kesehatan bantuan
tersebut dapat mencakup Patologi Forensik, Psikiatri Forensik, Toksikologi
Forensik, Antopologi Forensik, Odontologi Forensik dan Radiologi Forensik
yaitu. Jurusan Biologi yang dekat dengan ilmu kedokteran yaiu Entomologi
Forensik yang dalam dua decade ini menunjukkan peranan yang meningkat.
Patologi forensik adalah pengetahuan tentang pemeriksaan kelainan pada jaringan
tubuh oleh karena kekerasan atau mati tiba-tiba untuk kepentingan pengadilan.
Psikiatri Forensik tentang pembuktian adanya kelainan jiwa pada tersangka.
Toksikologi Forensik adalah peristiwa keracunan yang berhubungan dengan
peristiwa pidana. Radiologi Forensik yang sudah lama berperan adalah cabang
ilmu kedokteran yang sudah banyak membantu dalam pemeriksaan korban dan
jaringan tubuh menggunakan pengetahuan dan teknologi radiologi. Odontologi
forensik penggunaan pengetahuan ilmu kedokteran gigi untuk kepentingan hukum
dan peradilan terutama dalam identifikasi. Entomologi Forensik adalah
pengetahuan tentang serangga yang berguna untuk masalah forensik. 1
Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang Kedokteran Forensik adalah
dalam rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan :
Apa yang terjadi (what)
Siapa yang terlibat (who)
Di mana terjadi (where)
Kapan terjadi (when)
Bagaimana terjadinya (how)
Dengan apa melakukannya (with what)
Kenapa terjadi peristiwa tersebut (why)
Makin banyak tabir yang dibuka oleh ahli, makin terang peristiwa yang
terjadi, sehingga akan memudahkan para penyidik dan yudex facti memutuskan
perkara secara adil dan diterima mereka yang berperkara.1
Kedokteran forensik sebenarnya suatu ilmu yang dimiliki oleh setiap dokter
karena tanpa terkecuali semua dokter pernah mendapatkan pengetahuan ilmu
kedokteran forensik diwaktu perkuliahan. Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi
dokter untuk tidak memberikan bantuan dalam penegakan hukum dan keadilan.
Satu lagi yang harus diingat bahwa dokter juga dapat menerima sanksi bila tidak
memberikan bantuan tersebut seperti tercantum dalam pasal 224 Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP): Barang siapa yang dipanggil menurut undangundang menjadi saksi ahli atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan
suatu kewajiban menurut undang-undang yang harus dijalankannya dalam
kedudukan tersebut di atas, dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya 9 bulan dan untuk perkara lain dihukum dengan hukuman
selama-lamanya 6 bulan.3
Menurut Prof.Dr.Budi Permana,Sp.F pelayanan di bidang forensik mencakup
kriminalistik yaitu pusat laboratorium Polri dan laboratorium lain, kedokteran
forensik cs yaitu termasuk pelayanan di rumah sakit, fakultas kedokteran negeri,
Ladokpol, Polri, Patologi forensik, Forensik klinik yang mencakup penganiayaan
melalui
pembuktian
ilmiah
termasuk
dokumentasi
terapi, ilmu forensik juga berperan dalam hal non-terapi , yaitu pembuktian. Ilmu
forensik sangat komprehensif mencakup psikososial, yuridis. Akan tetapi forensik
juga tidak bisa dikatakan hukum karena forensik tidak menentukan suata peristiwa
disebut pembunuhan, perkosaan atau mengatakan siapa pelaku. Forensik hanya
memberi petunjuk cara kematian atau pidana atau petunjuk siapa pelaku.6
Ilmu kedokteran forensik mengutamakan prinsip dasar etika kedokteran
meliputi: prinsip tidak merugikan (non maleficence), prinsip berbuat baik
(beneficence), prinsip menghormati otonomi pasien (autonomy), dan prinsip
keadilan (justice). Prinsip tidak merugikan (non maleficence), merupakan prinsip
dasar menurut tradisi Hipocrates, primum non nocere. Jika kita tidak bisa berbuat
baik kepada seseorang, paling tidak kita tidak merugikan orang itu. Dalam bidang
medis, seringkali kita menghadapi situasi dimana tindakan medis yang dilakukan,
baik untuk diagnosis atau terapi, menimbulkan efek yang tidak menyenangkan.7
Prinsip berbuat baik (beneficence), merupakan segi positif dari prinsip non
maleficence. Prinsip menghormati otonomi pasien (autonomy), merupakan suatu
kebebasan bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan
rencana yang ditentukannya sendiri. Di sini terdapat 2 unsur yaitu : kemampuan
untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana tertentu dan kemampuan
mewujudkan rencananya menjadi kenyataan. Dalam hubungan dokter-pasien ada
otonomi klinik atau kebebasan professional dari dokter dan kebebasan terapetik
yang merupakan hak pasien untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya, setelah
mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya. Prinsip keadilan (justice), berupa
perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam situasi yang sama, artinya
menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya kekayaan dan kedudukan
sosial.7
2.4 Prosedur Medikolegal
Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan
pemeriksaan terhadap mayat maka permintaan visum disertai identitas label pada
bagian badan mayat, harus jelas pemeriksaan yang diminta, dan visum tersebut
ditujukan kepada ahli kedokteran forensik atau kepada dokter di rumah sakit.
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli
Pasal 53 UU Kesehatan
(3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan
medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan
yang bersangkutan.
Keterangan Ahli1,2
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan. (pengertian keterangan ahli saecara umum)
Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, keterangan
ahli harus dikemas dalam betuk alat bukti sah.
dokter lebih luas dari tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah
pendidikan, yaitu pengetahuan, psikomotor dan afektif.
Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka
yang bersangkutan akan mampu :
Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi
sesuatu yang berbeda dengan rencana semula
2.6
pasien,
Aktif dan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup
pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien
serta kronologis kejadiaan.
waktu dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan
untuk pemprosesan klaim demi kepentingan hukum.
Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai
saksi ahli di pengadilan (jika diperlukan), termasuk pembuatan visum et repertum
atas permintaan penyidik, pemeriksaan korban mati mendadak, tanda-tanda
kematiaan dan lain sebagainya.
Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah
yang harus dipecahkan secara hukum.
Kompetensi Inti
Seorang dokter umum harus mampu melakukan prosedur pemeriksaan
forensik
klinis
sesuai
masalah,
kebutuhan
korban
dan
sesuai
Tingkat kemampuan 1
Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini,
Tingkat kemampuan 2
Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini
(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi,
dan sebagainya). Selain itu, selama pendidikan pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan keterampilan ini.
Tingkat kemampuan 3
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini
(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan,
komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan pernah melihat atau
pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi. Contohnya:
Pemeriksaan luar Jenazah, termasuk label mayat, sebab-sebab kematian,
tanatologi,menentukan lama kematian dan lain sebgainya.
Tingkat kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini
3.1
Kompetensi Inti
3.2
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengelola masalah-masalah yang sering ditemukan
dalam ilmu kedokteran forensik secara komprehensif, holistik, berkesinambungan,
koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks memberikan pelayanan bantuan
hukum terbaik kepada masyarakat.
Dilihat dari segi pengelolaan masalah kedokteran dan hukum maka lulusan dokter
diharapkan mampu:
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau
mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang
kedokteran forensik di tingkat primer.
11. Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dan peranannya
dalam penegakan hukum dengan menganalisis arsipnya dan rekam medis untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di bidang kedokteran forensik.
Kompetensi Inti
pribadi.
Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokteran.
Kompetensi I
Menerapkan etika profesi Dokter Spesialis Forensik dan mematuhi
prosedur medikolegal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
sebagai Dokter Spesialis Forensik.
Kompetensi II
Menegakkan diagnosis kedokteran Forensik dan medi-kolegal pada korban
hidup maupun mati, menatalak-sana kasus sesuai dengan aspek sosioyuridis dan medikolegal, serta mengkomunikasikan ekspertise yang
dihasilkan kepada pihak yang berwenang, termasuk membuat sertifikasi
forensik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Kompetensi III
Merancang, mengelola, dan mengawasi kegiatan unit kedokteran forensik
dan perawatan jenasah di sebuah institusi pelayanan kesehatan.
Kompetensi IV
Berperan aktif dalam tim kerja penanganan kasus forensik dan dalam tim
etiko medikolegal RS.
Kompetensi V
Berperan sebagai pengajar dan pembimbing dalam bidang Forensik, etik
dan medikolegal sesuai dengan ketentuan perundang2an yang berlaku.
Kompetensi VI
Berperan aktif dalam mengembangkan ilmu kedokteran khususnya dalam
Mampu
melakukan
penggalian
kuburan
tunggal
dan
melakukan
Mampu
melakukan
pemeriksaan
laboratorium
forensik
untuk
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir,Amri.2007.Ilmu
Kedokteran
Forensik.Medan:Bagian
Ilmu
Ilmu
Kedokteran
Forensik
dan
Kedokteran
Indonesia.2006.Standar
Pendidikan
Profesi
Dokter.Jakarta.
8. Konsil Kedokteran Indonesia.2006.Standar Kompetensi Dokter.Jakarta.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Forensik Indonesia.2008.Buku Panduan
Pelaksanaan Program P2KB untuk Dokter Spesialis Forensik.Jakarta.