Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BA
BA
B
B
II
II
Deskripsi Wilayah Studi ini digunakan untuk mengetahui lokasi dimana pekerjaan akan
dilaksanakan. Selain itu Deskripsi Wilayah Studi berguna untuk mengetahui bagaimana
metoda pelaksanaan yang tepat dan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
yang bisa dan tepat untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan.
Kundur
2.
Karimun
3.
Bunguran
4.
Anambas
5.
Sugie
6.
Jemaja
7.
Singkep
8.
Lingga
9.
Bintan
10. Batam
11. dan pulau Rempang
Pada Tahun 1722 - 1911 di Kepulauan Riau terdapat 2 (dua) buah kerajaan penting yaitu
Kerajaan Riau Lingga yang berpusat di Daik Lingga dan Kerajaan Riau Lingga yang
berpusat di Pulau Bintan. Sebelum Treaty of London, kedua kerajaan ini bergabung
menjadi satu dimana daerah kekuasaannya meliputi Johor dan Malaka (Malaysia),
Singapura dan sebagaian kecil Indragiri Hilir sekarang. Ketika itu pulau Penyengat sebagai
pusat kerajaan. Setelah Sultan Riau Meninggal Dunia (1911) maka pemerintahan Hindia
Belanda menduduki Amir-amir sebagai Onder districk thoorden untuk daerah yang agak
kecil dan Districk thoorden untuk daerah yang lebih besar dan dianggap penting.
Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menyatukan wilayah Lingga Riau dengan Indragiri
Hilir untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi 2 (dua) Afdelling yaitu:
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-1
1.
2.
Kewedanan
Tanjungpinang
meliputi
Kecamatan
Bintan
Selatan
(termasuk
3.
4.
Tanjungpinang)
semakin
tenggelam.
Orang
lebih
tahu
Batam
ketimbang
II-2
mengejar kehidupan yang lebih baik. Kepulaun Riau semakin dibicarakan orang ketika
tahun
1999
masyarakatnya
mengadakan
musyawarah
besar.
Musyawarah
yang
diselenggarakan di Hotel Royal Palace (15 Mei 1999) membuahkan tekad (keputusan)
bahwa Kepulauan Riau mesti dimekarkan, baik horizontal maupun vertical. Salah satu
alasannya adalah kondisi geografis yang pada gilirannya membuat rentang kendali
pemerintahan menjadi tidak efektif dan efisien. Pemekaran secara horizontal hampir
semuanya terpenuhi. Karimun yang pada mulanya hanya sebuah kecamatan, kini telah
menjadi sebuah Kabupaten, demikian juga Natuna. Kemudian Tanjungpinang yang pada
mulanya hanya sebuah Kota administratif, kini telah menjadi Kota Otonom. Sedangkan
pemekaran secara vertical (menjadi propinsi) sudah terwujud namun belum ada
penunjukan caretaker Gubernur. Diharapkan setelah pemilu 2004 ini semua yang
diharapkan segenap masyarakat kepri untuk mewujudkan sebuah provinsi utuh tercapai.
2.
3.
4.
Utara
2.
Selatan
3.
Barat
4.
Timur
Kabupaten Kepulauan Riau terdiri dari 7 (tujuh) desa, dimana dari ke tujuh desa tersebut
dibagi dalam 3 (tiga) kecamatan, yaitu:
1.
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-3
Desa Berakit
Desa Pengundang
Dengan tiga kecamatan ini Kabupaten Kepulauan Riau mempunyai luas wilayah sebesar
24.000 Ha yang dibatasi oleh beberapa wilayah sebagai berikut:
1.
Utara
2.
Selatan
3.
Barat
4.
Timur
Selain batas-batas wilayah yang telah disebutkan di atas, Kabupaten Kepulauan Riau
secara fisik dibatasi oleh:
1.
Utara
2.
Selatan
3.
Barat
4.
Timur
1. Topografi
Kondisi topografi Wilayah Ibukota Kepulauan Riau dapat dilihat pada kondisi topografi
Pulau Bintan pada umumnya, karena kondisi topografi tidak berubah dalam jangka
waktu yang sangat lama. Secara umum kondisi topografi di Pulau Bintan cenderung
tidak rata atau berbukit-bukit dengan dominasi kemiringan lahan sekitar 0% sampai
40%.
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-4
2. Geologi
Kondisi geologi Wilayah Ibukota Kepulauan Riau dapat dilihat pada kondisi geologis
Pulau Bintan pada umumnya, karena kondisi geologis tidak berubah dalam jangka
waktu yang sangat lama. Secara umum bentuk batuan di Pulau Bintan termasuk
antara akhir poleozoikum dan tersier. Batuan tertua terdiri dari bahan senyawa yang
berasal dari gunung berapi dan deposit sedimen plastis yang sedikit mengalami
metamorfosa yang dapat dikorelasi dengan pahang vulkanik series Malaysia. Batuan
muda terdiri dari batuan pasir serpih konglomerat yang dapat dikorelasikan dengan
plateau dari pesisir Kalimantan dan terbentuk pada umur tersier bawah. Batuanbatuanya kebanyakan merupakan batuan-batuan metamorf dan batuan beku yang
berumur dari pra tersier, sedangkan penyebaran batuan sedimen sangat terbatas.
4. Klimatologi
Secara umum Kabupaten Kepulauan Riau beriklim tropis basah dengan curah hujan
tinggi dan jumlah hari hujan 110 hari dalam waktu setahun. Suhu berkisar antara
22C sampai 25C dengan kelembaban udara 83% sampai 89%. Kondisi angin pada
umumnya dalam satu tahun terjadi empat kali perubahan angin. Bulan Desember
sampai Februari bertiup Angin Utara, bulan Maret sampai Mei bertiup Angin Timur,
bulan Juni sampai Agustus bertiup Angin Selatan dan bulan September sampai
Nopember bertiup Angin Barat. Angin dari arah Utara dan Selatan yang memiliki
pengaruh besar pada perubahan gelombang laut.
5. Hidrologi
Kondisi hidrologi Pulau Bintan pada umumnya terdiri dari rawa dan sungai. Sungaisungai di Pulau Bintan pada umumnya terdiri dari sungai-sungai kecil dan tidak
dimanfaatkan untuk sumber air bersih atau hanya dimanfaatkan untuk pembuangan
ke rawa-rawa tertentu.
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-5
2.
3.
10 20 meter dan > 20 meter yang berada pada jalur peraira internasional di
sebelah utara Pulau Bintan.
Pesisir Selatan Ibukota Kepulauan Riau hampir bertolak belakang kondisinya dengan
pesisir Timur dan Utara, karena selain terlindung oleh aktivitas angin (baik utara, barat,
timur dan selatan) yang bisa dibuktikan dengan tumbuh suburnya bakau atau mangrov di
sepanjang pesisir, perairannya juga tenang dan tidak terlalu diam sehingga sangat
potensial untuk pengembangan wisata mangrov.
1. Strengths
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-6
1.
2.
Pesisir bagian utara terletak pada perairan internasional dan dekat dengan
Negara Singapura dan Malaysia sehingga memungkinkan untuk pengembangan
pelayaran maritim.
3.
Ketersediaan
lahan
yang
cukup
luas
dan
masih
kosong
untuk
dapat
Pada Pesisir Selatan memiliki wilayah perairan yang tenang dan terlindung dari
musim utara dan barat sehingga mendukung peluang-peluang bisnis di bagian
selatan.
5.
6.
Tersedianya sumber air baku dari beberapa DAS dan waduk Bintan Buyu (DAM
Sekuning)
2. Weaknesses
1.
2.
3.
Sumberdaya manusia yang relatif masih rendah, baik dalam kualitas maupun
kuantitas.
3. Opportunities
1.
2.
3.
Adanya arus relokasi kegiatan wisata (Lagoi dan Bintan Agro Resort) dan industri
(Lobam dan Galang Batang) dari manca negara yang berdekatan dengan Wilayah
Ibukota.
4.
5.
Pemberlakuan pajak barang mewah dan pajak pertambahan nilai di Kota Batam
memberikan peluang pada Ibukota sebagai alternatif daerah investasi.
6.
4. Threats
1.
Eksploitasi bakau oleh pemegang HPH dan pemegang ijin penambangan pasir
laut berdampak pada adanya bahaya kerusakan lingkungan.
2.
Perubahan iklim dan cuaca berupa gelombang laut yang tidak bersahabat pada
saat terjadi musim utara dan musim barat.
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-7
2.
Pengembangan kota, baik dari segi ruang, aktifitas ekonomi, sosial, maupun
budaya.
3.
4.
5.
6.
penetapan
fungsi
Ibukota
sebagai
pusat
pemerintahan
Kabupaten
tersebut,
konsep
pengembangan
ibukota
akan
diarahkan
pada
upaya
penciptaan kota yang modern dalam pengertian penyediaan sarana dan prasarana
kota sesuai dengan standart internasional.
2. Penduduk
Konsep pengembangan penduduk yang direncanakan untuk Ibukota Kabupaten
Kepulauan
Riau
adalah
mengandalkan
faktor
pertumbuhan
non-alamiah
yaitu
Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia yang terampil dan memiliki daya
saing yang tinggi.
2.
3.
II-8
2.
Pembangunan wisata agro, misalnya wisata pada tanaman tahunan (buahbuahan) milik masyarakat pada kaki gunung bintan pada saat musim buahbuahan, wisata kebun buah dengan buah-buahan khas daerah bintan dan
sekitarnya terutama yang sudah/hamir penuh, wisata cagar alam.
3.
pembangunan wisata alam, misalnya pantai dengan pasir puith di trikora, wisata
mangrove/bakau di pesisir selatan ibukota.
4.
5.
dan
makanan
khas
melayu.
Pengembangan
sektor
pariwisata
ini
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-9
(perencanaan) karena pemanfaatan ruang saat ini sebagai masih berupa lahan
kosong. Pemanfaatan lahan direncanakan terdiri dari fungsi lindung dan fungsi
budidaya.
Pemanfaatan
ruang
untuk
Fungsi
Lindung maliputi
sempadan daerah aliran sungai dan danau, pelestarian vegetasi hutan bakau dan
tanaman tahunan di lereng Gunung Bintan.
Pemanfaatan ruangan untuk fungsi budidaya antara lain dimanfaatkan untuk
pemerintah,
permukiman,
perdagangan
dan
jasa,
pusat
pelayanan
maritim,
5. Lingkungan
Pelestarian lingkungan menjadi prioritas utama dalam pengembangan Ibukota
Kabupaten Kepulauan Riau sehingga jelas bahwa daerah alian sungai (DAS),
sempadan pantai dan vegetasi mangrove merupakan kawasan yang tidak boleh
dibangun. Selain itu untuk keperluan pembangunan industri yang bersifat rentan atau
membahayakan lingkungan diperlukan studi kelayakan khusus dan AMDAL.
Dalam hal ini pembangunan Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau akan bersifat
sustainable
development,
yakni
pembangunan
yang
berkelanjutan
dengan
Kabupaten
pertumbuhan
ini
dapat
memacu
perkembangan
perkembangan
pada
pusat-pusat
pusat-pusat
1. Pusat Pemerintah
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-10
kawasan
pusat
perdagangan
dimaksudkan
untuk
menampung
2.
Pesisir selatan dipilih karena aman dari erosi dan abrasi pantai serta gelombang
pada musim utara dan barat.
3.
Aksesibilitas tinggi, akses darat bersinggungan dengan rencana jalan lintas barat
dan rencana jalan poros tengah, akses laut, dekat dengan perairan Teluk Bintan.
4.
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-11
lokomotif
untuk
memacu
perkembangan/pertumbuhan
pada
pusat
2.
Aksesibilitas tinggi, persinggungan dengan rencana jalan lintas barat dan lintas
tengah serta tak terlalu jauh dari CBD (6km).
3.
Lahan
sesuai,
cenderung
rata
dan
ketersediaan
lahan
mencukupi
untuk
Ketersediaan air yang cukup banyak dari Sungai Bintan yang berada dilokasi
100Ha dan dari DAM Sakuning.
5.
Ketersediaan
lahan
yang
cocok
untuk
dikembangkan,
mencukupi
untuk
perkembangan dimasa yang akan datang dan berakses tinggi menarik investor
untuk menanamkan modalnya.
4. Pusat Pariwisata
Ada beberapa kawasan wisata yang direncanakan di Ibukota Kabupaten Kepulauan
Riau antara lain:
1.
daerah
hanya
tinggal
menyediakan
instrumen
peraturan
dan
3.
Wisata Agro
Kawasan wisata agro yang direncanakan berada di lereng Gunung Bintan. Pada
kawasan ini terdapat tanaman tahunan buah-buahan khas Pulau Bintan yang
dapat dinikmati pada musimnya. Selain tanaman tahunan yang sudah ada bisa
ditambah dengan jenis tanaman lain yang dapat dinikmati sepanjang tahun.
4.
Wisata Budaya
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-12
melayu
yang
disebut
Kampong
Melayu
lengkap
dengan
masyarakat, tradisi dan adat instiadatnya. Selain itu ada beberapa tempat
bersejarah yang dianggap oleh masyarakat setempat sebagai tempat Kramat
yang bisa dikunjungi antara lain, makam para penguasa di Kerajaan Bintan dan
Leluhur Masyarakat Bintan.
2.
Gelombang dan angin besar di perairan Berakit dapat diatasi dengan teknologi
yaitu dengan pembuatan pemecah gelombang (Break Water).
3.
4.
Aksebilitas tinggi, akses darat bersinggungan dengan rencana jalan lintas tengah,
akses laut berada diperairan Tanjung Berakit yang berhadapan langsung dengan
perairan Internasional.
5.
Laporan Final
Master Plan Drainase Ibukota Kabupaten Kepulauan Riau
II-13