Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi (Campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda
dari sifat larutan ataupun suspensi.
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Sistem koloid dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari seperti pada pembuatan tahu, yoghurt, eskrim, penjernihan air,
dll.
Perkembangan dari proses pengolahan air minum, telah menghasilkan bahwa
penambahan zat pengendap atau penggumpal (koagulan) dapat ditambahkan sebelum proses
penjernihan (filtrasi). Selanjutnya proses penggumpalan yang ditambahkan dengan proses
pengendapan (sedimentasi) dan penjernihan (filtrasi) serta menggunakan zat-zat organik dan
anorganik adalah merupakan awal dari cara pengolahan air.
Ilmu pengetahuan yang telah berkembang cepat, telah menciptakan atau mendesain
sarana pengolahan air minum dengan berbagai sistem. Sistem pengolahan air minum yang
dibangun tergantung dari kualitas sumber air bakunya, dapat berupa pengolahan lengkap atau
pengolahan sebagian. Pengolahan lengkap adalah pengolahan air minum secara fisik, kimia
dan biologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat sistem koloid dalam proses penjernian air?
2. Apa saja jenis koagulan yang dipakai saat penjernian air?
3. Bagaimana proses penjernian air dengan koloid?
4. Apa saja efek samping penggunaan koagulan?
Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

C. Tujuan
-

Untuk mengetahui hubungan antara sistem koloid bekerja pada proses penjernian air.

Untuk mengetahui unsur koloid apa saja yang mempengaruhi proses penjernian air.

Untuk menngetahui bahan apa saja yang dapat digunakan untuk proses penjernian air

Untuk mengetahui bahan koagulan mana yang memberikan efek samping terkecil

D. Manfaat
-

Siswa dapat mengetahui penerapan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari yang
salah satunya adalah penjernian air.

Siswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh sistem koloid dalam penjernian air.

Siswa dapat mengetahui bahan apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam proses
penjernian air

Siswa dapat memilih cara penjernian air yang paling tepat tanpa adanya efek samping

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penjernian Air
Penjernihan air merujuk ke sejumlah proses yang dijalankan demi membuat air dapat
diterima untuk penggunaan akhir tertentu. Ini mencakup penggunaan seperti air
minum, proses industri, medis dan banyak penggunaan lain. Tujuan semua proses
penjernihan air adalah menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi
kadarnya agar air menjadi layak untuk penggunaan akhirnya. Salah satu penggunaan
tersebut adalah mengembalikan ke lingkungan alami air yang sudah digunakan tanpa
berakibatkan dampak yang buruk atas lingkungan.

B. Sistem Koloid

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

1. Pengertian
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih
zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup
besar (1 - 1000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa
(suspensi).Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,
serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.
Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian
tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

2. Sifat- sifat Koloid


a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikelpartikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.
Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan.
hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat


acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat
padat hanya berosilasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat
(suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid,
maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
c. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di
dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.
e. Koagulasi koloid

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.


Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.
g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara
mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat
dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan
berpisah.
h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

BAB III
ISI

A. Sistem Koloid dalam Proses Penjernian Air


Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi.
Proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid yang disebabkan oleh
penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sedangkan absorpsi adalah
proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang
keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zatwarna, detergen, pestisida, dan
lain-lain.
Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas,
K2SO4A12(SO4)3. Zat A12(SO4 )3 dalam air akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH) 3.
Koloid Al(OH)3 yang terbentuk akan mengadsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan
kotoran-kotoran dalam air keruh. Ion Al3+ dari koloid Al(OH)3 akan menggumpalkan
koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Disamping itu, koloid Al(OH) 3 akan
mengadsorpsi zat-zat lain seperti zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang
terdispersi dalam air keruh tersebut.
B. Jenis Koagulan yang Dipakai Saat Penjernian Air
1. Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan
kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan.
Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal
luas oleh operator water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya
dipasok dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses
pelarutan.
Al2(SO4)3 2 Al+3 + 3SO4-2
Air akan mengalami
H2O H+ + OHSelanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ 3H2SO4
2. Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya
digunakan sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses
pelunakan air dengan lime soda ash.
3. Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime
sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
4. Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate.
Keuntungan penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8
hingga 11.
5. Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
6. Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan
untuk penyimpanan yang terlalu lama.
7. PAC ( poly alumunium chloride )
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi air sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan
dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang
cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH.
Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m
Dimana : n = 2 2,7 <> 0
Dengan

demikian

PAC

menggabungkan

netralisasi

dan

kemampuan

menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun


terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu
pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.
8. Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori
arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari
persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka
permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan
yang aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara
arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan
diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon
aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang
diserap.
9. Activated silica

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium
sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica
memberikan keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan
dosis koagulan, memperluas jangkauan pH optimum dan mempercepat serta
memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan alumunium
dengan dosis 7 11% dari dosis alum.
10. Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah
dan mineral yang rendah.

C. Proses Penjernian Air dengan Koloid


1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi
Dalam bak prasedimentasi ini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh
gravitasi.
2.

Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air dialirkan ke dalam bak ventury Pada
tahap ini dicampurkan Al2(SO4)3(tawas) dan gas klorin (preklorinasi). Ion Al3+yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H2O

3. Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi, sehingga lumpur lebih
mudah disaring. Selain itu, tawas yang membentuk koloid Al(OH)3dapat mengadsorpsi
zat-zat warna atau zat-zat pencermar seperti detergen dan pestisida. Sedangkan gas
klorin berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan). Selanjutnya ditambahkan
karbon aktif (bila tingkat kekeruhan air baku tinggi). Karbon aktif ini berfungsi untuk
menghilangkan bau, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku.

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

10

4. Air baku dari bak ventury yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia
dialirkan ke dalam accelator. Dalam bak accelator terjadi proses koagulasi, lumpur
dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami
sedimentasi secara gravitasi.

5. Air yang setengah bersih dari accelator dialirkan ke dalam bak saringan pasir
Dari bak pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan
oleh saringan pasir.

6. Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon. Di dalam siphon air yang hampir bersih
ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk
mematikan hama.Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon dialirkan ke
reservoar.

7. Air siap dikonsumsi konsumen

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

11

Gambar 1.1 Proses Penjernian Air dengan Tawas

D. Efek Samping Pengunaan Koagulan

Dalam proses pengolahan air atau penjernihan air diperlukan koagulan dan ferisulfat
untuk memisahkan zat padat penyebab kekeruhan seperti koloid dan padatan tersuspensi
(suspended solid). Fungsi tawas dan ferisulfat ialah untuk menghilangkan kestabilan
koloid atau destabilisasi agar koloid bisa bergabung menjadi besar dan berat, membentuk
makroflok sehingga mudah mengendap.
Pada proses ini biasanya dilarutkan juga polimer untuk membantu penggumpalan. Polimer
ini mirip tangan-tangan yang menjalar-jalar untuk merengkuh banyak koloid dan
menggabungkannya dengan yang lain. Setelah melewati proses pengendapan atau
sedimentasi, air baku yang keruh akan menjadi jernih. Tahapan selanjutnya adalah
disaring kembali di unit filter. Namun, air yang dihasilkann akan kaya dengan aluminum.
Sedangkan tawas mengandung krom dan merkuri yang berasal dari bahan bakunya yaitu
bauksit.

Keduanya

termasuk

zat

berbahaya-beracun.

Aluminum

yang

tinggi

konsentrasinya dalam air minum dapat menimbulkan problem kesehatan seperti indikasi
penyakit alzhemir, alzheimer (pikun, ketuaan).
Oleh karena itu, banyak yang menggantikan tawas dengan ferisulfat atau garam besi
sebagai koagulan. Secara ekonomis senyawa ini lebih mahal dari tawas. Namun, ferisulfat
ini juga memberikan efek samping. Sebab itulah yang mengharuskan pengunaan dosis
yang tepat dalam penjernian air agar tidak banyak memberikan efek samping buruk bagi
penggunanya.

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat penjernih air merupakan salah satu alat yang menggunakan sifat koagulasi
dalam koloid, yaitu dengan menambahkan koagulator tawas untuk mengendapkan
koloid lain seperti koloid tanah liat dan partikel-partikel lain yang membuatnya
keruh. Selain itu juga terdapat sifat adsorbsi sehingga permukaan tawas menyerap
Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

13

zat-zat warna, pestisida, detergen, dll yang terdispersi dalam air. Dengan alat
penjernih air sederhana dapat menghasilkan air jernih dari air keruh , karena
suspensi (air keruh) memiliki partikel-partikel cukup besar dibandingkan
kerapatan komponen-komponen alat penjernih air sehingga kotoran tertinggal di
dalamnya. Dan alat penjernih air mengandung tawas yang akan mengendapkan
berbagai kotoran dalam air keruh.
B. Saran
Air bersih merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi dan saat ini jumlah air
bersih yang ada terus menurun. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat
memanfaatkan teknologi sederhana ini karena sangat bermanfaat dan tidak sulit
untuk melakukannya.

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

14

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Penjernihan_air
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://baerbagi.blogspot.com/2013/06/karya-ilmiah-kimia-penjernihan-air.html
Keenan dkk.1996.Kimia Untuk Universitas. Jakarata : Erlangga
Sukardjo. 2010. Chemistry Bringing Science to Your Life SMA/ MA Grade XI. Jakarta:
Bailmu.

Makalah Kimia : Sistem Koloid Pada Penjernian Air

15

Anda mungkin juga menyukai