6
meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Dalam perencanaan analisis beton
bertulang umumnya nilai tegangan luluh baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal perhitungan.
Gambar 2.2 Diagram hubungan tegangan dan regangan batang tulangan baja
Menurut Istimawan (1994), kombinasi kerja antara bahan beton dan baja tulangan berdasarkan beberapa hal
antara lain :
1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya (sifat monolit bahan),
sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya.
2. Sifat kedap beton sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya proses korosi tulangan.
3. Derajat pemuaian akibat kenaikan suhu yang sama antara baja dan beton yang meniadakan bedategangan
antaradua permukaan bahan.
Sebagai konsekuensi dari lekatan yang sempurna antar kedua bahan, di daerah tarik suatu komponen struktur
akan terjadi retak-retak di dekat baja tulangan. Retak halus yang demikian dapat diabaikan sejauh tidak
mempengaruhi penampilan struktural komponen yang bersangkutan.
Pengertian Plat
Plat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-beban transversal melalui aksi lentur ke masingmasing tumpuan. Plat beton bertulang merupakan suatu sistem lantai yang dipakai sebagian besar bangunan.
Bentuknya berfariasi, tidak hanya berupa panel segi empat, bentuk panel yang tak beraturanpun telah dibuat
(Wahyudi, 1997).
Plat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau tidak melengkung) yang tebalnya jauh
lebih kecil dibandingkan dengan dimensi yang lainnya. Geometri suatu plat bisa dibatasi oleh garis lurus atau garis
lengkung. Ditinjau dari segi statika, konsisi tepi (boundary condition) plat bisa bebas (free), bertumpuan sederhana
(simply supported) dan jepit, termasuk tumpuan elastik dan jepit/pengekang (restraint) elastik, atau dalam beberapa
hal bisa berupa tumpuan titik/terpusat. Beban statis atau dinamis yang dipikul oleh plat umumnya tegak lurus dengan
permukaan plat (Szilard, 1991).
Aksi pemikul beban (load-carrying action) pada plat dalam beberapa hal hampir sama seperti pada balok silang
atau jaringan kabel, tergantung pada kekakuan lentur plat lateral hanya merupakan pendekatan bagi perilaku plat
7
yang sebenarnya, karena cara ini secara sembarang memutuskan kontinuitas struktur dan biasanya mengabaikan
kekakuan puntir plat semula, yang biasa berpengaruh besar terhadap kapasitas pemikul bebannya (Szilard, 1991).
Menurut Szilard (1991), berdasarkan aksi strukturnya, plat umumnya dibedakan atas empat kategori utama
sebagai berikut :
1. Plat kaku, yang merupakan plat tipis yang memiliki ketegaran lentur (flexural rigidity), dan memikul beban
dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang
umumnya sama dengan balok. Plat yang dimaksudkan dalam bidang teknik adalah plat kaku.
2. Membran, yang merupakan plat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban lateral dengan gaya geser aksial
dan gaya geser pusat. Aksi pemikul beban seperti ini bisa didekati dengan jaringn kabel yang tegang karena
ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
3. Plat fleksibel, yang merupakan gabungan dari plat kaku dan membran, dan memikul beban luar dengan gabungan
aksi meomen dalam, gaya geser transversal dan gaya geser pusat, serta gaya aksial.
4. Plat tebal, merupakan plat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi.
8
bentang yang berdekatan melebihi bentang terkecil sebesar maksimal 20%) dengan beban merata, dimana beban
hidup tidak melebihi tiga kali beban mati. Koefisien
Koefisien-koefisien ini adalah
dalah fungsi dari bentang bersih Ln dan harganya
dihitung pada lokasi yang kritis yaitu penampang pada perletaka
perletakan
n untuk geser dan momen negatif
negati dan daerah tengah
bentang untuk momen positif (Wang, 1985)
1985).
Sistem Plat Dua Arah
Menurut Wang (1992), plat dapat direncanakan sebagai plat satu arah, dengan tulangan utama yang sejajar
dengan gelagar dan tulangan susut dan suhu yang sejajar dengan balok-balok.
balok. Permukaan yang melendut dari plat
satu arah terjadi dengan kelengkungan (kelokan) tunggal. Bila perbandingan
erbandingan dari bentang panjang terdahap bentang
pendek kurang dari dua, permukaan lendutan dari plat mempunyai kelengkungan ganda. Beban lantai dipikul dalam
kedua arah ke sekeliling panel, dengan demikian panel menjadi plat dua arah (two-way
way slab).
slab
Jenis plat dua arah secara umum ada tiga macam yang dikenal yaitu :
1. Plat lantai dengan balok (two way slab)
merupakan plat lantai dua arah dengan adanya balok
balok-balok
balok sepanjang garis kolom dalam maupun luar.
2. Plat lantai cendawan (flat/waffle slab)
Merupakanplat lantai yangmempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal
tersebut :
a. Drop panel (pertambahan tebal plat di dalam daerah kolom).
b. Kepala kolom (colum capital) yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom atas.
3. Plat lantai datar (flat plate)
Merupakan plat lantai tanpa adanya balok
balok-balok di sepanjang garis kolom dalam, namun balok-balok
balok
tepi boleh
jadi ada atau tidak ada.
(a)Plat lantai dengan balok (two way slab) (b)Plat lantai cendawan (flat/waffle slab) (c)Plat
(c)
lantai datar (flat plate)
Gambar 2.3 variasi jenis plat lantai
9
4. Tampak bersih dan tidak terputus-putus.
putus.
5. Jendela-jendela
jendela dapat dibuat sampai sisi bawah plat, dan tidak ada balok-balok
balok yang menghalangi cahaya masuk.
Gambar 2.
2.4 Gambar denah struktur model portal ekuivalen
Sistem plat lantai dapat direncanakan dengan prosedur apa saja asalkan memenuhi persyaratan keseimbangan
dan kompabilitas jika dapat diperlihatkan bahwa kekuatan rencana pada setiap penampang paling tidak sama dengan
kekuatan yang disyaratkan dan semua persyaratan kelayakan dipenuhi (Wang, 1985)
10
Sebagaimana diketahui metode dasar di dalam sistem lantai dua arah suatu bangunan bertingkat banyak, rangka
yang dibatasi oleh sumbu panel yang bersebelahan merupakan struktur tiga dimensi. Perhitungan dengan
menggunakan portal fiktif merupakan pendekatan permasalahan portal tiga dimensi dengan cara menganggap bahwa
struktur terdiri dari susunan rangka portal kaku dua dimensi pada bidang kolom, baik arah memanjang maupun
kearah melintang bangunan, seperti yang terlihat pada gambar berikut (Wang, 1985)
Potongan-potongan yang dihasilkan diambil tersendiri untuk masing-masing arah longitudinal dan transversal
dari bangunan. Dapat ditinjau terhadap beban gravitasi untuk lantai perlantai. Umumnya diperoleh untuk portal kaku
yang terdiri atas kolom-kolom dan balok-balok. Kolom di atas dan dibawah lantai, dan sistem lantai dengan atau
tanpa balok-balok yang secara lateral dibatasi oleh garis tengah dari dua panel (Wang, 1985).
.......................................................................
(2 1)
......................................................................................
(2 2)
.....................................................................................
(2 3)
dimana :
h
=
tebal plat (mm)
ln
=
bentang bersih dihitung dari muka kolom (mm)
=
tegangan leleh baja (Mpa)
fy
=
rasio dari bentang bersih dalam arah memanjang terhadap arah memendek dasri plat dua arah
=
nilai rata-rata rasio dari kekakuan lentur dari penampang balok
perlu diperhatikan bahwa untuk :
(1) Plat datar dengan m = 0, maka persamaan (2 3) yang menentukan.
(2) Plat dua arah yang memiliki balok tepi dengan m > 2 maka persamaan (22) yang menentukan.
(3) Plat dengan balok-dangkal pada jalur-jalur kolomnya dengan 0 < m < 2 maka persamaan (2 1) yang
menentukan.
11
Untuk plat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya, tebal plat h tidak boleh lebih
kecil dari nilai berikut :
(1) Plat tanpa balok dan tanpa penebalan 120 mm
(2) Plat tanpa balok dengan penebalan 100 mm
Menurut Wahyudi (1994) menyatakan, pelat dengan tebal kurang dari tebal minimum di atas masih boleh
dipakai bila dapat dibuktikandengan perhitungan bahwa lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi batas lendutan
yang ditetapkan.
Kekakuan
Menurut Istimawan (1994), sistem lantai dua arah suatu bangunan bertingkat banyak, rangka yang dibatasi oleh
dua sumbu panel lantai yang bersebelahan merupakan struktur tiga dimensi. Perhitungan dengan menggunakan portal
kaku fiktif merupakan pendekatan permasalahan tigadimensi dengan cara menganggap bahwa rangka struktur
terdiridari susunan rngka portal kaku dua dimensi pada bidang kolom, baik ke arah memanjang dan melebar
bangunan. Dengan cara pendekatandemikian, maka kolom atau tumpuan harus dianggap dihubungkan dengan lajur
plat-balok oleh komponen puntir yang arahnya trnsfersal terhadap arah bentang yagn sedang ditentukan momennya.
Kekakuan kolom disebarkan pada seluruh lebar portal kaku fiktif, atau lebar balok plat diperhitungkan hanya sebagai
lebar kolom ke arah transversal. Mekanisme puntir tersebut pada hakekatnya adlaah pemindahankekakuan lentur dari
plat (disepanjang komponen) ke ujung komponen yang bertemu dengan kolom, dan arahnya menjauh (keluar) dari
posisi kolom. Dengan sendirinya akibat bekerjanya puntir, efektivitas kolom untuk mengekang ujung-ujung balokplat akan berkurang. Komponen puntir diasumsikan berpenampang konstan diseluruh panjangnya, dan kekakuannya
dihitung berdasarkan :
=
....................................................................................
(2 4)
dimana :
Kt
= Kekakuan puntir komponen torsi struktur
C
= Konstanta torsi boleh dihitung dengan rumus
= 1 0,63
................................................................
(2 5)
Ecs
: modulus elastisitas plat beton
Kolom dianggap menyatu dengan balok-plat transversal (tegak lurus) terhadap bentangan yang ditinjau melalui aksi
torsi. Balok-plat yang mengalami torsi ini membentang dari garis-sumbu panel yang dibatasi masing-masing sisi dari
balok plat yang ditinjau. Deformasi torsi dari balok-plat trnsversal ini mengurangi kekakuan lentur efektif dari
kolomaktual. Efek ini diperhitungkan dalam analisis dalam bentuk kolom ekuivalen yang memiliki kekakuan lentur
yang lebih kecil dari kolom aktualnya (Wahyudi 1997).
.........................................................................................
dimana :
Kec
: kekakuan lentur kolom ekuivalen
Kc
: kekakuan lentur kolom aktual
Kt
: kekakuan puntir balok tepi
(2 6)
12
Faktor kekakuan, faktor distribusi (carryover factors), dan faktor momen primer beban merata yang diperlukan untuk
analisis dengan metode distribusi momen diberikan dalam tabel 2.1 untuk plat tanpa drop panel dan tabel 2.2 untuk
kolom.
Tabel 2.1 koefisien untuk plat dengan momen inersia variabel
Dimensi
Beban Merata
2
Kolom
Faktor
Faktor
Kekakuan
Distribusi
C 1A
l1
C 1B
l2
M AB
M BA
AB
k BA
COF AB
COF BA
0,00
0,00
0,083
0,083
4,00
4,00
0,500
0,500
0,05
0,083
0,084
4,01
4,04
0,504
0,500
0,10
0,082
0,086
4,03
4,15
0,513
0,499
0,15
0,081
0,087
4,07
4,32
0,528
0,498
0,20
0,079
0,093
4,12
4,56
0,548
0,495
0,25
0,077
0,097
4,18
4,88
0,573
0,491
0,05
0,084
0,084
4,05
4,05
0,503
0,503
0,10
0,083
0,086
4,07
4,15
0,513
0,503
0,15
0,081
0,089
4,11
4,33
0,528
0,501
0,20
0,080
0,092
4,16
4,58
0,548
0,499
0,25
0,078
0,096
4,22
4,89
0,573
0,494
0,10
0,085
0,085
4,18
4,18
0,513
0,513
0,15
0,083
0,088
4,22
4,36
0,528
0,511
0,20
0,082
0,091
4,27
4,61
0,548
0,508
0,25
0,080
0,095
4,34
4,93
0,573
0,504
0,15
0,083
0,086
4,40
4,40
0,526
0,526
0,20
0,084
0,090
4,46
4,65
0,546
0,523
0,25
0,083
0,094
4,53
4,98
0,571
0,519
0,20
0,088
0,088
4,72
4,72
0,543
0,543
0,25
0,086
0,092
4,79
5,05
0,568
0,539
0,25
0,090
0,094
5,14
5,14
0,563
0,563
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
AB E(l 2 h 1
/12l 1 ) dan K BA = k
BA E
13
Tabel 2.2 koefisien untuk kolom dengan momen inersia variabel
Tebal
Slab
C 1A
l1
Beban Merata
2
M BA
Faktor
Faktor
Kekakuan
Dis tribus i
AB
BA
COF AB
COF BA
0,00
0,083
0,083
4,00
4,00
0,500
0,500
0,05
0,100
0,075
4,91
4,21
0,496
0,579
0,10
0,118
0,068
6,09
4,44
0,486
0,667
0,15
0,135
0,060
7,64
4,71
0,471
0,765
0,20
0,153
0,053
9,69
5,00
0,452
0,875
0,25
0,172
0,470
12,44
5,33
0,429
1,000
Distribusi Momen
Setelah momen dibagi menurut bentang tengah dan bentang ujung dari lajur kolom, momen harus
didistribusikan ke arah melintang sepanjang penampang kritis. Dalam desain, harga-harga momen tersebut umumnya
dipandang konstan sepanjang daerah lajur tengah atau lajur kolom, kecuali bila terdapat balok pada lajur kolom. Jika
ada balok, balok cenderung mengambil porsi momen lajur kolom yang lebih besar ketimbang porsi yang diterima
oleh plat di sebelahnya. Porsi maksimum yang diterima oleh balok adalah 85% dari momen lajur kolom.
Distribusi momen positif, negatif total antara plat lajur tengah, lajur tepi dan balok berdasarkan pada rasio
perbgandingan l2/l1, dan kekakuan relatif balok dan plat, dan derajat kekangan torsi yang disumbangkan oleh balok
tepi (t = Ecb C/2Ecp Ip). Dengan parameter tersebut, proporsi momen positif dan negatif (dalam persen) dari jalur
kolom dapat dilihat dari Tabel 2.3 berikut :
Table 2.3 distribusi momen jalur kolom (%)
l2/l1
0,5
1,0
2,0
Momen negative interior
75
75
75
1l2/l1 = 0
90
75
45
1l2/l1 > 1,0
Momen negative interior
1 = 0
100
100
100
1 > 2,5
75
75
75
1l2/l1 = 0
1 = 0
100
100
100
1l2/l1 > 0
1 > 2,5
90
75
45
Momen positif
60
60
60
1l2/l1 = 0
90
75
45
1l2/l1 > 1,0
14
Kapasitas Geser
Kekuatan geser dari lantai plat cendawan atau plat datar sekitar kolom dalam cirian di bawah beban mati dan
beban hidup penuh adalah analog dengan kekuatan geser dari fondasi hamparan persegi atau bujur sangkar yang
dibebanioleh beban kolom terpusat. Permukaan yang dicakup di antara pasangan garis-garis pusat yang sejajar dari
panel-panel yang berdekatan dari lantai adalah mirip dengan permukaan fondasi, oleh karena tidak terdapat gaya
geser sepanjang pusat dari panel-dalam cirian di dalam sistem lantai. Oleh karena itu pembahasan di sini
padahakekatnya sama dengan bahasan yang diberikan mengenai fondasi. (Wang, 1987).
Kekuatan geser dari plat cendawan atau plat datar pertama-tama harus diperiksa terhadap aksi balok lebar dan
kemudian aksi dua arah. Di dalam aksi balok lebar, penampang kritis adalah sejajar dengan garis pusat panel dalam
arah transversal dan menerus pada seluruh jarak antara dua garis pusat panel longitudilan yang berdekatan. Seperti
pada balok satu arah, lebar bw dari penampang kritis ini dikali dengan tinggi efektif d di tempatkan sejarak d dari sisi
kepala kolom bujur sangkar ekivalen atau dari sisi pertebalan, kalau ada (Wang, 1987)
Di dalam aksi dua arah, retak diagonal potensial dapat terjadi di sepanjang kerucut terpancung atau piramida
sekeliling kolom. Dengan demikian penampang kritis ditempatkan sedemikan hingga kelilingnya b0 berada pada
jarak setengah tinggi efektif di luar keliling pertebalam (Wang, 1987)
Akibat bekerjanya geser dalam kondisi aksi dua arah, dapat timbul retak diagonal di sepanjang kerucut
terpancung atau piramida imajiner di sekeliling pertemuan kolom dengan plat. Penampang kritis yang tegak lurus
terhadap bidang plat dan terletak sedemikina rupa hingga keliling penampang adalah b0 tetapi tidak lebih dekat dari
1
/2d terhadap keliling beban terpusat atau daerah reaksi, atau perubahan tebal plat ke kepala kolom (Istimawan, 1997).
gaya geser pada aksi balok lebar dan aksi dua arah dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut :
b
Gambar 2.5 (a) aksi balok lebar (b) aksi dua arah
Plat termasuk komponen struktur lentur tinggi. Untuk perencanan struktur lentur tinggi terhdap geser harus
memenuhi ketentuan seperti dalam SNI 03-2847-2002, yatiu sebagai berikut :
Persamaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada :
Vn > Vu .................................................................................. (2 7)
dimana :
Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau.
Vn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari Vn = Vc + Vs
Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton.
15
Vs adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.
Untuk komponen struktur yang dibebani oleh geser dan lentur berlaku :
Untuk aksi balok lebar (aksi satu arah)
Vc = (fc/6).bw.d ..................................................................................... (2 8)
Untuk aksi dua arah nilai Vc diambil nilai terkecil dari :
= 1 +
=
=
+ 2
(2 9)
..................................................................... (2 10)
................................................................................. (2 - 11)
..........................................................................
Bila Vu > maka harus disediakan tulangan geser, bila digunakan tulangan geser yang tegak lurus terhadap
sumbu aksial komponen struktur, maka :
. .
........................................................................ (2 12)
dimana :
Av adalah luas tulangan geser dalam jarak s
Kuat geser Vs tidak boleh lebih dari (2fc/3).bw.d
Menurut Wang (1985), dalam plat lantai datar dimana tidak digunakan kepala kolom atau pertebalan sering
diperlukan tulangan geser. Dalam kasus yang demikian biasanya aksi dua arah adalah menentukan. Tulangan geser
dapat berupa tulangan yang diangkerkan, atau terdiri dari kepala geser berupa profil baja I atau kanal yang dilas
menjadi 4 (atau 3 untuk kolom luar) dengan identik saling tegak lurus satu sama lain tanpa pemutusan di dalam
penampang kolom. Jika digunakan tulangan geser, maka kekuatan nominalnya adalah :
Vu = Vc + Vs = (fc/6) b0 . d +
.................................................. (2 13)
diamana :
bo
: keliling penampang kritis untuk aksi geser dua arah
Av
: luas total sengkang sekeliling b0
s
: spasi tulangan geser
tulangan geser diperlukan bila Vu > Vc
Menurut SNI 03-2847-2002, ukuran kepala geser harus memberikan perbandingan v sebesar 0,15 atau lebih antara
kekakuan dari setiap lengan geser (Es Ix) dan kekakuan dari penampang retak plat komposit sebesar (c2+ d), atau
=
Baja yang digunakan tidak boleh diambil melebihi 70 kali tebal beban profil dan flens tekan harus ditempatkan
didalam 0,3d dari permukaan tekan plat. Kapasitas momen plastis dari lengan kepala geser dihitung dengan :
=
+
.............................................................. (2 15)
16
dimana :
Gambar 2.
2.6 Gambar penulangan geser pada kepala kolom
,
max = 0,75 x b
aktual =
5. Menghitung As dengan
.............................. (2 17)
17
Asperlu = aktual . b . d . 106 ............................................................... (2 18)
6.
7.