Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKSPLORASI ELEKTROMAGNETIK GROUND

PENETRATING RADAR (GPR)

Oleh
Muhammad Herwanda
1115051025

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika
adalah metode elektromagnetik. Metode elektromagnetik biasanya
digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan komponenkomponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk
menentukan struktur bawah permukaan. Medan elektromagnetik yang
digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan
elektromagnetik di sekitar daerah observasi, pengukuran semacam ini
disebut teknik pengukuran aktif. Contoh metode ini adalah Turam
elektromagnetik. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi dibatasi
oleh besarnya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknik
pengukuran pasif, teknik ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang
berasal dari sumber yang tidak secara sengaja dibangkitkan di sekitar
daerah pengamatan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal dari
alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30 Khz) yang digunakan
untuk kepentingan navigasi kapal selam. Teknik ini lebih praktis dan
mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas. Dalam hal ini akan
dibahas tentang Ground Penetrating Radar (GPR) atau Georadar untuk
mengetahui proses kerja alat tersebut.

B. Tujuan
1. Memahami fungsi kerja Ground Penetrating Radar (GPR)
2. Memahami perangkat alat yang digunakan saat menggunakan metoda
GPR

TEORI DASAR

Ground Penetrating Radar (GPR) biasa disebut georadar. Georadar berasal dari
dua kata yaitu geo yang berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and
ranging. Jadi, arti harfiahnya adalah alat pelacak bumi menggunakan gelombang
radio. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan teknik eksplorasi geofisika
yang menggunakan gelombang elektromagnetik, bersifat nondestruktif dan
mempunyai resolusi yang tinggi terhadap kontras dielektrik material dan formasi
geologi yang relatif dangkal. Prinsip dasar metode ini tidak jauh berbeda dengan
metoda seismik refleksi yang telah berkembang luas penggunaannya di berbagai
bidang seperti konstruksi dan rekayasa, pencarian benda-benda arkeologi, untuk
melihat kondisi geologi bawah permukaan dan masalah lingkungan. Sistem GPR
terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke sumber pulsa
(generator pulsa) dengan adanya pengaturan timing circuit, dan bagian penerima
(receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian
terhubung ke unit pengolahan (data processing) serta display sebagai tampilan
outputnya.
Dalam penerapannya GPR dapat dibagi menjadi tiga, yaitu untuk Pemetaan
geologi, untuk penerapan pada geologi dan geoteknik, dan profiling pantulan
radar. Untuk pemetaan geologi menggunakan antenna < 500 MHz dan untuk
Rekayasa (Uji tidak merusak). Menggunakan antenna > 500 MHz. Metoda GPR
menggunakan tanggapan tanah terhadap gelombang elektromagnetik (EM) yang
merambat melaluinya. Gelombang EM merupakan gelombang medan yang
merambat secara transversal. Gelombang EM terdiri dari dua komponen yang
saling tegak lurus yaitu intensitas medan listrik (E) dan intensitas medan magnet
(H).
Sifat perambatan gelombang EM adalah dalam perambatannya medan listrik
berosilasi (bergetar) demikian juga dengan medan magnet. Arah getar medan
listrik selalu tegak lurus (orthogonal) dengan arah getar medan magnet dan arah
perambatan gelombang EM tegak lurus terhadap arah getar dari medan listrik dan
medan magnet.

Penerapan pada geologi dan geoteknik, Medium (tanah atau batuan) dapat bersifat
konduktif (misalnya lempung, daerah air asin) atau dapat bersifat resistif
(misalnya pasir) maka gelombang radar akan bersifat difusif (amplitudo
gelombang cepat meluruh) atau bersifat gelombang (amplitudo gelombang dapat
merambat dalam jarak yang jauh).
Setelah menempuh jarak tertentu, amplitudo gelombang radar mengalami
peredaman (atenuasi). Amplitudo gelombang dapat ditulis:
E = E0 exp (-ax)
a = koefisien atenuasi
Amplitudo gelombang radar mengalami peluruhan (atenuasi) karena beberapa
factor seperti :
a.

Geometrical spreading (penyebaran geometris),

b.

Hamburan energi karena ketidak homogenan medium,

c.

Pantulan energi pada bidang batas medium,

d.

Penyerapan energi (Atenuasi) (perubahan energi gelombang menjadi


panas/paling besar),

e.

Rugi akibat antenna.

Sedangkan kedalaman tembus efektif dapat dilihat apakah suatu target


memberikan tanggapan yang dapat dideteksi alat GPR, yang bergantung kepada
sifat fisis dari target (kontras dielektrik target dan sekitarnya), rugi yang terjadi
dalam perambatannya, kuat dari antenna pemancar dan Frekuensi dari antenna.
Contoh penggunaan frekuensi tertentu untuk mencapai kedalaman tertentu adalah
sebagai berikut :

Penggunaan frekuensi 900 MHz, untuk kedalaman eksplorasi maksimum


hingga 1,5 m

Penggunaan frekuensi 200 MHz untuk kedalaman eksplorasi maksimum


hingga 9 m

Penggunaan frekuensi 80 MHz - 16 MHz untuk kedalaman eksplorasi


antara 10 m hingga 30 m

Resolusi vertikal adalah pemisahan vertikal minimum yaitu jarak antara dua
pemantul berdekatan yang masih bisa dibedakan oleh alat GPR. Resolusi vertikal
(pemisahan minimum) adalah sekitar l/4. Semakin tinggi frekuensi suatu antenna,
semakin tinggi resolusi vertikal, akan tetapi kedalaman tembus efektif berkurang.
Panjang gelombang (l) dapat dihitung l = kecepatan gel radar pada medium/
(frekuensi tengah antenna). Umumnya sinyal radar terdiri dari beberapa pulsa
(akibat coupling antenna dan tanah). Sehingga menyulitkan interpretasi dan
menurunkan resolusi vertikal.
Untuk profiling pantulan radar, transmitter dan receiver antenna yang berjarak
sama digerakkan diatas tanah untuk merekam pantulan yang terjadi. Umumnya
dilakukan stacking yaitu dilakukan beberapa kali pemancaran gelombang radar
dan kemudian dijumlahkan. Beberapa rekaman dari beberapa titik disajikan
bersebelahan membentuk profile radargram dengan sumbu jarak dan waktu.
Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi
empat persyaratan sebagai berikut:
1.

Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah

2.

Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien

3.

Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang


dideteksi.

4.

Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.

METODE

A. Peralatan
Secara umum peralatan georadar terdiri dari dua komponen utama yaitu
peralatan pemancar gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima
pantulan / refleksi gelombang radar (tranceiver). Sistem yang digunakan
adalah merupakan sistem aktif dimana dilakukan penembakan pulsapulsa gelombang lektromagnetik (pada interval gelombang radar) untuk
kemudian dilakukan perekaman intensitas gelombang radar yang berhasil
dipantulkan kembali. Pengukuran dan perekaman selisih waktu (t) ini
kemudian akan membentuk suatu pola penampang gelombang radar yang
khas untuk tiap interval meter kedalamannya. Pola-pola refleksi ini
mencerminkan perbedaan nilai dielektrik massa / benda-benda yang
terhadap gelombang radar yang mengenainya.peralatan untuk penelitian
georadar ini adalah berupa satu unit georadar yang terdiri dari :

Pemancar Georadar SIR - 10B

Antenna penerima (terintegrasi)

B. Metode Pengukuran

Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Semua


sistem GPR pasti memiliki rangkaian pemancar (transmitter), yaitu system antena
yang terhubung ke sumber pulsa, dan rangkaian penerima (receiver), yaitu sistem
antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal. Rangkaian pemancar akan
menghasilkan pulsa listrik dengan bentuk, prf (pulse repetition frequency), energi,

dan durasi tertentu. Pulsa ini akan dipancarkan oleh antena ke dalam tanah. Pulsa
ini akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di
tanah. Jika tanah bersifat homogen, maka sinyal yang dipantulkan akan sangat
kecil. Jika pulsa menabrak suatu inhomogenitas di dalam tanah, maka akan ada
sinyal yang dipantulkan ke antena penerima. Sinyal ini kemudian diproses oleh
rangkaian penerima.
Mula-mula sinyal sinyal dihasilkan oleh generator sinyal (Source & Modulation),
kemudian dipancarkan melalui antena pemancar (Transmitted Signal). Sinyal
mengenai objek dan dan dipantulkan kembali (Reflected Signal) ke antena
penerima (Receiver), lalu melewati proses sampling, pengolahan hasil collect data
disimpan (Data Storage), kemudian sinyal-sinyal di proses (Signal Processing)
lalu memasuki tahap display dimana kita dapat melihat citra hasil survey dan
terakhir pengolahan data berupa A-Scan, B-Scan, maupun C-Scan sehingga
didapatkan informasi mengenai objek yang dideteksi.
Hasil Citra bawah permukaan digambarkan dalam bentuk amplitudo gelombang
(Radargram Display). Amplitudo ini menggambarkan perubahan cepat rambat
gelombang pada benda terpendam maupun sedimen tertutup.

Material yang

dipendam mempunyai

cepat rambat gelombang yang lebih tinggi daripada

sedimen penutupnya.

Tampilan

profil

yang

tampak

dilayar monitor

berupa irisan suatu lapisan demi lapisan seperti kue lapis legit yang disayat
vertikal. Bila di sepanjang garis penyisiran terdapat rongga atau obyek tertentu,
akan tampak perbedaan nyata pada citra berbeda rona atau kontras.
Kedalaman objek dapat diketahui dengan mengukur selang waktu antara
pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam selang waktu ini, pulsa akan bolak
balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika selang waktu
dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik dalam
tanah v, maka kedalaman

objek yang dinyatakan dalam h adalah

Untuk mengetahui kedalaman objek yang dideteksi, kecepatan perambatan dari


gelombang elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan perambatan tersebut

tergantung kepada kecepatan cahaya di udara, konstanta dielektrik relative


medium perambatan

Ketebalan beberapa medium di dalam tanah dinyatakan dalam d , yaitu

APLIKASI

Adapun Ground Penetrating Radar (GPR) diaplikasikan dalam kerja seperti pada
bidang-bidang di bawah ini:
a. Pertanian dan Kehutanan

Perbaikan dan pembuatan saluran drainase

Penataan lapangan golf

Keberadaan air didalam tanah (soil water content)

Keberadaan akar pohon

Keberadaan metal dalam tiang listrik kayu atau pohon

b. Arkeologi

Bangunan tertimbun (pemetaan situs purbakala) dan pondasi

Ploting lokasi makam lama / kuno

Penelitian tentang keberadaan bangunan bersejarah

Pencarian artefak

c. Mendeteksi benda-benda dalam tanah (terkubur)

Mendeteksi pipa plastik (PVC), pipa logam dan kabel

Mendeteksi saluran air / limbah

Mendeteksi jalur pipa gas dan pipa air

d. Penerapan pada konstruksi bangunan (beton dan paving / lantai)

Mendeteksi kabel listrik dalam lantai

Mengukur ketebalan ubin / lantai

Menentukan letak rongga dalam lantai

e. Penerapan dalam ilmu lingkungan

Penyelidikan tanah pada perencanaan TPA (tempat pembuangan akhir)


sampah

Deliniasi pencemar (polutan / kontaminan)

Pemantauan pengendalian pencemaran dengan cara remediasi

Pemetaan saluran limbah dibawah tanah

Keberadaaan tangki / tempat penampungan limbah dibawah tanah

f. Penerapan pada ilmu forensik (kriminalitas)

Pencarian benda yang dikubur

Pencarian terowongan bawah tanah

Pencarian barang bukti yang dikubur dibawah lantai / tegel

g. Penerapan pada ilmu geologi dan geoteknik (terutama untuk perencanaan dan
konstruksi)

Identifikasi lapisan batuan/tanah rawan longsor

Penentuan zona tanah/soil ekspansif

Penyelidikan pondasi

Penyelidikan deformasi bendung/embung

Pencarian letak jalur pipa air / drainase, untuk perbaikan sistem drainase

Mendeteksi lokasi galian / tambang tua

Mendeteksi struktur karst (sinkhole, gua) pada batugamping

Stratigrafi (tatanan batuan / tanah) dan struktur tanah

h. Penerapan pada ilmu hidrologi dan batimetri

Pembuatan profil batimetri / penampang dasar laut / sungai/ danau

Pemetaan zona infiltrasi / intrusi air laut

Keberadaan muka airtanah (mat)

i. Penerapan untuk kondisi lingkungan es dan bersalju

Pencarian korban longsoran salju

Eksplorasi minyak dan gas bumi di daerah kutub

Memperkirakan bencana longsoran salju

Penerapan pada ilmu glasiologi

Penetuan ketebalan lapisan es pada jalan diatas es

Mendeteksi keberadaan obyek didalam es

Manajemen lokasi wisata es

Penentuan ketebalan salju

j. Penerapan pada sistem keamanan dan militer

Penentuan letak kabel dan sensor / penyadap didalam tembok

Pencarian letak terowongan bawah tanah

Mendeteksi gerakan dari korban yang tertimbun runtuhan gedung

Pemetaan lokasi ranjau darat

Penentuan lokasi proyektil dan selongsong peluru yang terkubur

k. Penerapan dan penambangan sedimen placer

Struktur dan stratigrafi geologi pada sedimen placer

Penentuan bentuk dan arah penyebaran urat/mineralisasi

Pencarian deposit nikel laterit

l. Penerapan pada kegiatan tambang

Keberadaan struktur kekar / retas pada batuan atau patahan

Perencanaan keselamatan tambang pada tambang dalam (terowongan) dan


pemetaan struktur batuan pada tambang dalam (terowongan)

m. Pemantauan kondisi jalan, bangunan dan jembatan

Pengukuran ketebalan aspal atau timbunan

Evaluasi keretakan lantai jembatan

Penelitian kerusakan jalan / perkerasan jalan

Anda mungkin juga menyukai