Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NAMA
: WADI OPSIMA
NIM
: O111 13 310
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
: WADI OPSIMA
NIM
: O111 13 310
Nama Asisten
Waktu Asistensi
No.
Jadwal Asistensi
Saran Perbaikan
Paraf Asisten
Makassar,
April 2015
Asisten
Praktikan
WADI OPSIMA
JUDUL PRAKTIKUM
Darah
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Membuat preparat darah natif
2. Menghitung waktu beku darah
3. Menghitung waktu perdarahan
4. Mengamati hemolisis darah
5. Menghitung kadar Hb dengan metode Sahli
6. Membuat sediaan apus darah dan diferensiasi BDP
TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh
melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan
tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan. Darah
memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan
bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar
60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen seluler dari darah
termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah
(trombosit) (Evelyn, 2001).
Darah terdiri atas bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah
dan sel-sel darah dapat terpisah dan bergerak bebas dalam cairan interseluler. Beberapa
sel dara seperti leukosit dapat berpindah melalui pembuluh darah untuk melawan infeksi.
Total sirkulasi volume darah diperkirakan sekitar 5-8% dari total bobot badan dan angka
ini bervariasi menurut umur, spesies, besar tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi,
dan kondisi fisiologis (bunting, laktasi) (Sonjaya, 2012).
Darah berfungsi untuk mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke
jaringan tubuh, hasil limbah metabolism dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormone dari
kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi dalam pengaturan
kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature tubuh, serta sebagai
pertahanan suatu organisme terhadap penyakit (Sonjaya, 2012).
Volume darah di dalam tubuh sekitar sepertiga belas berat badan orang sehat, atau
kurang lebih 4 5 liter. Bila cairan darah terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka tubuh
sendiri akan mengatur sekresi melalui keringat dan kencing atau urine sehingga kadar
larutan dalam darah tetap dan tekanan osmosis dalam darah pun juga tetap (Evelyn,
2001).
Fungsi utama dari darah adalah sebagai media transport yaitu mengangkut
oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru,
untuk mencapai gas ini sel darah mengandung protein khusus yaitu hemoglobin karena
sewtiap sel darah merah mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobulin, selain itu
darah juga berfungsi sebagai regulasi dan pertahanan tubuh, yaitu mencegah dari
pendarahan dan pertahanan tubuh dari penyakit. Pada dasarnya darah memiliki tiga
fungsi utama yaitu membantu pengangkutan zat-zat makanan, perlindungan atau proteksi
dari benda asing, dan mengatur regulasi kandungan air jaringan, pengaturan suhu tubuh,
dan pengaturan pH (Frandson,1992)
yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status
kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar
globulin dalam darah (Isnaeni, 2006).
Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Koagulasi darah
adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel. Koagulasi merupakan
mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi dasar
koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut (fibrinogen) dari fibrin yang
bersifat tidak larut (Wulangi, 1994).
Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum
merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara
memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat
antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam
tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen. Waktu antara darah
masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 5 menit (Isnaeni,
2006).
Alat
1.
Jarum Franckle
2.
Hemositometer set
3.
Mikroskop
4.
Hemometer Sahli
5.
Jarum pentul
6.
Hematokrit
7.
Sentrifus hematokrit
8.
9.
Darah
2.
Larutan Hayem
3.
Larutan Turk
4.
Aquades, alkohol
5.
Kertas saring
6.
Cat Giemsa
7.
8.
NaCl 0,3 M
9.
HCl 0,1 M
Disediakan satu preparat kaca yang bersih dari lemak dan diteteskan NaCl
fisiologis tetes di atasnya, kemudian diteteskan darah 1/5 tetes (atau dengan
batang korek api diambil darah). Diaduk dengan ujung pipet atau batang
korek, setelah rata ditutup dengan kaca penutup.
b. Differensiasi BDP
1. Dari preparat apus yang sudah dicat, periksa di bawah mikroskp dengan
cara zigzag.
2. Hitung tiap macam sel yang terlihat sampai mencapai 100.
3. Dicari presentase relatif dari setiap macam sel leukosit.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Waktu perdarahan
: Bahtiar
: 19 tahun
: Laki-laki
: 1 menit 13 detik
: Bahtiar
: 19 tahun
: Laki-laki
: 2 menit 32 detik
Darah Sapi
Waktu beku darah : 32 detik
Waktu perdarahan
:-
Hemolisis Darah
Pada kaca A yang diteteskan larutan NaCl 0,3 M sel darah merah
mengalami krenasi (sel darah mengkerut).
Pada kaca B yang diteteskan larutan HCl 0,1 M sel darah merah
mengalami hemolisis (sel darah pecah).
Sapi
Pada apusan darah sapi, sel darah merahnya tidak bernukleus.
B. Pembahasan
pembesaran 100x dan nampak pada sampel tersebut keping sel darah merah dan
beberapa sel darah putih yang masih bergerak seperti air mengalir. Sel-sel dan fragmenfragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel-sel ini cukup
besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur jadi ialah selsel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keeping-keping
darah atau trombosit. Hal ini sesuai pendapat Evelyn, (2001) bahwa komponen seluler
dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan kepingkeping darah (trombosit). Sehingga pada praktikum ini ditemukan sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit), dengan ciri-ciri yang nampak pada mikroskop
ketika dilakukan pengamatan.
Waktu pendarahan
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti
estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan
fisiologis. Dari hasil percobaan diatas menunjukkan hasil bahwa perdarahan berhenti
pada 1 menit 13 detik, sedangkan perdarahan pada sapi tidak diketahui. Hal ini sesuai
dengan
dengan pendapat Wulangi (1994) bahwa kisaran waktu pendarahan yang normal adalah
15 hingga 120 detik. Proses koagulasi atau penggumpalan darah terjadi ketika luka
pada tubuh mulai mengeluarkan darah.
mengeluarkan darah hingga darah membentuk fibrin. Dari hasil percobaan diatas
waktu bekudarah dari praktikan diperoleh 1 menit 13 detik, sedangkan pada sapi
diperoleh 32 detik. Sebuah enzim yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel
jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat
reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung,
yang kemudian mengeras.
Hemolisis Darah
Darah pada hewan maupun manusia dapat mengalami lisis yang berupa
peristiwa menggelembungnya sel darah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam
sel. Lisis pada darah disebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit
karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar dari dalam
sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya
dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja. Sel darah merah harus berada dalam keadaan
yang isotonik , jika tidak akan terjadi pengkerutan yang disebut krenasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Frandson (1992) bahwa apabila medium di sekitar eritrosit menjadi
hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan
larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat
semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat
lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah,
akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju
ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi).
Kadar Hb dengan Metode Sahli
Perhitungan kadar Hb menggunakan alat hemometer Sahli. Langjah yang
dilakukan yaitu tabung pengukur diisi dengan HCl 0.1 M sampai tanda 2 gram % (garis
pada tabung paling bawah). Kemudian dilakukan penusukkan pada jari steril
menggunankan jarum Franckle, setelah itu dihisap sebanyak 20mm 3 menggunakan
pipet kapiler. Campuran ditetesi aquades sedikit demi sedikit dengan menggunakan
batang pengaduk sambil dihitung waktunya serta membandingkan warna yang tampak
pad campuran dengan warna standar disebelah kanan dan kiri tabung pengukur. Jiak
warna campuran telah sama dengan warna standar pada kana hemometern Sahli
stopwatch dimatikan serta dilakukan penghentian pemberian aquades. Lalu diamati
tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur dibaca yaitu dalam gr (yaitu gr Hb
dalam 100cc darah) dan dalam % (presentase Hb dihitung dibandingakan dengan Hb
normal mengguanakn ukuran 15,6 gr Hb dalam 100cc darah). Hasil yang diperoleh
yaitu tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu 40% (untuk cairan warna)
sedangkan 38% untuk cairan bening, sedangkan massa atau jumlah yakni 50,8 gram
cairan. Setelah memperoleh hasilnya maka dilakukan perhitungan kadar Hb yaitu 15,6
gr Hb dalam 100 cc darah.
Jumlah Hb = 50,8 x 15,6
100%
= 7,9248%= 7,93%
Dari hasil perhitungan Hb diperoleh jumlah kadar Hb yakni 7,93%, sedangkan Hb
normal 15,6%. Jadi, sampel darah yang digunakan memilki kadar Hb lebih rendah dari
kadar Hb normal.
Sediaan apus darah
Saat menyediaakan apus darah yaitu dengan meneteskan sapi ke objek glass
kemudian mengambil objek glass yang lain dan menempelkan ujungnya pada tetesan
tersebut dengan sudut 45o lalu apus dan keringkan. Preparat apus darah yang sudah
kering ditetesi dengan larutan methylalkohol dan keringkan. Setelah kering, ditetesi
dengan larutan giemsa lalu dibiarkan kering. Setelah itu, di cuci dengan aquades hingga
bersih dan keringan. Kemudian setelah kering, preparat apus darah dilihat di bawah
mikroskop dan yang dapat dilihat pada apus darah sapi nukleusnya tidak ada.
RANGKUMAN
Dari pratikum yang dilaksanakan maka dapat disimpulkan :
Pada kaca objek berlabel A yang diteteskan NaCl 0,3 M sel darah mengalami
krenasi. Hal ini terjadi karena larutan NaCl menyebabkan kondisi hipertonik di luar sel
darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih rendah dibandingkan
konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air di dalam sel akan mengalir ke luar sel
sehingga sel mengalami krenasi. Pada kaca objek berlabel B yang diteteskan HCl 0,1 M
sel darah mengalami hemolisis. Hal ini terjadi karena larutan HCl menyebabkan
kondisi hipotonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih
tinggi dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air akan mengalir
terus menerus ke dalam sel sehingga sel mengalami hemolisis.
Campuran darah dan HCl berwarna coklat, namun warna yang terbentuk pada
campuran tidak sesuai dengan warna standar. Hal ini dapat disebabkan sampel darah
yang diambil terlalu sedikit sehingga warna yang terbentuk pada campuran lebih muda
dibandingkan dengan warna standar. Sedangkan tinggi permukaan cairan dalam tabung
pengukur yaitu 6 gram %.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn, Pearce. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.Subowo, 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara.
Jakarta.
Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit.
EGC Penerbit Buku kedokteran . Jakarta.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jakarta.
Sonjaya, Herry. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press. Bogor.
Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud. Jakarta.