Tidak semua tindak pidana korupsi bisa ditangani KPK. KPK hanya bisa menangani
korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara (PN), dan
orang lain yang memiliki kaitan dengan TPK yang dilakukan aparat penegak hukum
dan PN. Syarat kerugian negara yang diderita, mensyaratkan paling sedikit sebesar
satu miliar rupiah. Selain dua hal itu, kasus korupsi itu juga harus mendapat
perhatian dan meresahkan masyarakat.
Kondisi di Indonesia saat ini masih banyak belum berubah. Korupsi paling besar
masih ada di masalah anggaran negara. Kerugian atas korupsi anggaran tersebut
diperkirakan sebesar 30% dari total anggaran pemerintah. Temuan dari BPK ini
sampai sekarang masih belum berubah. Kondisi tersebut memiliki dampak yang
sangat besar bagi kondisi Indonesia. Korupsi anggaran tersebut menyebabkan dana
yang seharusnya bisa digunakan untuk anggaran infrastruktur berkurang sehingga
pembangunan di Indonesia melambat. Salah satu buktinya adalah pariwisata di
Indonesia yang menurun diakibatkan kesulitan dalam hal infrastruktur, misalnya
akses ke daerah pariwisata. Selain itu, hal ini juga menurunkan minat investor asing
untuk berinvestasi di Indonesia disebabkan kondisi keamanan di Indonesia. Hal ini
juga diperparah oleh kondisi di mana terpidana kasus korupsi diberikan keringanan
hukuman (remisi).
Polisi dan Jaksa di Indonesia masih menangani kasus korupsi, berbeda denan
negara lain, di mana polisi dan jaksa hanya menangani kasus-kasus pidana umum
saja. Negara-negara seperti Singapura melalui CPIB (Corruption Practice
Investigation Bureau) dan MACC (Malaysian Anti Corruption Comission). Namun,
meskipun demikian, KPK masih memegang rekor kemenangan dalam hal kasus
yang maju di pengadilan. KPK masih memegang rekor memenangkan kasus korupsi
di pengadilan. Indonesia juga masih merupakan tujuan negara-negara lain untuk
belajar pemberantasan korupsi.
Pada 2014, misalnya, tidak sedikit dari mereka justru mengirimkan delegasi untuk
belajar mengenai pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK. Beberapa di antara
mereka, di antaranya adalah Comisso Anti-Corrupo (CAC) Timor Leste, Malaysian
Anti-Corruption Commission (MACC) Malaysia, dan Kuwait Anticorruption Authority
(Kancor). CAC Timor Leste, misalnya, tidak hanya bertukar pikiran, namun juga
mengutus pejabat strukturalnya menimba ilmu di KPK. Mereka terdiri atas 10 orang,
yang berasal dari para pejabat struktural dan staf di masing-masing unit komisi
antikorupsi negeri tetangga tersebut. Mereka mendalami berbagai upaya
pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK, terutama dalam bidang pencegahan.
Sementara, MACC Malaysia dua kali berkunjung ke KPK pada 2014. Pertama, pada
20-21 Maret dan kedua, 10 November. Pada kunjungan pertama, delegasi MACC
belajar mengenai pencegahan korupsi dan membangun sistem pengaduan
masyarakat. Sedangkan pada kunjungan kedua dalam rangka studi banding
pemberantasan korupsi.
Tidak kalah menggembirakan, kunjungan juga dilakukan beberapa negara yang
notabene berada pada lapis teratas sebagai negara terbersih di dunia, seperti
negara-negara Skandinavia dan Australia. Skandinavia berkunjung pada awal tahun,
sedangkan Australia pertengahan Agustus. Delegasi negara-negara Skandinavia
yang hadir adalah Dubes Denmark untuk Indonesia Martin B Hermann, delegasi
Kedubes Norwegia Marianne Damhaug, Kedubes Swedia Cecilia Sandqvist, dan
Kedubes Finlandia LeenaViljanen. Sedangkan pada kesempatan berbeda, Menteri
Kehakiman Australia, Michael Keenan yang ditemani Duta Besar Australia untuk
Indonesia Greg Moriarty, juga mengunjungi KPK. Kunjungan tersebut, tentu memiliki
arti yang sangat strategis bagi KPK. Karena negara-negara tersebut, juga
melakukan sharing dengan KPK terkait pemberantasan korupsi, baik di negaranegara tersebut maupun di Indonesia.
Kasus korupsi semakin marak karena para koruptor tersebut juga semakin menjalin
hubungan yang lebih solid untuk melakukan tindakan korupsi sehingga langkah
yang dilakukan KPK bisa diidentifikasi oleh para koruptor tersebut. Sehingga pada
tahun 2014, Indonesia masih menduduki peringkat 107 dari 175 negara. Meskipun
mengalami kenaikan 7 peringkat dari tahun 2013.
Di negara lain, praktik pemberantasan korupsi dimulai dari hal-hal yang sederhana.
Salah satunya di Singapura. Jika PNS membeli aset, misalnya rumah atau mobil,
maka oleh lembaga anti korupsi di negara tersebut akan dilakukan pemeriksaan
untuk membuktikan bahwa uang yang digunakan oleh PNS tersebut harus dapat
dibuktikan berasal dari usaha yang legal dan bersih.
Beberapa tokoh di Indonesia, seperti Mahfud MD, mengatakan bahwa apabila dia
menjadi presiden, maka hal pertama yang dilakukan oleh Mahfud MD adalah
memecat seluruh hakim dan jaksa yang ada, lalu dilakukan tes integritas dan setiap
instansi harus mengusut kasus korupsi di instansinya masing-masing. Hal ini
menunjukkan sebenarnya di negara ini dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam
pemberantasan korupsi ini karena pemerintah memiliki power yang besar untuk
mendukung pemberantasan korupsi.
KPK pada tahun 2013 menangani sektor perhutanan. Dari 10000 izin usaha sektor
perhutanan, 4000 yang memiliki NPWP. Dalam 2,5 bulan, KPK DJP dan kabareskrim
berhasil mengembalikan 6,7T ke kas negara. Namun sayangnya, pejabat yang
membantu dalam melaksanakan hal tersebut dipindahkan ke instansi lain.
Total perkara korupsi yang ditangani oleh KPK dalam 11 tahun lebih dari 300 kasus
dan KPK sudah banyak mengembalikan kerugian negara, baik dalam bentuk kas dan
bentuk aset.