Anda di halaman 1dari 5

HAMMERING PILE

Repost:http://wiryanto.wordpress.com
Tidak ada pernyataan jelas yang menyebutkan bahwa hammering pile tidak sama dengan
driven pile. Jadi dengan demikian, dianggap keduanya mengacu pada suatu sistem pondasi
yang sama, yaitu pondasi yang pemasangannya dengan alat tekan/pukul atau pancang.
Jika mengaitkan istilah hammering pile dengan underground parking, maka itu tentu tidak saja
membahas tentang pondasi, tetapi juga bisa dikaitkan dengan retaining wall, itu lho dinding
penahan tanah. Padahal jika dinding penahan tanahnya adalah steel sheet pile, maka jelas
satu-satunya cara pemasangannya adalah dengan hammer (pemukulan / penekanan).

Pemasangan steel-sheet-pile dengan vibro hammer


Saya kira pemakaian sheet-pile atau sistem penahan tanah kedap air di sana (Belanda) adalah
mutlak khususnya untuk proyek underground seperti yang akan dibahas Ardhika. Dari sisi
kecepatan maka jelas ini lebih menguntungkan jika dibanding cast-in-situ concreting system,
seperti contiguous bore pile atau diaphragm walls. Ke dua sistem tersebut tidak memakai
hammer tetapi auger untuk pelaksanaannya.

Pelaksanaan contiguous-bore-pile (Sumber : Land Transport Authority)

Pelaksanaan system diaphragm walls (sumber : Soletanche Bachy)


Bisa juga sih digunakan precast sheet pile, tetapi kalau masalah kekedapan terhadap air,
rasanya steel sheet pile lebih baik karena interlocking-nya yang kuat dan presisi, dari besi baja
sih buatnya.
Dari gambar juga terlihat bahwa steel-sheet-pile yang dipasang dengan hammer, mempunyai
ketebalan yang relatif tipis, dan karena tidak ada tanah yang dibor ke luar jika memakai auger
(mesin bor) maka jelas proyek yang memakaihammer relatif lebih bersih. Ini tentu faktor penting
jika proyek yang dilaksanakan berada di daerah perkotaan atau ramai. Hal-hal seperti ini juga
penting lho dipikirkan dan tidak hanya berkaitan dengan kekuatan dan kekakuan. Otomatis
biaya yang diperlukan untuk pembersihan relatif lebih kecil.
Bising. Ini salah satu kelemahan jika digunakan metode pelaksanaan yang memakai hammer,
yaitu relatif lebih bising. Apalagi jika memakai diesel hammer tipe impact. Nggak bisa tidur lho.
Bayangin jika proyeknya dekat dengan tempat ibadah, misalnya mesjid. Jelas nggak bisa
dilakukan pelaksanaan pada hari jumat, tahu khan.
Dalam perkembangannya, dibuat berbagai macam tipe hammer, selain terjadi peningkatan dari
sisi efisiensi pemancangan, tetapi kebisingan yang dihasilkan berkurang. Typetype hammer yang ada sekarang antara lain adalah:
impacting hammer (hidrolik atau diesel)
vibrating hammer
pressing device
Sistem yang terakhir memberikan tingkat kebisingan yang rendah. Tapi tentu kapasitasnya atau
daya tekan yang dapat diberikan lebih rendah dari yang lain. Sistem ini juga efektif digunakan
pada tanah yang terpadatkan, baik clay, sand ataugravel. Juga jika tidak mau terjadi getaran
yang merusak kepada bangunan-bangunan disekitarnya.
Kita tadi telah membahas hammer untuk retaining wall. Selanjutnya kita akan
membahas hammer pada pondasi. Pondasi dalam yang tidak memakai hammer , adalah
pondasi tiang bor, untuk pelaksanaannya memakai auger atau mesin bor. Ini bentuk salah satu
mesin bor yang cukup modern dari Hammer & Steel.

Mesin bor modern


Selanjutnya, sistem pondasi dalam yang memakai hammer kita sebut tiang pancang,
sedangkan yang pakai bor, kita sebut tiang bor saja. Untuk membahas perbedaan antara kedua
jenis tersebut tentu perlu dipandang dari sudut mana dulu. Jika dari segi pelaksanaannnya
maka perbedaan kira-kira sama jika diterapkan pada struktur retaining wall, misal dari segi
kebisingan, getaran.
Jika dari sisi kekuatannya, maka tiang pancang dapat digolongkan sebagai displacement pile,
dimana rekatan pada sepanjang tiang cukup efektif untuk diperhitungkan, sedangkan tiang bor
termasuk sebagai non-displacement pile, rekatan disekeliling tiang kurang efektif. Bayangkan
saja jika anda memasang paku pada kayu, bandingkan jika langsung di palu atau dibuat lobang
dengan bor terlebih dahulu. Beda khan. Ya seperti itulah prinsipnya.
Jadi tiang pancang dapat secara efektif memanfaatkan end-bearing dan friksi, tentu saja ini
tergantung dari jenis tanahnya bukan. Sedangkan tiang bor maka kekuatan utama didasarkan
pada end-bearing. Jadi kalau tanah keras sangat jauh di bawah tanah atau bahkan tidak ada
sama sekali tanah kerasnya (SPT > 40) sehingga hanya bisa memanfaatkan kekuatan lekat
(friksi) tanah maka jelas sistem pondasi yang dapat digunakan adalah tiang pancang. Kalau
memaksa memakai tiang bor, bisa-bisa hilang itu pondasinya masuk ke bawah karena berat
sendirinya.
Sistem pondasi tiang pancang mempunyai keterbatasan, baik akibat dimensi tiangnya agar
dapat diangkat, maupun kemampuan alat pancang itu sendiri dalam memancang tiang. Oleh
karena itu pondasi tiang pancang ukuran dan kapasitasnya terbatas. Sehingga jika diperlukan
suatu tiang pondasi dengan kapasitas besar maka dipilihlah pondasi tiang bor, karena kalau
memakai tiang pancang diperlukan banyak tiang pancang sehingga pile-cap-nya juga besar
(luas).

Pondasi tiang bor ber diameter besar


Dengan alasan itu pula (bebannya besar) maka pondasi tiang bor dipakai pada proyek
jembatan Suramadu yang menghubungkan Jawa-Madura. Adapun tekniknya cukup baru juga
yang mengadopsi peraturan Cina, yaitu memakai grouting pada dasar pondasi.
O ya, kadang-kadang diperlukan juga suatu pondasi dengan kemirangan, ini biasa dipakai di
pelabuhan, sedangkan di proyek gedung sangat jarang. Jika itu diperlukan maka hal tersebut
hanya bisa dilakukan dengan cara pemancangan (pakai hammer).

Hammer untuk pemancangan miring.


Saya kira itu dulu cerita tentang hammering.

Anda mungkin juga menyukai