Anda di halaman 1dari 4

A Definisi

Pneumonia merupakan masalah umum pada orang lanjut usia dan


berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Pneumonia dianggap
sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit menular pada lanjut
usia (Mehr, 2010).
Pneumonia lobaris merupakan infeksi parenkim paru yang
terbatas

pada

alveoli

kemudian

menyebar

secara

berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada pemeriksaan


histologis terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan
eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab
dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai spesies
bakteri, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit (Levison,
M. 2011).
B Etiologi
Pada pneumonia lobaris rongga udara dari sebagian
atau seluruh lobus secara homogen terisi oleh eksudat
yang dapat dilihat pada radiografi sebagai konsolidasi
lobular atau segmental. Staphylococcus pneumonia dan
Haemophilus influenza bertanggung jawab untuk lebih dari
90% pneumonia lobaris (Kumar, 2007).
C Epidemiologi
Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh
pneumococcus, yang sering ditemukan pada orang dewasa
dan anak besar. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada
usia

kurang

dari

tahun

dan

berkurang

dengan

meningkatnya umur. Pneumonia sangat rentan terhadap


bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis kelamin lakilaki,

kurang

gizi,

berat

badan

lahir

rendah,

tidak

mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan


tempat

tinggal,

imunisasi

yang

tidak

memadai,

dan

defisiensi vitamin A (Santoso et al., 2007).


Insidensi pneumonia lobaris di negara-negara yang
sedang berkembang pada anak kurang dari 5 tahun
diperkirakan sekitar 30% dengan angka mortalitas yang
tinggi. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
yang mencolok walaupun ada berbagai kemajuan dalam
bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan oleh munculnya
organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik.
Adanya organisme-organisme baru dan penyakit seperti
Acquired

Immunodeficiency

Syndrome

(AIDS)

yang

semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan


terjadinya pneumonia lobaris (Santoso et al., 2007).
Pneumonia lobaris merupakan penyakit infeksi paru
yang prevalensinya cukup tinggi. Pada tahun 2002, di
ruang gawat akut geriatrik RSCM, pneumonia lobaris
merupakan

penyakit

nomor

diantara

10

penyakit

terbanyak yang masuk yaitu 61% penderita wanita dan


28,5% laki-laki (Santoso et al., 2007).
D Faktor resiko
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa
kelainan imunitas yang jelas, namun pada kebanyakan
pasien dewasayang menderita pneumonia didapati adanya
satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya
tahan tubuh (Dahlan, 2009).
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orangorang lanjut usia (lansia) dan sering terjadi pada penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapat terjadi pada
pasien dengan penyakit lain seperti diabetes melitus (DM),
payah

jantung,

penyakit

arteri

koroner,

keganasan,

insufisiensi renal, penyakit syaraf kronik, dan penyakit hati


kronik.

Faktor

predisposisi

lain

antara

lain

berupa

kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, diabetes melitus,


keadaan imunodefisiensi, kelemahan atau kelainan struktur
organ dada dan penurunan kesadaran (Dahlan, 2009).
E Tanda dan gejala
Berikut merupakan tanda dan gejala yang terdapat pada
pneumonia lobaris:
1 Hidung tersumbat.
2 Nafsu makan menurun.
3 Suhu dapat naik sampai 39o C atau lebih.
4 Gelisah.
5 Dispneu.
6 Nyeri pleuritik pada daerah lobus yang terkena.
7 Myalgia.
8 Sianosis di sekitar mulut dan hidung.
9 Pernafasan cuping hidung.
10 Batuk setelah perjalanan penyakit lebih lanjut.
11 Sputum berwarna merah karat.
12 Suara nafas bronkial (Soedarsono, 2004).
F Penegakan diagnosis
A Anamnesis
Anamnesis pada penderita menunjukkan tandatanda seperti nafsu makan menurun, batuk berdahak,
myalgia, nyeri pleuritik pada daerah lobus yang terkena,
dan sesak nafas. Biasanya anak lebih suka tiduran pada
sebelah dada yang terkena (Soedarsono, 2004).
B Pemeriksaan fisik
a Inspeksi dan palpasi

pergerakan

dada

lambat

b Perkusi

: redup.

c Auskultasi

: ronki (Abdoerrachman,

et al.,

pada sisi yang sakit.

2007).
C Pemeriksaan penunjang
a Foto toraks
Pada foto toraks ditemukan infiltrat yang jelas
dan gambaran konsolidasi pada salah satu atau
beberapa lobus yang terinfeksi. Foto toraks dapat pula

menunjukkan

adanya

komplikasi

abses

paru,

neumotoraks,

atau

perikarditis

atelectasis,

pneumomediastinum

seperti

pleuritis,

(Abdoerrachman et al., 2007).


b Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum yang diambil dari
sekresi batuk, akan ditemukan bakteri atau virus
penyebab pneumonia (Soedarsono, 2004).
c Pemeriksaan darah tepi
Gambaran

darah

menunjukkan

leukositosis,

biasanya 15.000-40.000/mm3 sedangkan pemeriksaan


darah tepi lainnya biasanya normal (Abdoerrachman
et al., 2007).
Dapus
Sulkowska, K., P. Palczeweski, dan M. Golebiowski. 2012. Radiological
Spectrum of Pulmonary Infections In Patients Post Solid Organ
Transplantation. Polish Journal of Radiology, vol. 77(3): 64-70
Mansjoer, Arif dan Triyanti, Kuspuji. 2011.

Kapita Selekta

Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius


Dahlan, Zul. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5.
Jakarta: FK UI

Anda mungkin juga menyukai