Anda di halaman 1dari 9

Volume dan Kapasitas Paru

Metoda yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah dengan merekam
volume pergerakan udara yang masuk dan keluar paru. Alat yang digunakan
dinamakan spirometri atau spirogram yang dapat memperlihatkan perubahan
dalam volume paru pada berbagai keadaan pernapasan (Syaifuddin,H., 2011).
Volume Paru
Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama dengan volume maksimal
paru yang mengembang, masing-masing volume itu adalah:
1. Volume tidal: Merupakan volume udara yang diinspirasikan dan di
ekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya sekitar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi: Merupakan volume tambahan udara yang
dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal, biasanya 3.000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi: Merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih kurang
1.100 ml.
4. Volume sisa: Volume udara yang masih tersisa di dalam paru setelah
kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1.200 ml.
Ventilasi paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-otot inspirasi, pada
waktu otot inspirasi berelaksasi sifatnya elastis, paru dan toraks mengempis secara
pasif. Bila semua otot berelaksasi kembali ke suatu keadaan istirahat. Volume
udara di dalam paru pada tingkat yang sama dengan kapasitas sisa fungsional kirakira 2.300 ml (Syaifuddin,H., 2011).
Volume Sisa
Udara yang tidak bisa dikeluarkan dari paru bahkan dengan ekspirasi yang
kuatpun tidak bisa dikeluarkan, fungsinya menyediakan udara dalam alveolus

untuk menyerasikan darah di antara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada
udara sisa, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di dalam darah akan naik dan
turun secara jelas (Syaifuddin,H., 2011).

Volume Respirasi Per Menit


Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam
saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi.
Volume tidal normal sekitar 500 ml dan kecepatan respirasi normal 12 kali per
menit. Rata-rata volume respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat
hidup untuk waktu singkat dengan volume respirasi permenit sedikitnya 1,5 liter
dan kecepatan respirasi serendahnya 2-4 kali permenit (Syaifuddin,H., 2011).
Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali per menit dan volume
tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital, kira-kira 4.600 ml pada
pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan suatu
volume tidal yang lebih besar dari setengah kapasitas vital, dengan
mengombinasikan kedua faktor ini laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas
pernapasan maksimum 100-120 liter/menit (Syaifuddin,H., 2011).
Kapasitas Paru
Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi
seperti ini disebut kapasitas paru sebagai berikut :
1. Kapasitas inspirasi: Sama dengan volume tidal, ditambah dengan volume
cadangan inspirasi, kira-kira 3.500 ml. Jumlah udara yang dapat dihirup
oleh seseorang mulai pada tinggat ekspirasi normal dan mengembangkan
parunya sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas sisa fungsional: Sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume sisa. Jumlah udara yang tersisa di dalam paru pada akhir
ekspirasi normal kira-kira 2.300 ml.

3. Kapasitas vital: Sama dengan volume cadangan ditambah dengan volume


tidal dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru setelah ia mengisinya sampai batas maksimum
dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600 ml.
4. Kapasitas total paru: Adalah volume maksimum pengembangan paru
dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5.800 ml
(Syaifuddin,H., 2011).
Spirometri
Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara kedalam
dan keluar dari paru (Blonshine, 2000) .
Seseorang yang bernapas melalui mouthpiece spirometri perlu ditutup
hidungnya. Responden yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu
prosedur. Tiga maneuver pernapasan dicoba dahulu sebelum menentukan data
prosedur dan data yang tertinggi dari tiga kali percobaan diambil untuk
mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini mengukur aliran udara melalui prinsipprinsip perpindahan elekronik atau mekanik dan menggunakan mikropresessor
dan perekam untuk menghitung serta memplot aliran udara (Blonshine, 2000).
Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam kondisi yang melibatkan
usaha normal dan maksimal. Rekaman yang diperoleh disebut spirogram yang
akan menunjukkan volume udara serta tingkat aliran udara yang memasuki dan
keluar dari paru. Spirometri dapat menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi
pengukuran tergantung pada betapa benar responden melakukan maneuver ini.
Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah :
1. Vital Capacity (VC)
Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu
pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan
mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai

normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan
keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas
ekspirasi maksimal. Volume inidisebut residual volume (RV) (Guyton, 2006).
1. Forced vital capacity (FVC)
Setelah mengekspirasi secara maksimal, responden disuruh menginspirasi dengan
usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat. FVC adalah volume
udara yang diekspirasi kedalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum
(Ganong, 2005).
1. Forced expiratory volume (FEV)
Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar ke dalam
spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu
memberikan ukuran sebanyak 97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakan
lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri pada 1
detik. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( Ganong, 2005) .
1. Maximal voluntary ventilation (MVV)
Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama 15 detik. Rerata
volume udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton,
2006)
Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui spirometri sangat
tergantung pada umur, kelamin, berat badan, tinggi dan ras (Braunwald, 2001).
Tujuan Spirometri
Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi berbagai penyakit yang
menggangu fungsi paru. Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), emfisema, dan kelainan kronik paru yang lain. Jika nilai
spirometri menunjukkan nilai dibawah batas normal, maka dapat dipastikan

adanya kelainan fungsional paru. Prosedur spirometri dapat dilakukan dengan


cepat tanpa menyebabkan nyeri (Blonshine, 2000).
Indikasi Spirometri
Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:

Diagnostik
o Untuk mengevaluasi gejala dan tanda
o Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
o Untuk menilai resiko pra-operasi
o Untuk menilai prognosis
o Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik
berat program

Monitoring
o Untuk menilai intervensi terapeutik
o Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi
fungsi paru-paru
o Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru
diketahui
o Untuk memantau orang terkena agen merugikan

Penurunan Nilai Evaluasi


o Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi

o Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi


Kontraindikasi Spirometri
Spirometri dikontraindikasi pada responden yang :
1. Hemoptisis
2. Pneumotoraks
3. Sakit jantung
4. Angina Pektoris
5. Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial
6. Kondisi trombotik
7. Pembedahan toraks atau abdominal
8. Nausea dan muntah (Blonshine, 2000)
Peak Flow Meter (PFM)
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam
jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi
tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Ventilasi
patologis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi
campuran yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.

w
ww.medicinesia.com
1. Metode Pemeriksaan
Dalam praktikum ini untuk mengetahui fungsi paru probandus dengan
menggunakan alat Spirometri.

1. Alat Bahan
2. Spirometri
3. Tissue
4. Tinta spirometri
5. Mouth piece dispposible
6. Penjepit hidung

Cara kerja :
1. Cara Kerja
Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru
1. Siapkan alat pencatat atau spirometri
2. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi
probandus menghadap alat.
3. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan
umur.
4. Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus
memasukan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung
probandus dengan penjepit hidung.
5. Instruksikan probandus untuk bernapas tenang terlebih dahulu untuk
beradaptasi dengan alat.
6. Tekan tombol start alat spirometri untuk memulai pengukuran.
7. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perihtah dari alat
untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan secara benar
akan keluar data dan kurva di layar spirometri.
8. Bila perlu tanpa melepaskan mouthpiece, ulangi pengukuran dengan
inspirasi dalam dan ekspirasi yang maksimal.
9. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva dilanjutkan
dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru (FVC=Force Vital Capacity)
1. Siapkan alat pencatat atau spirometri.
2. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi
probandus menghadap alat.
3. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan
umur.
4. Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat.
5. Segera setelah siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan ekspirasi
dengan kuat melalui alat.

6. Bilaperlu tanpa melepaskan mouth piece, ulangi pengukuran dengan


inspirasi dalam dan ekspirasi yang maksimal.
7. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan
dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
Pemeriksaan maximum voluntary ventilation (MVV).
1. Siapkan alat pencatat atau spirometri.
2. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi
probandus menghadap alat.
3. Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan
umur.
4. Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat.
5. Segera setelah siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan ekspirasi
kemudian inspirasi dengan cepat dan kuat melalui alat.
6. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan
dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C.. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta
Syaifuddin,H.. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai