Anda di halaman 1dari 12

Ivan Budiman

515120011

KATA PENGANTAR
Sebagai calon sarjana teknik mesin, kegiatan praktikum proses produksi di
laboratorium mutlak diperlukan. Praktikum ini dimaksudkan untuk mengulangi
atau menerapkan teori-teori yang telah atau belum diperoleh dalam kuliah,
sehingga diharapkan setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat memperluas
cakrawala pandang di bidang teknik mesin khususnya mesin-mesin produksi.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui praktikum ini adalah:
1. Mendapatkan pengalaman praktis dan teknis dalam menggunakan mesinmesin perkakas seperti mesin bubut, frais, gerinda, gergaji, drill, sekrap dan
mesin las.
2. Menambah keterampilan dan pengetahuan membaca gambar, menggunakan
alat ukur, dan memilih berbagai jenis perkakas.
3. Melatih diri melakukan komunikasi secara lisan maupun tulisan dengan
cara membuat laporan praktikum.
4. Kerja tim.
Laporan praktikum proses produksi ini berisi antara lain:
1. Teori mesin perkakas yang meliputi fungsi, jenis, komponen utama beserta
pekerjaan yang dapat dilakukannya.
2. Perlengkapan selama praktikum.
3. Tata tertib dan penilaian praktikum.

Ivan Budiman
515120011

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi........................................................................................................

I. Tujuan............................................................................................................ 3
II. Dasar Teori................................................................................................... 3
III. Prosedur
i.
ii.
iii.

Alat dan bahan..................................................................................


Langkah Kerja...................................................................................
Keselamatan Kerja............................................................................

5
7
9

IV. Analisa dan Pembahasan........................................................................... 9


V. Hasil Praktikum......................................................................................... 11
VI. Kesimpulan............................................................................................... 11
Daftar Pustaka............................................................................................... 12
Gambar Sketsa................................................................................................
Gambar CAD..................................................................................................

Ivan Budiman
515120011

Las Listrik
I. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui cara kerja las listrik.
2. Agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam praktek pengelasan listrik.ff
II. DASAR TEORI
II.1. Definisi Pengelasan Las Listrik
Pengelasan las listrik adalah proses pengelasan dengan busur nyala
listrik dimana panas diperoleh dari busur nyala yang memancar antara
elektrode dengan selubung flux dan benda kerja. Elektrode tip, daerah las
busur nyala dan sekitar logam cair (molten metal) dilindungi dari pengotoran
udara sekeliling dengan adanya gas yang terjadi karena pembakaran dan
penguraian dari flux. Molten metal mendapat tambahan perlindungan dari
molten slag. Elektric arc (busur nyala listrik) adalah arus elektrode yang
mengalir secara terus menerus melalui media pendek antara dua elektrode dan
busur dipengaruhi oleh kekuatan medan listrik dan temperatur.
II.2. Pemilihan Besarnya Arus Listrik
Besar arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter
macam elektrode las. Pada prakteknya dipilih amperase pertengahan. Sebagai
contoh, untuk elektrode E6010 dengan minimum 80 dan maksimum 120
ampere dipilih amperase pertengahan, yaitu 100 ampere.
II.3. Cara Penyalaan Busur Las
Pengaturan arus las yang tepat sesuai dengan tipe dan ukuran elektrode
sangat diperlukan agar diperoleh busur yang baik. Penyalaan busur dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Untuk pesawat las AC, penyalaan dilakukan dengan menggoreskan
elektrode pada benda kerja.

Ivan Budiman
515120011

Untuk pesawat las DC, penyalaan dilakukan dengan menyentuhkan


elektrode ke benda kerja.
Bila elektrode harus diganti sebelum pengelasan selesai, untuk
melanjutkan pengelasan busur perlu dinyalakan lagi pada tempat kurang lebih
25 mm dimuka las berhenti. Bila busur sudah terjadi, elektrode dikembalikan
ke posisi las berhenti untuk melanjutkan pekerjaan dengan cara elektrode
diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya kurang lebih sama dengan
diameter elektrode.
II.4. Pengaruh Panjang Busur Terhadap Hasil Las
Panjang busur (L) yang normal adalah kurang lebih sama dengan
diameter kawat inti (D) elektrode.

Bila L = D, maka cairan elektrode akan mengalir dan


mengendap dengan baik, dengan lasan mempunyai ciri-ciri :
-

Rigi-rigi las yang halus dan baik.

Tembusan las baik.

Perpaduan dengan bahan dasar baik.

Percikan teraknya halus.

Bila L>D, maka timbal bagian-bagian yang berbentuk bola dari


cairan elektroda, dengan lasan mempunyai ciri-ciri :
-

Rigi-rigi las kasar.

Tembusan las dangkal.

Percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.

Bila L<D, busur akan sukar dipelihara, dapat terjadi


pembekuan

ujung

elektrode

pada

pengelasan,

dengan

lasan

mempunyai ciri-ciri :
-

Rigi-rigi las tidak rata.

Tembusan las tidak baik.

Percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

Ivan Budiman
515120011

II.5. Pengaruh Panjang Busur Terhadap Hasil Lasan


Besarnya arus pengelasan mempengaruhi hasil lasan. Bila arus terlalu
rendah akan mengakibatkan sukarnya penyalaan busur dan besarnya busur
listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk
melelehkan elektrode dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi
las yang kecil dan tidak rata serta penembusannya tidak dalam. Sebaliknya
bila arus terlalu besar, maka elektrode akan mencair telalu cepat dan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam.
II.6. Pengaruh Kecepatan Elektroda Terhadap Hasil Pengelasan
Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektrode waktu mengelas
harus stabil sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. Jangan
mengelas dengan rigi-rigi las yang berbentuk gergaji. Jika elektrode
digerakkan terlalu lamban akan dihasilkan jalur yang kuat.
III. PROSEDUR
1. Alat, Bahan dan Kegunaan
Tang dan Elektroda.
Tang digunakan untuk menjepit benda kerja setelah dilas dan dicelupkan ke air.
Elektroda mengandung flux dan filler. Flux berfungsi untuk menghasilkan
pelindung dan filler sebagai material pengisi las.

Gb. 3.1.1. Tang dan Elektroda

Ivan Budiman
515120011

Kikir

Kikir digunakan untuk menghaluskan specimen sebelum dan sesudah las agar
permukaan specimen rata dan halus.

Gb.3.1.2. Kikir

Palu Kecil

Digunakan untuk mengetuk bagian yang di las setelah specimen diquench.

Gb.3.1.3. Palu kecil

Penjepit Elektroda (Tang Buaya)

Digunakan untuk menjepit elektroda

Gb.3.1.4. Tang Buaya


6

Ivan Budiman
515120011

Masker las

Berfungsi untuk melindungi operator ketika melakukan proses pengelasan

Gb.3.1.5. Masker Las

Plat besi

Gb.3.1.6. Plat besi sebagai specimen

Massa atau Katoda

Gb. 3.1.7
2.

Massa

atau

Katoda

sebagai

kutub negatif
Langkah kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum
b. Sebelum melakukan pengelasan, ujung-ujung specimen dikikir terlebih
dahulu.
c. Menyalakan mesin las listrik dan mengatur ampere yang pada 40 A.
d. Menyiapkan benda kerja pada posisi yang tepat untuk menyambung.

Ivan Budiman
515120011

Gb.3.2.1. Posisi pengelasan


e. Menyambung kabel las listrik yang berupa penjepit pada bahan atau daerah
yang berhubungan dengan benda kerja sebagai salah satu kutub las listrik
dan mengambil penjepit elektrode untuk memasang elektrode.

Gb.3.2.2. menjepit elektroda pada tang buaya


f. Menyalakan busur listrik dengan cara menggoreskan pada bagian logam lain
yang terhubung dengan las listrik.
g. Setelah busur menyala, proses pengelasan dapat dimulai dengan
mendekatkan elektrode pada benda kerja. Jarak antara elektrode dengan
benda kerja diusahakan agar tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, sebab
elektrode akan menempel dengan benda kerja apabila jarak antara elektrode
dan benda kerja terlalu dekat, sementara jika terlalu jauh, hasil pengelasan
kurang baik.
h. Setelah jarak yang tepat diperoleh, pengelasan dilakukan perlahan dan
gerakan melingkar untuk memperoleh kontur las yang kuat dan baik.
i. Sebelum dilakukan pengelasan pada kedua ujung dibuat titik sebagai
penanda las agar terikat sehingga mempermudah penyambungan.
j. Setelah pengelasan selesai, benda kerja langsung dijepit dengan tang dan
didinginkan dengan air

Gb.3.2.3. Quenching specimen


k. Specimen dikikir setelah diquench
8

Ivan Budiman
515120011

Gb.3.2.4. Mengkikir specimen


l. Membersihkan dan merapikan serta mengembalikan alat-alat percobaan ini.
3. Keselamatan kerja
Memakai masker las ketika melakukan proses pengelasan.
Menghindari gas atau asap hasil pengelasan mengenai mata.
Menggunakan sarung tangan untuk melindungi tangan operator dari
percikan busur api.
Tidak menyentuh benda kerja setelah dilas apabila benda kerja belum
diquench.
IV. ANALISA dan PEMBAHASAN
Dalam proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan
setempat dan selama proses berjalan, suhunya berubah terus, sehingga distribusi
suhu tidak merata. Karena panas tersebut, maka pada bagian yang dilas terjadi
pengembangan termal. Sedangkan bagian yang dingin tidak berubah, sehingga
terbentuk penghalang pengembangan yang berakibat terjadinya peregangan yang
rumit. Peregangan semacam ini menyebabkan timbulnya tegangan.
Dalam proses pendinginan menuju suhu kamar, terjadi penyusutan yang
rumit pula, sehingga pada akhirnya terdapat tegangan yang disebut tegangan sisa
(residual stress). Tegangan sisa yang terjadi akibat pengelasan yaitu tegangan sisa
akibat adanya halangan-dalam yang terjadi karena pemanasan dan pendinginan
setempat pada bagian konstruksi yang bebas dan tegangan sisa akibat adanya
halangan-luar yang terjadi karena perubahan bentuk dan penyusutan konstruksi.
Terdapat dua cara untuk membebaskan/mengurangi tegangan sisa yaitu cara
mekanik (penempaan, peregangan dan getaran), dan cara termal (anil).
Distorsi atau perubahan bentuk pada bagian yang disambung dengan
sambungan las adalah akibat pengembangan dan penyusutan termal yang tidak
seragam. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya distorsi akibat las dapat

Ivan Budiman
515120011

dibagi menjadi dua kelompok yaitu akibat masukan panas pengelasan dan akibat
penahan atau penghalang pada sambungan las. Cara penghindaran perubahan
bentuk (distorsi) yaitu distorsi yang terjadi dalam pengelasan tidak hanya
mengurangi ketelitian ukuran dan penampakan luarnya saja, tetapi menurunkan
kekuatan sambungan las dan menambah waktu serta kerja untuk pelurusan. Jadi,
prosedur pengelasan perlu ditentukan lebih dahulu. Penghindaran perubahan
bentuk sebelum pengelasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyetelan
awal atau dengan penahanan sedangkan selama pengelasan, dilakukan hal-hal
berikut ini :
-

Pengurangan masukan panas dan logam las.

Dengan berkurangnya

masukan las, maka suhu yang terlalu tinggi dapat dihindari dan berakibat
berkurangnya perubahan bentuk.
Bila logam gas yang dikurangi,maka jumlah logam yang menyusut menjadi
berkurang.

Pengurangan logam las dapat berupa pengurangan panjang las,

memilih bentuk kampuh yang sesuai, memotong dan merakit bagian yang akan
dilas dengan teliti.
- Menentukan urutan pengelasan yang tepat, urutan pengelasan yang simetri
dapat mengurangi perubahan bentuk.

Perubahan memanjang dan

perubahan puntir dapat dikurangi dengan menggunakan urutan pengelasan


meloncat.

V. HASIL PRAKTIKUM

10

Ivan Budiman
515120011

Gb.5.1 Hasil Pengelasan Listrik


VI. KESIMPULAN
1. Dalam proses pengelasan jarak antara elektroda dan benda kerja harus
diperhatikan, apabila dibawah 5mm maka elektroda akan menempel pada
benda kerja, sedang apabila diatas 5mm maka pengelasan akan tidak
sempurna karena proses peleburan elektroda dan benda kerja tidak
optimal.
2. Pada saat mengelas harus dilakukan perlahan-lahan dan dibuat menyerupai
membuat lingkaran agar hasil alur yang didapat dapat rapi, kuat dan
konstan.
3. Pada saat selesai mengelas, harus dilakukan quench dengan cepat agar
hasil pengelasan lebih mengkilap dan kerak-kerak hitam akibat panas
dapat luruh secara langsung.

11

Ivan Budiman
515120011

DAFTAR PUSTAKA
Sato, G Takeshi. 2003. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO. Jakarta :
Pradnya Paramita.
Serope Kalpakjian and Steve R. Schmid. 2003. Manufacture and Process for
Engineering Material 4th Edition. Prentice Hall.
Sukania, I Wayan. 2003. Pedoman Praktikum Proses Produksi. Jakarta :
Laboratorium Proses Produksi Jurusan Mesin Universitas Tarumanagara.

12

Anda mungkin juga menyukai