Anda di halaman 1dari 8

ACARA I

PEMBUATAN LARUTAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari dan melatih cara-cara pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 4 April 2014
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Campuran homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan alkohol
dalam air. Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang besar disebut
pelarut (solvent) dan yang lain disebut solute (zat terlarut). Campuran heterogen adalah
campuran yang mengandung dua fase atau lebih, adapun contohnya air susu dan air kopi.
Berdasarkan pelarut, larutan dibagi tiga, yaitu larutan gas, larutan cair, dan larutan padat.
Dalam larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh komponenterhadap yang lain,
karena partikelnya sangat berjauhan (Brady, 2001 : 206).
Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan nonpolar (misal
carbon tetraclorin dan benzena) atau dua larutan polar (misal air dan alkohol) yang
membentuk larutan satu fase yang homogen. Larutan yang tidak melarutkan adalah
campuran dari zat cair polar dan zat cair nonpolar yang membentuk dua fase. Larutan
ideal adalah larutan-larutan yang mengikuti hukum Raoult. Dalam larutan ini zat terlarut
(solute) dan pelarut (solvent) atau zat terlarut (solute) gaya antar molekul zat terlarut
(solute) (Bresnick, 2002 : 52).
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi adalah perbandingan zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan
volume zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini
muncul satuan-satuan konsentrasi yaitu fraksi mol, molaritas, normalitas, ppm serta
ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004 : 19).
Penentuan isoterm biosorpsi dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ion
logam Cr (VI) yang direaksikan terhadap jumlah ion logam Cr (VI) yang diserap oleh
biosorben pada temperatur kamar. Dengan bertambahnya konsentrasi biosorbat yang
2

diinteraksikan, maka jumlah ion logam Cr (VI) yang terserap semakin bertambah juga.
Pada isoterm ini memperlihatkan afinitas yang relatif tinggi antara zat terlarut (ion logam
Cr (VI)) dengan biosorben pada tahap awal dan selanjutnya konstan (Diantariani, 2008).
Larutan NaCl yang digunakan yaitu garam dapur yang dilarutkan dengan air, dalam
garam dapur selain NaCl juga terdapat mineral lain misalnya Iodium. Begitu juga dengan
air mineral yang bukan merupakan air murni, didalamnya terdapat mineral-mineral
(Abadi, 2005).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat alat Praktikum
a. Gelas arloji
b. Gelas kimia 50 ml
c. Gelas kimia 100 ml
d. Gelas kimia 250 ml
e. Labu ukur 50 ml
f. Pipet tetes
g. Sendok
h. Spatula
i. Timbangan analitik
2. Bahan bahan Praktikum
a. H2O(l) (Aquades)
b. NaCl(s) (Natrium klorida)
c. NaOH(s) (Natrium hidroksida)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Untuk NaOH
a. Dihitung massa NaOH(s) yang dibutuhkan saat konsentrasinya 0,5 M dan 0,75 M.
b. Ditimbang massa NaOH yang telah dihitung, dengan menggunakan timbangan
analitik dan diletakkan didalam gelas kimia.
c. Dimasukkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia hingga dapat melarutkan
padatan NaOH kemudian diaduk dengan spatula.
d. Dituangkan larutan NaOH 0,5 M dan 0,75 M pada dua labu ukur yang berbeda
dan ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 50 ml.
e. Dikocok masing-masing labu ukur tersebut kemudian dituangkan ke dalam gelas
kimia dan diberikan label pada masing-masing larutan.
2. Untuk NaCl
a. Dihitung massa NaCl(s) yang dibutuhkan saat konsentrasinya 0,5 % dan 1 %.
b. Ditimbang massa NaCl yang telah dihitung, dengan menggunakan timbangan
analitik dan diletakkan di dalam gelas kimia.
c. Dimasukkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia hingga padatan NaCl
dapat melarut kemudian diaduk dengan spatula.
3

d. Dituangkan larutan NaCl 0,5 % dan 1 % kedalam dua labu ukur yang berbeda dan
ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 50 ml.
e. Dikocok masing-masing labu ukur tersebut agar larutan NaCl dapat tercampur
merata kemudian dituangkan kembali ke dalam gelas kimia, larutan tersebut diberi
tanda dengan menggunakan kertas label agar tidak tertukar.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan
No.
Perlakuan
1 Reaksi pada Asetaldehida
a. Asetaldehida + air
b. Asetaldehida + eter
c. Asetaldehida + lakmus
2
Reaksi pada Butanol

Hasil Pengamatan

a. Butanol + air
b.
c.
d.
e.

Butanol + NaOH 5 %
Butanol + HCl 5 %
Butanol + H2SO4 96 %
Butanol + H3PO4 85 %

Larut (keruh)
Larut (keruh)
Tidak berubah warna

Tidak

dibawah air
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Tidak larut

Tidak larut
Larut (bening)
Larut (bening)

Tidak larut, coklat dibawah


Tidak larut, coklat dibawah
Tidak larut
Larut, coklat
Larut, coklat

Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut, terdapat endapan

larut,

butanol

diatas,

Reaksi pada Asam benzoat


4

a. Asam benzoat + air


b. Asam benzoat + NaOH 5%
c. Asam benzoat + NaHCO3 5%
Reaksi pada anilin

a.
b.
c.
d.
e.

Anilin + air
Anilin + NaOH 5%
Anilin + HCl
Anilin + H2SO4 96%
Anilin + H3PO4 85 %

Reaksi pada naftalena


a. Naftalen + air
b. Naftalen + NaOH 5%
c. Naftalen + HCl 5%
d. Naftalen + H2SO4 96%
2. Tabel Kelarutan Percobaan
Sampel

Kelarutan dalam
air eter NaOH NaHCO

HCl

HSO

HPO

Kertas

Kelas

Lakmus

Kelarutan
4


S1

Tidak

Asetaldehida

Butanol

N2

Asam benzoat

A1

Anilin

N1

Naftalena

berubah

3. Tabel Kelarutan Sebenarnya


Kelarutan dalam
NaHCO
air eter NaOH
HCl

Sampel
Asetaldehida
Butanol
Asam benzoat
Anilin
Naftalena

HSO

HPO

Kelas

Kertas
Lakmus

Kelarutan

S1
N2
A1
N1
I

Keterangan :
() larut
() tidak larut
() tidak dilakukan
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
a. NaOH(s) + H2O
b. NaCl(s) + H2O(s)

NaOH(aq) + H2O(aq)
NaCl(aq) + H2O(aq)

2. Perhitungan
a. NaOH 0,75 dengan volume pelarut 50 ml
M=

gram =
=
=1,5 gram
b.

NaOH 0,5 dengan volume pelarut 50 mL


5

gram =
= 1 gram
c.

NaCl 0,5%, pelarutnya bervolume 50 mL (w/v)


%

x 100%

gram =
= 0,25 gram
d.

NaCl 1%, pelarutnya bervolume 50 mL (w/v)


%

=
= 0,5 gram
3. Tabel Pengamatan

No.
1.
2.

Konsentrasi
NaOH(M)
NaCl (%)
0,5
1

0,75
0,5

Volume Larutan
(mL)
50
50

Massa (gr)
NaCl
NaOH
0,25
0,5

1,5
1

G. PEMBAHASAN
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Banyak diantara
senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen
penting dalm biokimia. Kelarutan menyatakan secara kualitatif dari proses larutan. Yaitu
menyatakan jumlah maksimum yang dapat terlarut dalam sejumlah tertentu zat terlarut
atau larutan.
Pada praktikum uji kelarutan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan zat organik
dalam beberapa pelarut dan menentukan golongan suatu zat organik berdasarkan
kelarutan. Dalam praktikum ini zat organik yang digunakan adalah asetaldehid, butanol,
asam benzoat, naftalen dan anilin. Sedangkan aquades, eter, NaOH 5%, HCl 5%, H2SO4
96% dan H3PO4 85% sebagai pelarut.
6

Percobaan pertama, uji kelarutan pada asetaldehid. Pertama, asetaldehid


ditambahkan air, larutan berubah menjadi keruh yang awalnya berwarna bening dan
asetaldehid larut. Hal ini dikarenakan air bersifat polar dan asetaldehid memiliki gugus
fungsi COH yang bersifat polar yang menyebabkan asetaldehid dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan air. Kemudian ditambahkan larutan eter, asetaldehid larut dan larutan
menjadi keruh. Hal ini disebabkan larutan eter bersifat nonpolar dan asetaldehid memiliki
gugus CH3 yang bersifat nonpolar. Dalam pencampuran ini kelarutan yang terjadi tidak
terlalu sempurna karena air yang bersifat polar dan eter bersifat nonpolar sehingga sulit
bercampur. Setelah itu, larutan diuji dengan kertas lakmus, warna kertas lakmus tidak
berubah. Hal ini menandakan bahwa larutan bersifat netral yang memiliki pH = 7.
Percobaan kedua, uji kelarutan pada butanol. Butanol ditambahkan dengan air,
butanol tidak larut dan terbentuk dua lapisan. Hal ini terjadi karena butanol bersifat
hidrofobik yang menolak molekul-molekul air. Terbentuknya dua lapisan tersebut karena
butanol merupakan gugus homolog pertama yang tidak larut dalam air dikarenakan berat
molekul butanol lebih rendah daripada air, sehingga butanol berada di lapisan atas dan air
berada di lapisan bawah. Kemudian larutan ditambahkan NaOH 5%, larutan tidak larut.
Hal ini disebabkan karena butanol dan NaOH merupakan senyawa basa, dimana senyawa
yang bersifat basa tidak dapat larut dalam senyawa basa lainnya. Ketika ditambahkan
larutan HCl 5% butanol juga tidak larut, dikarenakan konsentrasi HCl sangat kecil
sehingga butanol yang merupaka senyawa turunan alkohol yang memiliki rantai homolog
panjang yang membutuhkan pelarut dengan konsentrasi yang tinggi agar proses netralisasi
dapat terjadi dimana ikatan OH dan H molekul tersebut terputus dan menghasilkan H 2O
yang bersifat netral. Selanjutnya ditambahkan H2SO4 96%, didapatkan hasil bahwa
keduanya larut. Hal ini dikarenakan butanol bersifat basa dan H 2SO4 bersifat asam kuat,
sehingga ion OH- pada butanol akan berikatan dengan ion H2SO4 yang akan menghasilkan
molekul H2O, selain itu larutan basa akan larut dalam larutan asam. Kemudian
ditambahkan larutan H3PO4 didapatkan bahwa kedua larutan tidak dapat larut dikarenakan
H3PO4 merupaka larutan asam kuat tidak dapat larut dalam larutan asam. Pada saat
mereaksikan butan dengan H2SO4 dihasilkan larutan yang bersifat asam, sehingga ketika
ditambahkan H3PO4, butanol tidak dapat larut.
Percobaan ketiga, uji kelarutan asam benzoat. Tahap pertama asam benzoat
ditambahkan air, asam benzoat tidak larut. Hal ini dikarenakan asam benzoat memiliki
cincin benzena dan karbon yang berjumlah 7 sehingga memiliki bobot molekul yang
tinggi, menyebabkan kelarutannya dalam air menjadi kecil. Kemudian asam benzoat
7

ditambahkan NaOH 5% didapatkan bahwa kedua larutan dapat larut (warna larutan
bening). Hal ini disebabkan, karena NaOH merupaka pelarut yang bersifat basa dan juga
pelarut yang positifdalam mengidentifikasi senyawa asam. Ketika dicampurkan ion OH pada NaOH dan ion H+ pada asam benzoat akan ternetralisasi dan teruari membentuk
molekul H2O. Selain itu, ketika ditambahkan larutan NaHCO 3 5%, kedua larutan juga
dapat larut. Karena NaHCO3 merupakan garam yang bersifat basa kuat, sehingga asam
benzoat dapat larut dalam NaHCO3 5%. Berdasarkan sifat kelarutan asam benzoat, maka
asam benzoat termasuk dalam kelas kelarutan A1.
Percobaan keempat, uji kelarutan anilin. Pertama, anilin yang dilarutkan dalam air
tidak larut. Hal ini dikarenakan anilin merupaka turunan benzena yang tidak larut dalam
air karena bersifat nonpolar. Selain itu anilin memiliki 6 atom C yang menyebabkan
kelarutan dalam air berkurang. Kemudian anilin ditambahkan larutan NaOH 5%,
didapatkan bahwa kedua larutan tidak dapat larut. Karena anilin merupakan senyawa
benzena mengikat gugus NH2 (amina) secara langsung yang memiliki sifat basa yang
tidak larut dalam NaOH yang juga bersifat basa. Ketika ditambahkan HCl yang bersifat
asam larutan anilin juga tidak dapat larut, karena konsentrasi HCl yang sangat kecil
sehingga sukar larut. Anilin membutuhkan pelarut dengan konsentrasi yang tinggi agar
dapat larut seperti pada H2SO4 96% dan H3PO4 85%. Anilin merupakan contoh dari basa
lemah dan basa aromatik sehingga anilin dapat larut dalam H2SO4 dan H3PO4 yang bersifat
asam.
Percobaan kelima atau terakhir, uji kelarutan terhadapt naftalena. Pertama-tama,
naftalena yang dilarutkan dengan air tidak dapat larut. Karena naftalena bersifat nonpolar
yang tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar. Naftalen juga tidak dapat larut dalam
NaOH, HCl dan H2SO4. Hal ini dikarenakan naftalena merupakan senyawa yang bersifat
netral, sehingga tidak dapat larut dalam pelarut basa NaOH juga pelarut asam HCl dan
H2SO4. Naftalena tidak dapat larut dalam pelarut tersebut karena memiliki gugus H yang
besar juga memiliki gugus OH yang bebas. Naftalen merupakan senyawa polisiklik
dengan dua cincin benzena yang bergabung juga stabil dan kuat sehingga ikatannya sulit
terputus. Hal inilah yang menyebabkan naftalen tidak dapat bereaksi dengan pelarutpelarut yang disediakan. Naftalen termasuk ke dalam kelas kelarutan I.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kelarutan zat organik dalam beberapa pelarut :
8

Asetaldehid dapat larut dalam air dan eter. Butanol dapat larut dalam H2SO4 dan
tidak larut dalam air, NaOH 5%, HCl 5%, dan H 3PO4 85%. Asam benzoat dapat larut
dalam NaOH 5% dan NaHCO 3 5% dan tidak larut dalam air. Anilin larut dalam H 2SO4
96% dan H3PO4 85% dan tidak larut dalam air, NaOH 5% dan HCl 5%. Naftalena
tidak dapat larut dalam air, NaOH 5%, HCl 5% dan H2SO4 96%.
2. Golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya :
Asetaldehid merupaka golongan S1. Butanol termasuk golongan N2. Asam benzoat
termasuk golongan A1. Anilin termasuk kelas kelarutan N1. Naftalena termasuk
golongan I.

DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Prayitno. 2005. Pengaruh Medan Magnet terhadap Sudut Polarisasi Sinar Laser
pada Air dan Larutan NaCl. Semarang : Universitas Diponegoro.
Baroroh, Umi L.U. 2004. Kimia Dasar 2. Banjar Baru : Universitas Lambung Mangkurat.
Brady, James.E. 2001. Kimia Universitas Arah dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.
Bresnick, Stephen. 2002. Intisari Kimia Umum. Jakarta : Hipokrates.
Diantariani, N.P, dkk. 2008. Proses Biosorpsi dan Desorpsi Ion Cr (VI) pada Biosorben
Rumput Laut Euchema spinosum. Bukit Jimbaran : Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai