BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu biofarmasetik dengan farmakokinetik obat dan produk
obat bermanfaat untuk memahami hubungan antara sifat sifat
fisikokimia dari produk obat dan efek farmakologi atau efek klinik.
Studi biofarmaseutika memerlukan penyelidikan berbagai
factor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai
sirkulasi sistemik. Hal ini berarti biofarmaseutika melibatkan factor
factor yang mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat,laju
pelarutan dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika
mempelajari kinetika absorbs obat, distribusi dan eliminasi (yakni
ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan eliminasi obat
sering diistilahkan sebagai disposisi obat.
Pada masa lalu, ahli farmakologi menilai availabilitas relatif obat
yang membandingkan respon farmakologik yang khas, respon klinik
dan kemungkinan respon toksik, sebagai contoh suatu obat seperti
isoproterenol dapat menyebabkan kanaikan kecepatan denyut jantung
jika diberikan secara oral pada dosis yang sama.
Pada saat ini terdapat berbagai metode analitik yang peka, teliti
ORAL
dan tepat untuk pengukuran langsung obat dalam cuplikan biologik,
seperti
plasma
dan
urin.
Para
ahli
farmakokinetika
dapat
obat,
distribusi,
dan
eliminasi
(yakni
eksresi
dan
tetapan
laju
absorbsi
(Ka) dari
suatu
obat
dengan
ORAL
mempelajari parameter Farmakokinetik obat Paracetamol didalam
tubuh yang diberikan secara oral.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
parameter farmakokinetik dengan menggunakan obat paracetamol
secara oral pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
1.4 Prinsip Praktikum
Penentuan parameter farmokinetik meliputi tetapan eliminasi
(k), waktu paruh, (t1/2), tetapan absorpsi (Ka), Volume distribusi (Vd),
Waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut mencapai konsentrasi
maksimum (Tmaks), konsentrasi maksimum obat dalam plasma (Cp maks),
area di bawah kurva (AUC) dengan menggunakan obat paracetamol
oral pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Teori Umum
Obat adalah semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati,
yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau
ORAL
mencegah penyakit atau gejala-gejalanya (Aznam, 2011).
Sebelum obat yang diberikan pada pasien yang tiba di dalam
tubuh obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam
tiga tingkatan yaitu fase biofarmasi, fase farmakokinetik, fase
farmakodinamik (Ganiswarna, 2005).
Respon biologis terhadap suatu obat, merupakan hasil interaksi
antara zat obat dengan molekul yang penting secara fungsional dalam
sistem hidup atau reseptor. Respon yang disebabkan oleh perobahan
dalam suatu proses biologis yang ada sebelum pemberian obat.
Besarnya respon yang berhubungan dengan konsentrasi obat yang
diberikan, besarnya absorbsi dan tribusi ke tempat tersebut laju dan
serta besarnya obat yang dieleminasi di dalam dari tubuh (Tjay,
2010 ).
Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi
suatu obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu
dari suatu obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari
tubuh. Laju dari terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta
intensitasnya dan lama kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses
ini disebut proses farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).
Ilmu biofarmasetik dan farmakokinetik obat dan produk obat
bermanfaat untuk memahami hubungan antara sifat-sifat fisikokimia
ORAL
dari produk obat dan efek farmakologik atau efek klinik (Shargel,
2005).
Study biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai
faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai
sirkulasi sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktorfaktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari suatu produk obat,
laju
pelarutan
dan
akhirnya
bioavailabilitas
obat
tersebut.
Obat
Kompartemen
semi permeable
Berubah
Hidrofil
HUSNUL KHATIMAH ULFA
15020120092
ORAL
Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif
dalam tubuh.Pemasukkan invivo tersebut secara keseluruhan
merupakan fenomena fisiko kimia yang terpadu didalam organ
penerima obat.Fase farmakokinetik ini merupakan salah satu unsur
penting yang menentukan profil keberadaan zat aktif pada tingkat
biofase dan yang selanjutnya menentukan aktifitas terapeutik obat
(Aiache, 1993).
Penelitian farmakokinetik suatu zat aktif merupakan penelitian
identifikasi dan kualitifikasi perjalanan obat dalam tubuh dan
penelitian ini memberikan arah
(Aiache, 1993).
Pelepasan obat
Dan pelarutan
Obat dalam
jaringan
Eliminasi
Ekskresi dan
metabolisme
Efek farmakologi
Atau klinis
ORAL
Secara skematis perjalanan obat dalam tubuh terdiri dari 4
tahap yaitu (Aiache, 1993) :
a.
Absorpsi (penyerapan)
Yang dimaksud dengan absorpsi atau penyerapan suatu zat aktif
adalah masuknya molekul-molekul obat kedalam tubuh atau
menuju keperedaran darah tubuh setelah melewati sawar
biologi.Penyerapan ini hanya dapat terjadi bila molekul zat aktif
kimiawi
dan
kinetic
metabolisme
dan
kinetic
ORAL
macam proses. Peniadaan atau eliminasi adalah proses dinamika
yang kinetiknya meupakan ciri khas dari zat aktif yang berkaitan
dengan organ tubuh pada keadaan obat yang diberikan.
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk
mengetahui bioavabilitas suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1.
2.
Volume
distribusi
adalah
suatu
parameter
obat
dalam
tubuh.
Volume
distribusi
bukan
volume
distribusi
dapat
digunakan
sebagai
Konsentrasi
Tinggi
Puncak
(Cpmax)
adalah
ORAL
dinyatakan
dalam
batasan
konsentrasinya
sehubungan
6.
7.
Tetapan
eliminasi
adalah
parameter
yang
kadar
dalam
plasma-waktu
dihasilkan
dengan
ORAL
mengukur konsentrasi obat dalam cuplikan plasma yang diambil
pada berbagai jarak waktu setelah pemberian suatu produk obat.
Konsentrasi obat dalam tiap cuplikan plasma digambar pada kordinat
kertas grafik rectangular tehadap waktu pengambilan cuplikan
plasma.
Selama
obat
mencapai
sirkulasi
umum
(sistemik),
absorpsi
suatu
obat
terjadi
lebih
cepat
daripada
toxic
concentration)
masing-masing
menyatakan
ORAL
kurva kadar dalam plasma-waktu dalam istilah farmakokinetik seperti
kadar puncak dalam plasma, waktu untuk mencapai kadar puncak
dalam plasma dan area di bawah kurva, atau AUC. Waktu kadar
puncak dalam plasma adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi obat maksimum dalam plasma yang secara kasar
sebanding dengan laju absorpsi obat rata-rata. Kadar puncak dalam
plasma atau konsentrasi maksimum obat biasanya dikaitkan dengan
dosis dan tetapan laju absorpsi dan eliminasi obat.Sedangkan AUC
dikaitkan dengan jumlah obat yang terabsorpsi secara sistemik
(Shargel, 2005).
ORAL
memungkinkan untuk penyesuaian dosis obat secara individual dan
juga untuk mengoptimasi terapi (Shargel, 2005).
Model farmakokinetik
Suatu hipotesis atau model disusun dengan menggunakan
istilah matematik, yang member arti singkat dari pernyataan
hubungan kuantitatif.Berbagai model matematik dapat dirancang
untuk meniru laju absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat (Shargel,
2005).
Jumlah parameter yang diperlukan untuk menggambarkan
model bergantung pada kerumitan proses dan rute pemberian obat.
dalam praktek, ada suatu batasan pada jumlah data yang mungkin
diperoleh. Bila jumlah parameter yang dinilai bertambah maka
ketelitian perhitungan parameter ini menjadi lebih sulit. Dengan
model farmakokinetik yang kompleks, dapat digunakan program
computer untuk menghitung semua parameter. Agar parameterparameter menjadi lebih sahih, jumlah titik-titik data seharusnya
selalu melebihi jumlah parameter dalam model (Shargel, 2005).
Model farmakokinetik berguna untuk (Shargel, 2005) :
1. Memprakirakan kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urin pada
berbagai pengaturan dosis.
2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara
individual.
HUSNUL KHATIMAH ULFA
15020120092
ORAL
3. Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan/atau metabolitmetabolit.
4. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik
atau toksikologik
5. Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antar formulasi
(bioekivalensi).
6. Menggambarkan
perubahan
faal
atau
penyakit
yang
farmakokinetika
beberapa
satuan
yang
berbeda
ORAL
ClT = KVd
PARAMETER FARMAKOKINETIK ORAL
Waktu Paruh (t1/2) (Shargel, 2005).
Waktu paruh (t1/2) menyatakan waktu yang diperlukan oleh
sejumlah obat atau konsentrasi obat untuk berkurng menjadi
separuhnyaWaktu Paruh Reaksi Orde Kesatu.
Harga t1/2 untuk reaksi orde kesatu dapat diperoleh dengan
persamaan :
0,639
T1/2 =
K
Dari persamaan itu tampak bahwa untuk reaksi orde kesatu,
t1/2 adalah konstan.
Waktu paruh obat (t) adalah gambaran waktu yang
dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan menjadi separuh dari
leval asli atau level yang dikendaki (Ganiswarna, 2005).
T1/2 sering digunakan secara klinis untuk menyesuaikan interval
dosis, terutama karena dapat dilakukan dengan mudah diklinik atau
disamping tempat tidur penderita. T1/2 obat juga dapat digunakan
untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai kadarkeadaan mantap: yaitu titik dimana jumlah obat yang diberikan
setara dengan jumlah obat yang diklirens dari tubuh. Setelah tiga
ORAL
waktu paruh, dicapai 87,5 % kadar keadaan-mantap obat, setelah
empat waktu paruh, nilainya menjadi 93,8%, sedangkan setelah lima
waktu paruh, dapat mencapai 100%. Bila diintegrasikan dengan
strategi kadar sasaran, t obat sering digunakan untuk menentukan
interval pemberian obat (Wahab,1996).
Waktu Paruh Reaksi Orde Nol (Shargel, 2005).
T1/2 reaksi orde nol berjalan tidak tetap. Harga t 1/2 reaksi orde
nol adalah sebanding dengan jumlah ataukonsentrasi awal obat dan
berbanding terbalik dengan tetapan laju reaksi orde nol, Ko :
0,5 Ao
T1/2 =
Ko
Oleh karena t1/2 berubah secara berkaladengan berkurangnya
konsentrasi obat, maka t1/2 untuk reaksi orde nol ini hanya sedikit
kegunaannya.
Model Absorbsi Orde Nol (Shargel, 2005).
Pada model iniobat dalam saluran cerna
D GI diabsorbsi
secara sistemik pada suatu tetapan laju reaksi, Ko. Obat dieliminasi
dari tubuh oleh suatu proses orde kesatu dengan suatu tetapan laju
orde kesatu, K.
Laju eliminasi pada setiap waktu, dengan proses orde kesatu
adalah sama dengan DBK. laju masukan adalah Ko. Oleh karena itu,
perubahan persatuan waktu dalam tubuh dapat dinyatakan sebagai
ORAL
berikut :
dDB
= Ko KDB
dt
Integrasi dari persamaan ini dengan subtitusi Vd Cp untuk D B :
Ko
Cp =
VdK
(1- e Kt)
(7.7)
sampai
jumlah obat dalam dinding usus, DGI habis. Waktu dimana absorpsi
obat berlangsung sama dengan D GI/ko. Setelah waktu iniobat tidak
tersedia lagi untuk diabsorpsi dari didnding usus dan persamaan 7.7
tidak berlaku. Konsentrasi obat dalam plasma akan menurun
menurut suatu proses laju eliminasi orde kesatu.
Model Absorbsi Order Kesatu (Shargel, 2005).
Model ini menganggap bahwa masukan orde kesatu adalah
orde kesatu dan suatu eliminasi juga order kesatu. Persamaan
diferensial yang menggambarkan laju peubahan obat dalam tubuh.
dDB
= FKa
DGI - KDB
dt
F adalah fraksi obat secara sistemik. Oleh karena obat dalam
saluran cerna juga mengikuti suatu proses penurunan order kesatu
9 yakni diabsorpsi melintasi dinding saluran cerna) jumlah obat
dalam saluran cerna sama dengan Do e Kat dDB= FKaDo e
Kat
- KDB
ORAL
(7.8)
dt
persamaan ini dapat diintegrasikan untuk memberikan persamaan
absorpsi oral secara umum, untuk perhitungan konsentrasi obat (Cp)
dalam plasma pada setiap waktu (t) ;
FKaDo
Cp =
( e-Kt e Kat)
(7.10)
Vd (Ka-K)
Konsentrasi maksimum Cpmaks dan waktu yang diperlukan
KaDoF
=
=(Ke Kt + Ka e Kat ) = 0
Dt
Vd (Ka-K)
Dapat disederhanakan :
-Ke Kt + Ka e Kat = 0
Penetapan Tetapan Laju Absorbs Dari Data Absorbs Oral
(Shargel, 2005).
Metode residual. Dengan menganggap Ka K dalam
persamaan 7.10 harga eksponensial kedua akan menjadi kecil yang
ORAL
tidak bermakna oleh waktu, oleh karena itu dapat dihilangkan. Pada
keadaan tersebut, absorpsi obat telah sempurna persamaan 7.10
menjadi persamaan ;
FKaDo
Cp =
e-Kt
Vd (Ka-K)
Dari persamaan ini juga dapat diperoleh ;
FKaDo
=A
Vd (Ka K)
A adalah tetapan. Jadi persamaan diatas menjadi :
Cp = AeKt
Persamaaan ini menyatakan eliminasi obat orde kesatu, akan
menghasilkan suatu gambar linear pada kertas semilog dengan slop
= -K/2,3. Harga Ka dapat diperoleh dengan metode residual atau
tekhnik feathering. Harga Ka diperoleh dengan meggunakan
prosedur berikut ;
1. Gambar konsentrasi obat vs waktu pada kerta semilog dengan
harga konsentrasi pada sumbu logaritma.
2. Dapatkan slop dari fase akhir dengan ekstrapolasi
3. Ambil beberapa titik pada bagian atas garis ( mis; x 1, x2, x3,)dan
jatuhkan
tegak
lurus
untuk
mendapatkan
tititk-titik
yang
ORAL
berhubungan
ORAL
Hubungan pada persamaan ini dianggap bahwa proses
metabolisme adalah orde kesatu dan konsentrasi subtrat
(yakni
x100
ORAL
konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan.
Volume distribusi juga dianggap sebagai volume (Vd) dimana obat
terlarut.
Harga volume distribusi tidak mengandung arti fisiologik yang
sebenarnya dari pengertian anatomik, maka digunakan istilah
apparent volume distribution yang selanjutnya disebut volume
distribusi.
Jumlah obat dalam tubuh tidak dapat ditentukan secara
langsung tetapi suatu cuplikan darah dapat diambil pada jarak waktu
secara berkala dan dianalisis konsentrasi obat tersebut. Vd berguna
untuk mengaitkan konsentrasi obat dalam plasma (Cp) dan jumlah
obat dalam tubuh (DB). seperti dalam persamaan berikut ;
DB = VdCp
Didasarkan pada konsentrasi obat dalam plasma, umtuk
penurunan obat dalam plasma ynag mengikuti ore kesatu.
-Kt
Log Cp =
+ log
2,3
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t dan
ORAL
Cp =
e -kt
Sebagian besar obat memiliki volume distribusi lebih kecil
vascular, maka
lebih kecil. Oleh karena itu, ikatan protein plasma atau jaringan
perifer secara bermakna akan mempengaruhi Vd.
Vd dapat dinyatakan sebagai suatu volume atau dalam istilah
porsen berat badan.
Cairan Kompartemen dalam Tubuh (Shargel, 2005).
HUSNUL KHATIMAH ULFA
15020120092
ORAL
Cairan kompartemen
Plasma
4,5
Cairan
ekstraseluler 27,0
45,0
total
Cairan
intraseluler 33,0
55.0
total
Cairan tubuh total
Vd
merupakan
60,0
petunjuk
100,0
untuk
jumlah
obat
diluar
ORAL
Dt Vd(Ka-K)
Dapat disederhanakan :
-Ke Kt + Ka e Kat = 0
Waktu obat mencapai konsentrasi maksimum, t maks hanya
tergantung pada tetapan laju Ka dan K. perhitungan C maks dan Cp maks
perlu dilakukan, oleh karena pengukuran langsung dari konsentrasi
obat tidak memungkinkan sehubungan dengan waktu pangambilan
cuplikan serum yang tidak tepat.
Penerapan dalam Farmasi. Volume distribusi akan beragam
untuk setiap pasien; oleh karena itu, parameter ini dapat digunakan
dalam penentuan dosis atau penyesuaian dosis untuk menghasilkan
kadar darah yang diharapkan pada setiap pasien (Ansel, 2004).
Tmaks Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi
maksimum (Shargel, 2005).
Cmax dan Tmax dapat digunakan untuk menetapkan protokol
pengukuran kadar darah pada suatu keadaan klinis dalam
pengaturan dosis obat-obat seperti antibiotik aminoglikosida (Ansel :
2004).
AUC / Area Under Curve (Shargel, 2005).
waktu untuk mencapai kadar puncak dalam plasma dan area
di bawah kurva.
AUC diperkirakan dengan rumus trapezium.Metode ini teliti
ORAL
jika ada data yang cukup. Area antara waktu dihitung sebagai
berikut) :
Cn-1 + Cn
=
(tn - tn-1)
2
Di mana Cn dan Cn-1 adalah konsentrasi.
Untuk mendapatkan
semua potongan area di bawah kurva dari nol sampai tak terhingga
Total
trapezium,
[AUC]t0
dan
area
residu
[AUC]t,
seperti
FARMAKOKINETIK AMOXICILLIN
Absorpsi amoksisillin disaluran cerna jauh lebih baik dari pada
ampisillin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai
kadar dalam darah yang tinggi kira-kira 2 kali lebih tinggi dari pada
yang dicapai oleh ampisilin, sedangkan masa paruh eliminasi kedua
obat ini hampir sama. Penyerapan ampisillin terhambat oleh adanya
makanan di lambung, sedangkan amoksisilin tidak. (Ganiswarna,
2005).
II. 2. Uraian Bahan
1.
ORAL
Nama resmi
Sinonim
RM/BM
: Aqua Destillata
: Air suling/ Aquades
: H2O/18,02
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
2.
Penyimpanan
Kegunaan
ORAL
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Kelarutan
Kelas terapi
Indikasi
Dosis
maksimum 4 g perhari.
Anak untuk tiap 4 6 jam < 4 bulan (2,7 5
Farmakologi
Kontaindikasi
antipiretik
: Hipersensitif terhadap parasetamolt atau
komponen sediaan lain , gangguan hati yang
jelas, dispnea, obstruksi saluran nafas, hamil,
Efek samping
ORAL
ruan kulit, kelainan darah, pankreatis, alat
pernah
dilaporkan
setelah
penggunaan
panjang.
Mekanisme aksi : Bekerja pada pengaturan panas di hipotalamus
dan menghambat sintesa prostaglandin di
sistem saraf pusat.
II.4. Uraian Hewan Coba
a. Klasifikasi (Ningsih, 2009)
Kingdom
: Animalia
Divisio
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Orytolagus
Spesies
: Rattus norvegicus
b. Karakteristik Hewan Coba (Ningsih, 2009)
Pubertas
: 4 bulan
Masa beranak
: Mei September
Masa hamil
: 28-36 hari
Jumlah sekali lahir : 5-6 ekor
Lama hidup
: 8 tahun
Masa tumbuh
: 4-6 bulan
Masa laktasi
: 3 -4
Frekuensi kelahiran : 38,5-39,5
Pertahun
Suhu tubuh ((C)
: 50(- 6 0(
Tekanan darah
:5
ORAL
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
batang pengaduk, sendok tanduk, gelas kimia, timbangan analitik,
gunting, kanula, kater, spoit, tabung efendrof dan vial.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
aquades, Alkohol, Betadine, parasetamol, NaCMC dan tissue.
3.3 Cara Kerja
1. Penyiapan hewan coba
Dipilih hewan coba tikus (Rattus norvegicus) yang terlebih
dahulu dipuasakan selama 6-8 jam lalu ditimbang berat
badannya.
2. Penyiapan bahan
a. Penyiapan larutan obat Paracetamol
ORAL
Hewan coba tikus (Rattus norvegicus) yang telah
dipuasakan selama 24 jam, lalu ditimbang berat badannya
Dilakukan pengambilan darah awal pada ekor tikus
sebagai darah blanko sebanyak 0.5 mL
Lalu darah yang sudah diambil dimasukkan kedalam
tabung effendor.
DIberikan obat paracetamol secara oral menggunakan
spoit dan kanula.
Setelah diberikan obat didiamkan selama 30 menit
Dilakukan lagi pengambilan darah pada menit ke 30,
60,dan 90
Disentrifuge untuk memisahkan antara serum dan plasma
darah pada kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit
Kemudian diukur absorbansinya.
Dihitung parameternya
ORAL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data pengamatan
1. Kurva baku
Konsentrasi
Absorban
0,471
0,721
0,935
1,425
10
2. Data Sampel
1,655
Waktu
Absorban
0,533
0.641
0,729
1,425
10
1,582
12
1,023
14
0,894
16
0,719
18
0,495
20
0,329
B. Perhitungan
1. Kurva baku
a = 0,119
b = 0,153
r = 0,9899
ORAL
Waktu
(jam)
Absorban
(/mL)
Konsentrasi
plasma
Log Cp
0,533
2,705
0,432
0.641
3,411
0,532
0,729
3,986
0,600
1,425
8,535
0,931
10
1,582
9,514
0,978
12
1,023
5,908
0,771
14
0,894
5,065
0,704
16
0,719
3,921
0,593
HUSNUL
18 KHATIMAH
0,495 ULFA
15020120092
20
0,329
2,451
1,372
NUR
FADILLA PIKRI
0,389
0,137
ORAL
Diregresikan
2. K
Orde 0
a= 14,051
b= -0,637
r= -0,996
Orde 1
a= 2,425
b= -0,114
r= -0,998158
4. Ka
ORAL
,684=1,741
T
Cp lama
Log cp
Cp
2,705
2,197
157,398 154,693
2,189
3,411
1,969
93,110
89,699
1,952
3,986
1,741
55,080 52,094
a = 2,430
b = -0,120
r = -0,999964703
Ka = -bx2,3= -(-0,120)x2,3=0,276 jam -1
1,708
Cp diff
Log cp diff
5. tmax
t max =
= 3,571 jam
6. Vd ( Volume Distribusi )
Vd =
ORAL
= 1069,537 ml
7. Cp max
Cp max= [A.
] [B.
= [Antilog 2,425 x
= [266,072 x
]
] [Antilog 2,430 x
] - [269,153 x
Waktu (jam)
Absorban (/mL)
Konsentrasi
plasma
0,533
2,705
0.641
3,411
0,729
3,986
1,425
8,535
10
1,582
9,514
12
1,023
5,908
14
0,894
5,065
16
0,719
3,921
18
0,495
2,451
20
0,329
1,372
8. AUC
1.
ORAL
(tn-tn-1)
a.
(4-2) =6,116
b.
(6-4) =7,297
c.
(8-6) 12,521
d.
(10-8) =18,049
e.
(12-10) =15,422
f.
(14-12) =10,973
g.
(16-14) =8,986
h.
(18-16) = 6,372
i.
(20-18) = 3,8
ORAL
j.
(22-20) = 34,5
k.
(24-22) =29
l.
(26-24) =24,2
m.
(28-24) =20,4
ORAL
2.
3.
4. % AUC ekstrapolasi
% AUC ekstrapolasi =
<20%
ORAL
Pembahasan
Farmakokinetika mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi dan
eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan
eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat.
Oleh karena itu penting bagi seorang praktian farmasi untuk
mengetahui dan mempelajari farmakokinetik dari suatu sediaan obat,
agar dapat mengetahui proses awal mula kerja awat sampai obat tidak
berefek dalam tubuh dan agar sediaan obat yang diberikan dapat
diketahui proses distribusi dan volume distribusinya secara intravena di
dalam tubuh.
Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai
dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses
farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme
dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat
dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai
tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuh.
Parameter parameter farmakokinetika adalah sebagai berikut :
1) Minimum Effective Consentration (MEC)
2) Minimum Toxic Concentration (MTC)
3) Kadar puncak dalam plasma (Cpmaks)
4) Waktu kadar puncak dalam plasma (Tmaks)
5) Waktu paruh (t
ORAL
9) Tetapan laju eliminasi (K atau Ke)
10) Tetapan laju absorbsi (Ka)
11) Klirens (Cl)
12) Area Under the Curve (AUC)
Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Tikus
(Rattus norvegicus) karena tikus mempunyai fisiologi tubuh yang
hampir sama dengan manusia. Pada percobaan ini obat yang
digunakan adalah paracetamol tablet yang dilarutkan dengan NaCMC.
Langkah pertama yang dilakukan adalah tikus dibersihkan agar
mendapatkan sampel darah yang jelas saat dilakukan pengambilan
darah. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dimasukkan
tikus dalam alat restrainer lalu digunting ujung ekor tikus kemudian
dimasukkan darah tikus dalam tabung eppendrof (sebagai darah awal).
Diberi obat paracetamol pada tikus secara oral sesuai dengan volume
pemberian Lalu diambil darah tikus pada menit 30, 60, 90.
Disentrifuge darah tikus pada menit 0 (darah awal), 30, 60, 90 dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit dan ukur di spektrofotometer
untuk mendapatkan nilai absorban. Dicatat data dan hitung parameter
parameter farmakokinetiknya.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat yang diberikan
secara oral, diperoleh parameter farmakokinetik sebagai berikut yaitu,
tetapan laju eliminasi (K) = 0,262 menit-1, waktu paruh (t ) = 2,645
menit, tetapan laju Absorbsi (Ka) = 0,469 menit-1, Tmax = 2,797 menit,
ORAL
volume distribusi (Vd) = 3406,202 mL, AUC total = 92,497 g menit/mL
dan % AUC Ekstrapolasi = 5,6 %.
Karena hasil dari % AUC ektrapolasi tidak lebih dari 20% maka
bisa di anggap sebagai parameter karena tidak melebihi persyaratan
yang lebih kurang dari 20 % atau data tersebut valid.
DAFTAR PUSTAKA
ORAL
II. Airlangga University Press: Surabaya. Hal : 17, 22, 24-26, 31-38,
52, 139-141, 144, 152
Tjay,T.H,dkk. 2010. Obat-Obat Penting. Edisi IV.Dirjen POM : Jakarta.
Hal : 4
Wahab, A.S. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Penerbit
Buku Kedokteran ECG: Jakarta. Hal 63.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Nurfina%20Aznam,%20SU.Apt.,Dr.
%20,%20Prof./Kimia%20Farmasi.pdf
LAMPIRAN
A. Daftar obat yang digunakan
1. Paracetamol tablet
B. Perhitungan dosis
Dik : Dosis obat 500 mg
Larutan stok 5 ml
Berat tikus: (I) 250 gram
(II)
Berat rata-rata obat 599,82 mg
Perhitungan dosis
Tikus 100 gram = 0,018 x 500 mg = 9 mg
tikus 100 g =
ORAL
C. Skema Kerja
Tikus
Masukkan dalam alat destrener
Diambil darah tikus(sebagai darah awal)
Masukkan dalam tabung effendorf (diberi etiket menit 0)
Induksikan dengan obat Paracetamol yang telah dilarutkan dengan NaCMC