10.bab Iii
10.bab Iii
PENYELESAIAN KASUS
3.1
Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisikan hal hal yang melatar belakangi pembuatan
laporan kerja praktek, tujuan yang ingin dicapai dari laporan ini, perumusan dan
batasan masalah.
11
12
2.
3.
4.
Menghitung besarnya biaya total persediaan yang akan dikeluarkan PT. Gunung
Pulo Sari.
5.
Menentukan jumlah safety stock karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 yang
harus disediakan PT. Gunung Pulo Sari.
6.
Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point) untuk bahan baku karet
masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada PT. Gunung Pulo Sari.
7.
Menentukan jumlah persediaan maksimum untuk bahan baku karet masak panas
tipe 178 dan tipe 185 yang dapat dipesan oleh PT. Gunung Pulo Sari.
Persediaan bahan baku yang menjadi objek pengamatan adalah persediaan karet
2.
3.
masak panas tipe 178 dan tipe 185 di PT. Gunung Pulo Sari.
Data yang digunakan adalah data historis permintaan pada tahun 2011
Galat peramalan yang digunakan untuk menghitung jumlah error metode
peramalan adalah SEE, MSE dan SSE.
3.2
Landasan Teori
13
3.2.1
Persediaan
Persediaan adalah suatu aktivitas yang meliputi barang-barang milik
perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau
persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi
(Sofjan Assauri. 1980: 169). Pengertian lain dari persediaan adalah suatu aktiva
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam
suatu periode usaha tertentu , atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi (Freddy Rangkuty. 2004:1). Pada
prinsipnya persediaan merupakan sumber daya yang menganggur (idle resources)
yang menunggu proses produksi lebih lanjut.
Menurut Freddy Rangkuty (2004:15) persediaan terbagi atas beberapa fungsi
sebagai berikut:
1.
2.
Fungsi Economic
Lot
Sizing,
persediaan
ini
perlu
mempertimbangkan
14
3.
Batch stock atau lot size inventory, yaitu persediaan bahan atau barang yang
disediakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang diperlukan, karena
diangkut dalam bulk (besar-besaran).
2.
3.
2.
3.
4.
15
5.
perusahaan
seharusnya
dapat
mempertimbangkan
pengadaan
persediaan
(inventory
Control)
adalah
kegiatan
yang
2.
3.
4.
berikut:
1.
2.
3.
16
Setiap
perusahaan selalu berusaha untuk menentukan policy penyediaan bahan dasar yang
tepat, dalam arti tidak menganggu proses produksi dan disamping itu biaya yang
ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk keperluan itu terdapat suatu metode EOQ
(Economic Order Quantity).
Economic Order Quantity merupakan cara untuk menentukan ukuran
pemesanan ekonomis dan kapan dilakukan pemesanan (reorder point) untuk
independen demand, yaitu permintaan suatu komponen yang tidak tergantung dari
permintaan komponen lain. Model yang digunakan dalam menghitung EOQ adalah :
EOQ= Q* =
2 AD
h
....(3.1)
AD hQ
Q
2
....(3.2)
Dimana:
A = Ongkos setiap kali pesan
D = Demand/permintaan per periode perencanaan
h = ongkos simpan/unit/periode
F = Frekuensi pemesanan
Q = Ukuran pemesanan
m = jumlah persediaan rata-rata
17
Model rumus diatas dapat diterapkan untuk mentukan suatu persediaan bahan
baku dengan asumsi sebagai berikut:
1.
Demand tetap
2.
3.
4.
5.
agar dapat diperoleh persediaan yang sesuai dan dapat memenuhi permintaan.
Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Perkiraan pemakaian
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka manajemen harus
dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan didalam proses
produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan
tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh
perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang. Perkiraan
kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari perencanaan produksi
perusahaan berikut tingkat persediaan bahan jadi yang dikehendaki oleh
manajemen.
2.
3.
Biaya-biaya persediaan
Dalam pengelolaan suatu persediaan maka perlu diperhatikan pula beberapa
biaya yang mempengaruhi besar kecilnya suatu persediaan bahan baku.
18
3.2.4
Peramalan
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk
suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, peramalan merupakan suatu taksiran, tetapi dengan cara-cara
tertentu peramalan dapat melebihi dari sebuah taksiran, peramalan merupakan suatu
taksiran yang ilmiah. Meskipun terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan adanya
keterbatasan manusia. Peramalan dibutuhkan oleh suatu perusahaan karena setiap
keputusan yang diambil pada saat ini akan dapat mempengaruhi keadaan perusahaan
dimasa yang akan datang. Prosedur peramalan yang benar adalah :
1.
2.
3.
Pilih paling sedikit dua metode yang memenuhi tujuan peramalan dan sesuai
dengan plot data.
4.
5.
6.
7.
sedemikian rupa hingga mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang
mendasari permintaan tersebut. Sepanjang representasi peramalan tersebut dapat
dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi
tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus
digunakan metode lainnya yang lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan
dengan uji statistik yang sesuai. Setelah suatu peramalan dibuat, selalu timbul
keraguan kapan harus dibuat suatu metode peramalan baru. Peramalan harus selalu
dibandingkan dengan permintaan secara teratur. Pada suatu saat harus diambil
tindakan revisi peramalan apabila ditemukan bukti adanya perubahan pola
21
permintaan yang meyakinkan. Selain itu, penyebab perubahan pola permintaan harus
diketahui. Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan verifikasi
peramalan dan mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatar belakangi
perubahan pola permintaan. Salah satunya adalah peta kendali peramalan.
Metode peramalan yang sering dilakukan pada dunia industri adalah :
a.
Pendapat ahli
Para ahli dipilih dan ditanyai tentang probabilitas berbagai kejadian di masa
yang akan datang.
b.
Ekstrapolasi kecenderungan
Para ahli mencari fungsi yang terbaik (fungsi linear, kuadratik, atau sinusoidal)
berdasarkan data masa lalu kemudian menggunakannya untuk meramalkan masa
depan.
c.
Korelasi kecenderungan
Para peneliti melakukan korelasi deret waktu dengan harapan indikator utama
peramalan dapat diketahui.
d.
Pemodelan dinamis
Para peneliti membuat sehimpunan persamaan yang menjelaskan perilaku
perubahan sistem. Koefisien-koefisien persamaan tersebut dicocokkan dengan
menggunakan metode statistika.
e.
f.
Skenario jamak
Para peneliti membuat gambaran alternatif masa depan yang masing-masing
saling konsisten dan memiliki probabilitas tertentu.
g.
Peramalan kesempatan/ancaman
Para peneliti mengidentifikasikan kejadian yang paling mempengaruhi
perusahaan. Setiap event diberi bobot berdasarkan kecenderungan ancaman itu
di masyarakat. Event itu juga diberi bobot berdasarkan daya tariknya bagi
beberapa golongan masyarakat tertentu. Kejadian yang memiliki bobot tertinggi
selanjutnya akan diteliti lebih dalam.
22
Dari segi waktu peramalan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :
a.
b.
c.
2.
a.
Metoda Delphi
b.
Riset Pasar
c.
Analogi Historik
d.
Konsesus Panel
Metode kuantitatif
23
X
i 1
Xi
FT 1
T
.... (3.5)
Persamaan
Single
Moving Average
adalah :
FT n X
T (n 1)
in
Xi
T
...(3.6)
t N 1
Xi
N
....(3.7)
t N 1
S 't
N
....(3.8)
i t
i t
2
( S 't S "t )
N 1
....(3.9)
.....(3.10)
24
Ft m at bt m
....(3.11)
Ft 1 X t 1 Ft
....(3.12)
atau
Ft 1 Ft X t Ft
....(3.13)
Ft 1 Ft et
....(3.14)
Persamaannya :
S ' t X t 1 S ' t 1
....(3.15)
....(3.16)
bt
S ' t S "t
1
Ft 1 a t bt m
3.
....(3.17)
....(3.18)
....(3.19)
bt S t S t 1 1 bt 1
....(3.20)
Ft m S t bt m
....(3.21)
25
Xt
1 St 1 bt 1
I t 1
St St St 1 1 bt 1
....(3.22)
....(3.23)
Xt
1 I t 1
St
....(3.24)
Ft m St bt m I t 1 m
....(3.25)
It
2. Metode Dekomposisi
Dekomposisi mempunyai asumsi bahwa data itu tersusun sebagai berikut :
Data = pola + kesalahan
= f (trend,siklus,musiman) + kesalahan.
Jadi disamping pola, terdapat unsur pola terdapat kesalahan atau
kerandoman. Kesalahan ini dianggap merupakan perbedaan pengaruh
gabungan dari tiga sub-pola deret tersebut dengan data yang sebenarnya.
Penulisan matematis umum dari pendekatan dekomposisi adalah :
Xt = f(It, Tt, Ct, Et),
....(3.26)
Di mana :
Xt = nilai deret berkala (data aktual) pada periode t,
It = komponen (atau Indeks) musiman pada periode t,
Tt = komponen trend pada periode t,
Ct = siklus pada periode t, dan
Et = komponen kesalahan pada periode t
26
suatu
model
yang
menyatakan
adanya
saling
Regresi
berganda
merupakan
persamaaan
tunggal
berganda
secara
simultan.
Istilah
model
ekonometrik
3.2.5
(atau nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka besarnya
kesalahan pada periode ke-i ( ei ) dinyatakan sebagai:
ei X i Fi
....(3.27)
dengan :
ei kesalahan pada periode ke-i
X i = data aktual periode ke-i
Fi = nilai peramalan ke-i
Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka
akan terdapat n buah kesalahan dan ukuran statistik standar berikut dapat
didefenisikan :
ME
e
i 1
....(3.28)
MAE
e
i
i 1
...(3.29)
SSE e i2
....(3.30)
i 1
28
MSE
e
i 1
2
i
....(3.31)
SDE
e
i 1
2
i
...(3.32)
n 1
SEE
e
i 1
2
i
...(3.33)
d f
= 1
model linear, f
= 2
model kuadratis,f
= 3
3.2.6
dengan nilai peramalan dari suatu permintaan. Setelah metoda peramalan ditentukan,
peta moving range digunakan untuk pengujian kestabilan sistem sebab akibat yang
mempengaruhi permintaan. Moving range dapat didefinisikan sebagai:
MR = (yt yt) (yt-1 yt-I)
....(3.34)
MR
n 1
....(3.35)
29
Garis tengah peta moving range adalah titik nol. Batas kendali atas dan
bawah pada peta moving range adalah :
BKA = +2,66 MR
....(3.36)
BKB = -2,66 MR
....(3.37)
Sementara itu, variabel yang akan diplot ke dalam peta moving range adalah:
yt = yt - yt
....(3.38)
Jika semua titik berada dalam batas kendali, dapat dianggap bahwa
peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang
berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan
harus direvisi.
3.3
Metodologi Penelitian
Pada bab metodologi penelitian ini akan dibahas mengenai langkah-langkah
yang dilakukan dalam perhitungan pengendalian persediaan pada karet masak panas
tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari. Dalam melakukan suatu penelitian
biasanya terdapat rangkaian tahap-tahap penelitian yang berkaitan secara sistematis.
Dengan disusunnya rangkaian tahapan penelitian terlebih dahulu maka akan
memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian serta menyusun laporan.
Metodologi penelitian akan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang
dilakukan mulai dari awal penelitian ini dilakukan hingga akhirnya diperoleh hasil
yang diinginkan. Adapun metodologi penelitian dalam Kerja Praktek ini dapat
digambarkan dalam Gambar berikut.
30
31
3.3.3
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan maka dapat
diidentifikasi bahwa salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Gunung
Pulo Sari adalah mengenai pengendalian persediaan bahan baku khususnya karet
masak panas tipe178 dan 185 di PT Gunung Pulo Sari.
32
3.3.7 Analisis
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang mencakup analisis
perhitungan hasil peramalan serta analisis perhitungan EOQ pada karet masak panas
tipe 178 dan 185 di PT. Gunung Pulo Sari.
3.3.8 Penutup
Bagian penutup berisi kesimpulan dari analisis pengendalian persediaan karet
masak panas tipe 178 dan 185 pada PT. Gunung Pulo Sari. Selain itu pada bagian ini
juga berisikan saran-saran terhadap pembuatan laporan penelitian selanjutnya agar
lebih baik lagi.
3.4
33
3.4.1
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada persediaan bahan baku karet masak panas
tipe 178 dan tipe 185 di PT Gunung Pulo Sari. Pemilihan data bahan baku yang akan
diolah berdasarkan pada tingkat permintaan pelanggan. Bahan baku karet masak
panas tipe 178 dan tipe 185 merupakan bahan baku yang paling banyak diminta oleh
pelanggan. Data data yang dikumpulkan adalah data data historis pemakaian
bahan baku karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 di PT Gunung Pulo Sari selama
12 bulan sebelumnya. Selain itu juga diperlukan data data lain seperti data biaya
bahan baku, biaya simpan dan biaya pesan.
3.4.1.1 Data Pemakaian Karet Masak Panas Tipe 178 dan 185
Data yang dikumpulkan ini merupakan data historis pemakaian karet masak
panas yang diperoleh dari PT Gunung Pulo Sari pada tahun 2011. Adapun jenis karet
masak panas yang akan diolah pada laporan ini yakni karet masak panas tipe 178 dan
tipe 185 karena kedua jenis karet ini memiliki permintaan yang lebih besar dibanding
jenis karet lain yang ditawarkan PT. Gunung Pulo Sari.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi data historis pemakaian karet masak
panas tipe 178 dan tipe 185 selama 12 bulan sebelumnya.
Tabel 3.1 Data Historis Pemakaian Karet Masak Panas tipe 178 dan tipe 185
34
Harga karet masak panas tipe tipe 178 dan tipe 185/buah
Bahan baku karet masak panas memiliki harga yang sama untuk berbagai
tipe yang disediakan yakni seharga Rp. 2500,-/kg. Adapun yang
membedakan
harga
masing-masing
tipe
yang
disediakan
adalah
berdasarkan berat karet tersebut. Untuk karet masak panas tipe 178
memiliki berat 30,27 kg. Sedangkan karet masak panas tipe 185 adalah
seberat 35,67 kg.
35
b. Biaya pesan
Harga pesan untuk persediaan bahan baku karet masak panas di PT.
Gunung Pulo Sari adalah Rp. 475,- untuk setiap 1 kg.
- Karet Masak Panas Tipe 178
3.4.2
Pengolahan Data
Setelah data data yang diperlukan telah dikumpulkan maka langkah
36
1.
Metode Eksponensial
Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode
eksponensial.
Tabel 3.2 Metode Eksponensial Karet Masak Panas Tipe 178
37
(Tabel dan grafik perhitungan metode eksponensial untuk karet masak panas
tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.1)
2.
Metode Kuadratis
Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode
kuadratis.
Tabel 3.3 Metode Kuadratis Karet Masak Panas Tipe 178
Metode Linier
Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode linier.
39
Metode Siklis
Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode sikis.
40
Gambar 3.5 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178 Metode Siklis
(Tabel dan grafik perhitungan metode siklis untuk karet masak panas tipe 185
dilampirkan pada lampiran A.4)
5. Metode Trend Siklis
Berikut ini adalah tabel serta kurva hasil peramalan dengan metode trend
siklis.
Tabel 6. Metode Trend Siklis Karet Masak Panas Tipe 178
41
Gambar 3.6 Kurva y Karet Masak Panas Tipe 178 Pada Metode Trend Siklis
(Tabel dan grafik perhitungan metode trend siklis untuk karet masak panas
tipe 185 dilampirkan pada lampiran A.5)
43
44
Gambar 3.13 Moving Range Chart Karet Masak Panas Tipe 178
Gambar 3.14 Moving Range Chart Karet Masak Panas Tipe 185
45
Berdasarkan kurva moving range diatas, telah dapat dilihat bahwa tidak ada
data yang keluar dari batas kontrol. Sehingga data pemakaian karet masak panas tipe
178 dan tipe 185 yang digunakan ini telah sesuai.
Berikut ini adalah data hasil peramalan karet masak panas tipe 178 dan 185
untuk 12 periode kedepan.
Tabel 3.9 Data Hasil Peramalan Karet Masak Panas tipe 178
46
2 AD
H
2 x14378,25 x1062
3783,75
= 89,8 = 90 roll
Adapun ukuran pemesanan yang ekonomis untuk karet masak panas tipe 185
adalah :
EOQ = Q* =
=
2 AD
H
2 x16943,25 x132
4458,75
= 31,7 = 32 roll
Berdasarkan perhitungan EOQ diatas maka diperoleh bahwa ukuran
pemesanan yang ekonomis untuk karet masak panas tipe 178 adalah sebanyak 90 roll
dan untuk karet masak panas tipe 185 adalah sebanyak 32 roll.
Selain menentukan ukuran pemesanan maka dapat dihitung pula frekuensi
pemesanan dalam setahun. Frekuensi pemesanan untuk karet masak panas tipe 178
dalam setahun adalah sebagai berikut.
f
D 1062
11,82 12kali
Q
90
Sedangkan untuk frekuensi pemesanan untuk karet masak panas tipe 185
dalam setahun adalah sebagai berikut
f
D 132
4,17
Q
32
48
= 4 kali
Jadi frekuensi pemesanan karet masak panas tipe 178 adalah sebanyak 12 kali
dalam setahun sedangkan untuk frekuensi untuk pemesanan karet masak panas tipe
185 adalah sebanyak 4 kali dalam setahun.
Biaya Pemesanan Q
14378,25 x1062
= Rp 169.966,90
Sedangkan total biaya pemesanan karet masak panas tipe 185 adalah :
AD
Biaya Pemesanan Q
16943,25 x132
= Rp 70.612,32
HQ 3783,75 x90
= Rp 169.966,-/thn
2
2
Sedangkan biaya penyimpanan pada bahan baku karet masak panas tipe 185
adalah sebagai berikut:
Biaya Penyimpanan
HQ 4458,75 x32
= Rp 70.612,-/thn
2
2
49
50
Rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 178 per 12 bulan adalah sebagai
berikut :
Xn
X 12
i 1
Xi
n
12
i 1
Xi
12
89
Jadi, rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 178 per 12 bulan dalam
setahun adalah 89 roll. Setelah diperoleh nilai rata-rata, maka dapat ditentukan
standar deviasi pemakaian karet masak panas tipe 178. Untuk menghitung standar
deviasi maka perlu diperhatikan lead time pemesanan karet masak panas tipe 178
yakni sebesar 2 minggu atau 14 hari. Standar deviasi pemakaian bahan baku karet
masak panas tipe 178 adalah:
Sd
125
125
( x x) 2
3,371
, Sd
12
1
11
n 1
SS = Z x sd x
SS = 1,65 x 3,371 x
14
Rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 185 per 4 bulan adalah sebagai
berikut :
Xn
X4
i 1
Xi
4
i 1
Xi
44
Jadi, rata-rata pemakaian karet masak panas tipe 185 per 4 bulan dalam
setahun adalah 44 roll. Setelah diperoleh nilai rata-rata, maka dapat ditentukan
standar deviasi pemakaian karet masak panas tipe 185. Untuk menghitung standar
52
deviasi maka perlu diperhatikan lead time pemesanan karet masak panas tipe 185
yakni sebesar 2 minggu atau 14 hari. Standar deviasi pemakaian bahan baku karet
masak panas tipe 185 adalah:
Sd
( x x) 2
n 1
Sd
114
4 1
114
3,219
3
SS = 1,65 x 3,219 x
14
53
Sehingga dapat ditentukan nilai Reorder Point untuk karet masak panas tipe
178 adalah sebesar.
ROP = safety stock + (lead time x keb. per hari)
= 21 + (14 x 4)
= 74 roll
Sementara untuk perhitungan titik pemesanan kembali bahan baku karet
masak panas tipe 185 adalah.
Sehingga dapat ditentukan nilai Reorder Point untuk karet masak panas tipe
185 adalah sebesar.
ROP = safety stock + (lead time x keb. per hari)
= 20 + (14 x 0,5)
= 27 roll
Jadi, berdasarkan perhitungan yang telah diperoleh diatas maka PT. Gunung
Pulo Sari harus melakukan pemesanan ulang terhadap karet masak panas tipe 178
saat persediaannya tersisa 74 roll dan pada karet masak panas tipe 185 saat
persediaannya tersisa 27 roll.
= ( 21 + 90 )
= 111 roll
Sedangkan perhitungan jumlah persediaan maksimum untuk karet masak
panas tipe 185 adalah :
Max Inventory = Safety Stock + Q*
= ( 20 + 32 )
= 52 roll
Jadi jumlah persediaan maksimum persediaan bahan baku karet masak panas
tipe 178 dan tipe 185 berturut turut adalah sebanyak 111 roll dan 52 roll.
3.5
Analisis
Setelah dilakukan pengolahan data terhadap pengendalian persediaan bahan
baku karet masak panas tipe 178 dan 185, maka selanjutnya dilakukan analisis
terhadap hasil pengolahan data yang telah diperoleh. Analisis terhadap pengolahan
data mencakup perhitungan hasil peramalan serta pengendalian persediaan.
3.5.1
PT. Gunung Pulo Sari dilakukan dengan menggunakan 5 buah metode kuantitatif
peramalan yakni metode eksponensial, kuadratis, linier, siklis dan trend siklis. Data
pemakaian bahan baku yang dilambangkan dengan y diolah dengan menggunakan
kelima jenis metode yang berbeda sehingga diperoleh pula nilai peramalan yang
berbeda beda. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode terbaik yang dapat
digunakan untuk meramalkan pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan
185 untuk 12 periode kedepannya. Metode terbaik yang dimaksud adalah metode
yang memiliki tingkat kesalahan terkecil diantara metode lain yang ada. Adapun
analisis dari hasil peramalan antara karet masak panas tipe 178 dan tipe 185 pada
setiap metode adalah sebagai berikut.
55
1.
Metode Eksponensial
Hasil peramalan pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185 pada metode
eksponensial menunjukkan bahwa pemakaian bahan baku karet masak panas untuk
tipe 178 dan 185 cenderung menurun. Pada grafik eksponensial terlihat bahwa
pemakaian bahan baku karet masak panas tipe 178 dan 185 perlahan lahan
menurun namun tidak terlalu drastis sehingga nilai peramalannya hanya berbeda
sedikit. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama tingkat permintaan di PT. Gunung
Pulo Sari terhadap pemakaian karet masak panas tipe 178 dan 185 semakin menurun
sementara persediaan yang ada masih belum terkendali jumlahnya sehingga perlu
dilakukan perbaikan terhadap sistem persediaan bahan baku di PT. Gunung Pulo Sari
tersebut.
2.
Metode Kuadratis
Kurva hasil peramalan terhadap pemakaian bahan baku karet masak panas tipe
178 dan 185 berdasarkan metode kuadratis terlihat agak berbeda dibandingkan
metode lainnya. Grafik kuadratis yang dihasilkan untuk kedua tipe cenderung
berbentuk parabola. Hal ini menggambarkan bahwa dengan metode kuadratis ini
permintaan terkecil terjadi pada pertengahan periode. Hasil peramalan metode ini
awalnya agak menurun kemudian pada pertengahan periode akan mulai meningkat
lagi.
3.
Metode Linear
Berdasarkan metode linier maka dapat dilihat bahwa hasil peramalan yang
diperoleh cenderung sama dengan yang dihasilkan pada metode eksponensial, yakni
semakin menurun. Namun penurunan pemakaian bahan baku karet masak panas
untuk tipe 178 dan 185 hanya sedikit demi sedikit, sehingga ada kemungkinan untuk
ditingkatkan lagi dengan sedikit perbaikan pada sistem persediaannya.
4.
Metode Siklis
Hasil peramalan pemakaian karet masak panas untuk tipe 178 dan 185
bahan baku karet masak panas itu sendiri untuk beberapa saat namun kemudian
kurva menunjukkan ada penurunan yang cukup drastis pada pemakaian bahan baku.
Hal ini hampir sama dengan hasil peramalan pada metode eksponensial dan linier,
namun pada metode ini masih diramalkan akan terjadi sedikit peningkatan
pemakaian bahan baku karet masak panas untuk tipe 178 dan 185 di awal bulan.
5.
berdasarkan metode trend siklis hampir sama dengan kurva hasil peramalan pada
metode siklis. Pada awalnya pemakaian bahan baku akan meningkat namun
kemudian akan turun lagi. Namun yang membedakannya adalah bahwa pada metode
trend siklis peningkatan yang terjadi diawal tahun lebih besar dibandingkan pada
metode siklis. Selain itu juga kurva yang turun naik seperti pada metode trend siklis
ini menunjukkan bahwa tingkat permintaan konsumen terhadap pemakaian karet
masak panas untuk tipe 178 dan 185 cenderung tidak beraturan atau tidak tetap.
rencana pemakaian karet masak panas untuk tipe 178 adalah sebesar 1062 roll.
Jumlah rencana pemakaian yang banyak ini dikarenakan permintaan yang pada karet
masak panas untuk tipe 178 pada tahun-tahun sebelumnya juga sangat besar,
sehingga dapat diramalkan bahwa permintaan terhadap karet masak panas tipe 178
57
juga akan mengalami peningkatan. Melalui perhitungan EOQ yang telah dilakukan
untuk karet masak panas tipe 178 diperoleh bahwa PT. Gunung Pulo Sari harus
melakukan pemesanan sebanyak 12 kali dalam setahun dengan ukuran setiap kali
pesan adalah 90 roll. Hal ini berarti setiap bulan PT. Gunung Pulo Sari harus
melakukan pemesanan sebanyak 1 kali. Adapun total biaya persediaan bahan baku
karet masak panas tipe setiap tahun yang harus dikeluarkan oleh PT. Gunung Pulo
Sari adalah Rp 339.932,- yang diperoleh dari jumlah biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan.
Titik pemesanan ulang (reorder point) pada persediaan karet masak panas tipe
178 ini adalah pada saat persediaan mencapai 74 roll. Hal ini berarti bahwa ketika
persediaan karet masak panas tipe 178 telah tersisa atau mendekati 74 roll, maka
sebaiknya perusahaan segera mengambil kebijakan untuk melakukan pemesanan
ulang karet masak panas tipe 178 tersebut. Sehingga tidak akan terjadi kekurangan
persediaan saat permintaan masuk. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah safety
stock ditambah dengan jumlah pemakaian karet masak panas tipe 178 setiap hari.
Safety stock merupakan bahan baku cadangan yang harus disediakan perusahaan
untuk mengatasi terjadinya kekosongan produksi akibat tidak adanya bahan baku
selama lead time. Jumlah safety stock yang harus disediakan PT. Gunung Pulo Sari
untuk karet masak panas tipe 178 adalah 21 roll.
Persediaan maksimum yang dibutuhkan PT. Gunung Pulo Sari untuk karet
masak panas tipe 178 adalah sebanyak 111 roll. Kebijakan persediaan maksimum ini
dilakukan agar jumlah persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga
tidak terjadi pemborosan, namun tidak kekurangan sehingga biaya yang dikeluarkan
pun dapat lebih efektif untuk digunakan.
Hubungan antara ukuran pemesanan, reorder point dan safety stock serta
persediaan maksimum pada karet masak panas tpe 178 dapat dilihat pada gambar
berikut :
58
diperoleh dari hasil peramalan dengan menggunakan metode trend siklis. Total
pemakaian karet masak panas tipe 185 berdasarkan hasil menggunakan metode
peramalan adalah sebesar 32 roll. Dengan perhitungan EOQ, diperoleh ukuran
pemesanan karet masak panas tipe 185 adalah 32 roll. Sehingga perusahaan dapat
melakukan pemesanan sebanyak 4 kali pemesanan untuk memenuhi kebutuhan
selama satu tahun. Total biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam
pengadaan persediaan karet masak panas tipe 185 dalam 1 tahun adalah Rp 141.224,yang merupakan jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yaitu Rp 70.612.dan Rp 70.612,-.
Sedangkan jumlah safety stock yang harus disediakan perusahaan adalah 21
roll dengan titik pemesanan ulang yaitu pada saat persediaan karet masak panas tipe
185 tersisa 26 roll. Jumlah persediaan maksimum untuk karet masak panas tipe 185
adalah 52 roll.
Grafik EOQ untuk karet masak panas tipe 185 adalah sebagai berikut :
59
60