Anda di halaman 1dari 8

PERANCANGAN SIMULASI COVERAGE LTE PADA DAERAH KOTA BANDUNG

(PLANNING COVERAGE SIMULATION FOR LTE IN BANDUNG CITY)


1

3
Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT
Linda Meylani,ST.,MT.
Jurusan Teknik Telekomunikasi Institut Teknologi Telkom
Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung 40257 Indonesia
1
2
3
arsyad.widhianto@gmail.com
ysr@ittelkom.ac.id
lim@ittelkom.ac.id

Arsyad Widhianto

1,2,3

ABSTRAK

Pertumbuhan telekomunikasi sangat pesat. Setiap orang didunia ini tidak ada yang tidak
membutuhkan berkomunikasi. Komunikasi ini bisa secara langsung dengan face to face atau
berjauhan maka dapat menggunakan alat. Berkomunikasi dengan seperangkat alat inilah yang disebut
telekomunikasi.Teknologi yang semakin berkembang mempengaruhi perkembangan dunia
pertelekomunikasian. Pada mobile komunikasi atau disebut teknologi celluler perkembangan ini
membawa perubahan yang sangat drastis. Dari teknologi pertama, yaitu AMPS pada 1G terus
berkembang sampai pada 4G.
Teknologi 4G merupakan teknologi baru dalam komunikasi celluler. Teknologi ini sudah dapat
untuk layanan data,baik dalam bentuk gambar video maupun untuk layanan teleconverence.Banyak
user yang menggunakan layanan ini mempengaruhi perancangan perangkatnya. Antara daerah yang
padat dengan daerah yang sedikit penggunanya
Disini saya ingin membuat perancangan teknologi 4G, disni saya menggunakan LTE untuk
perancangan di daerah bandung menggunakan software simulasi Atoll. Hitung berapa banyak user
yang menggunakan layanan, kita tentukan banyak e-node untuk bisa melayani semua user dengan
baik,tetapi tetap dengan perancangan yang memperhitungkan berapa kapasitas maksimum user dapat
menggunakan layanan sehingga didapat layanan yang maksimal
Kata kunci : Atoll , eNode-B, LTE
ABSTRACT

The growth of telecommunication very rapidly. Everyone in the world is no one does need to
communicate. This communication can be directly with face to faceor far apart then is able to
use.Communicate with this set of tools called telecommunication.Increasing technology influenced
the development of the world on telecommunication scope. On the mobile communication or mobile
technology called this development brings a very drastic change.Frist, the technology of Amps on
1Generation to 4Generation to the continuously evolving.
4Generation is a new technology in communication celluler This 4G technology is a new
technology in communication celluler. This technology is a new technology in communication
celluler. This technology is already able to data services, either in the form of pictures or video
teleconverence service, many user use this service affects the design of the device. Among the areas
that are dense with the little user
Here i would like to make 4Generation technology design here I use LTE for choose for
design in the area in bandung using simulation software atoll. Calculate how many user are using the
service, we set a lot of e-nodeB to be able to serve all users performancebut stick with the disgn that
takes into account how much the maximum capacity of user can use the service so that the service had
a maximum.
Key Words : Atoll , eNode-B, LTE

I.

PENDAHULUAN

Teknologi
Telekomunikasi
hari
ini
merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari

kita masing-masing. LTE(Long Term Evolution)


menawarkan kita dengan kinerja atau sebuah
performansi yang tinggi yang pernah dicapai oleh

teknologi-teknologi yang saat ini ada. Diantara yang


paling berpengaruh dari teknologi nirkabel. Dibagian
yang kita dapat menemukan Nirkabel dan jaringan
seluler sebagai yang paling digunakan. LTE telah
membuktikan sebuah efisiensi melalui fiture yang
ditawarkan oleh teknologi ke-4 itu. Dengan
penggunaan yang memiliki persyaratan mereka ingin
sebuah teknologi yang digunakan pada sebuah
peralatan merka untuk menjadi platform multimedia
yang menyediakan layanan yang berbeda-beda.
Layanan tersebut (IP Telephony, Video Streaming,
FTP , Email ,Dll ) dengan kebutuhan yang berbeda
user atau pengguna layanan haruslah mendapatkan
sebuah layanan yang optimal oleh sebuah jaringan.
LTE diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
ini. Keberhasilannya dalam bidang telekomunikasi
adalah langkah maju yang besar yang meningkatkan
kinerja semua jaringan, terutama jaringan-jaringan
dibawah teknologi Ke-4
Dalam Studi atau penulisan ini saya
menyajikan sebuah perancangan pada Kota Bandung
dengan disimulasikannya di software Atoll untuk
melihat sebuah performansi yang didapat pada hasil
perancangan.
II. LTE ( LONG TERM EVOLUTION)
2.1 Diagram Alir Perancangan
Untuk mengetahui performansi perancangan
pada jaringan LTE, maka perlu dilakukan suatu
analisis untuk mendapatkan sebuah kualitas
performansi coverage, SINR, serta jumlah sel
melalui langkah-langkah seperti gambar di bawah
ini.

2.2 Penentuan Parameter LTE


2.2.1
Penentuan Daerah Tinjauan
Daerah tinjauannya yaitu disesuaikan dengan
kondisi jenis daerah yang ada di Indonesia, yaitu tipe
dense urban, urban, sub urban, dan rural. Hal ini
dimaksudkan supaya perencanaan ini dapat
dipergunakan sesuai jenis wilayah yang ada di
Indonesia berdasarkan kepadatan daerah. Penentuan
daerah tinjauan ini dengan dilakukan kepadatan per
km2 dari hasil sensus penduduk 2010 dari Badan
Pusat Statistika (BPS) untuk seluruh wilayah
Indonesia, dan ditentukan pada bandung kota sebagai
objek penelitian berdasarkan tipe daerah masingmasing. Penelitian ini dibatasi dengan kecamatan
untuk setiap daerah tinjauan. Tinjauan daerah yang
disimpulkan adalah tipe urban pada bandung kota
dikarenakan pada simulasi ini mengganggap bahwa
kota bandung bertipe urban untuk jenis kepadatan
penduduk per km2.
2.2.2

Parameter Perencanaan Jaringan[19,20]


Berikut merupakan parameter jaringan LTE
arah downlink yang akan digunakan dalam
perencanaan ini.
Tabel II-1 Parameter Uplink & Downlink
Budget[19,20]
Uplink Budget

Downlink Budget

Transmitter - UE

Transmitter - eNode B

Paramet
er

U
n
it

Max.
TX
Power
TX
antenna
gain
Body
Loss

d
B
m
d
B
i
d
B

Nilai

Parameter

23

eNode B
Tx Power

TX
antenna
gain

Cabel Loss
TMA
Insetion
Loss

U
n
it
d
B
m
d
B
i
d
B
d
B

Nilai

43
18
2
0.5

Receiver - eNode B
Receiver - UE

Gambar 1 Diagram Alir Perancangan Coverage LTE

Cable
Loss
TMA
Insertion
Loss

d
B
d
B

2
0.5

Body Loss

d
B

SINR
Thermal
Noise
Node B
Noise
Figure
System
Bandwi
dth

d
B

-7

d
B
m

173.9
7515
89

Thermal
Noise

d
B

2.2

Node
Noise
Figure

d
B

Receiver
sensitivi
ty

d
B
m

Penetrati
on Loss
Fading
Margin
Interfere
nce
Margin
RX
antenna
gain

d
B
d
B

72.55
2725
05
106.2
2243
38
12
4

d
B

d
B
i

18

SINR

d
B

-7

d
B
m

173.9
7515
89

d
B

2.2

System
Bandwidth

d
B

Receiver
sensitivity

d
B
m

Penetration
Loss
Fading
Margin

d
B
d
B

Interferenc
e Margin

d
B

Control
Channel
Overhead
RX
antenna
gain

72.55
2725
05
99.42
2433
83
12
5
10

d
B
d
B
i

2.3 Perhitungan Link Budget[11,19,20]


2.3.1
Uplink dan Downlink Calculation
Salah satu hal yang harus diperhitungkan
adalah redaman yang terjadi sepanjang lintasan yang
dilalui oleh gelombang antara eNodeB dengan
UE.Untuk uplinklink Budget (2.1):

Dengan

SR Tx/ Rx =SINR+TN eNodeB + NF eNodeB +System Bandwidth

SRUE = -7 + -173 + 7 + 72.55


SRUE = -99 dBm
2.3.2
Perhitungan Jari-jari Sel[20]
Setelah melakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai pathloss, langkah selanjutnya
adalah menentukan jari-jari sel
Berikut ini adalah persamaan Model
Okumura-Hata[19,20]:
PL
= 69,55 + 26,16 log f 13,83 log hb
0,5473+ ( 44,9 6,55 log hb) log d
122.7224 = 69,55 + 26,16 log 700 13,83 log 30
0,5473+ ( 44,9 6,55 log 30) logd
d
= 0,9819 Km2
Dengan :
a(hm) = [1.1 log (fc) 0.7](hm) [1.56 log (fc)
0.8)]
a(hm) = [1.1 log (700) 0.7](1.75) [1.56 log (700)
0.8)]
a(hm) = 0,5473
2.3.3
Perhitungan Luas Sel[20]
Antena yang digunakan pada perancangan ini
adalah antena omnidirectional, sehingga luas masingmasing sel dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan berikut.
Sel Omnidirectional 360o
Lcell = 2.6 x 0,9819 Km2
Lcell = 2,5067 Km2
2.3.4
Perhitungan Jumlah Sel[20]
Untuk menentukan jumlah sel yang
dibutuhkan, dapat digunakan dengan persamaan
berikut.

LTE Site=

MAPLuplink
= UETxP + GUE - BL + GeNB FL + TMAIL - RSUE - PL FM IM
MAPLuplink
= 23 + 0 3 +18 4 + 0.5 (106.24) 12 4 3
= 122.7224 dB

Dengan

167 .31 Km 2

LTE Site= 2, 5067 Km 2

SR Tx/ Rx =SINR+TN eNodeB + NF eNodeB

+ System Bandwidth
SRUE = -7 + -173 + 2.2 + 72.55
SRUE = -106.24 dBm
Untuk downlink link Budget:
MAPLdownlink = eNBTxP + GeNB FL -BL +
TMAIL - RSUE - PL FM IM +GUE
MAPLdownlink = 43 + 18 2 -3 + 0.5 -99 12 5
10 + 0
= 128.4224 dB

luas wilayah
luas cell

LTE Site=67
3

Site

ANALISA

3.1 Hasil Perancangan eNode-B


Pada perhitungan dengan propagation model
yang dilakukan pada bab 3 didapatkan untuk Kota
Bandung memerlukan 67 Site untuk melayani secara
optimal.

Beberapa adalah gambaran hasil perancangan pada


software Atoll dan peletakan pada google earth secara
simulasi, terlihat pada gambar III-1

Gambar III-3 Histogram Kondisi Penyebaran


Signal level Pada Hasil Perancangan

Gambar III-1 Plotting Site Pada kota Bandung


Dengan Atoll
3.2 Coverage by signal level (dBm)
Dalam
melakukan
simulasi
coverage,
sebelumnya harus memasukan nilai-nilai parameter
seperti jenis eNode-B yang digunakan, frekuensi,
bandwidth, power transmit,loss cabel,loss system,
Disimulasikannya
Teknologi LTE outdoor
berdasarkan coverage by signal level (dBm),untuk
mengetahui seberapa baik hasil yang akan didapat.
Pada gambar 4.9 signal level mempunyai
dominan warna adalah merah dan hijau, berarti dapat
dikatakan untuk seluruh daerah yang terlayani
memiliki rentang signal level dari -70 dBm hingga
-90. Sehingga kualitas signal level dikatakan baik,
karena seluruh daerah masih mendapatkan signal
level baik adalah -70 dBm hingga -99.422 dBm.
Padahal sensitifitas dari UE adalah sebesar -99.422
dBm sehingga UE masih dapat menggunakan sebuah
akses layanan secara prima.

Gambar III-3 menggambarkan kualitas


signal level dari perencanaan. didapatkan 0.35%
daerah terlayani dengan signal level kurang dari -99.4
dBm dengan nilai minimum sensitivity. sehingga pada
hasil perancangan ini didapat 99.65% perencanaan
yang tercapai. Hal ini menyatakan untuk 99.65%
daerah terlayani dengan layanan LTE.Sebab nilai
sensitifitas pada perangkat LTE adalah 99.4 dBm.
Jika pada hasil simulasi mengacu kepada
parameter KPI[2] yang digunakan maka signal receiver
yang direkomendasikan yaitu -85 dBm untuk
memenuhi sebuah standart operator dan vendor, untuk
nilai signal reciver -85 dBm sebesar 95.39% untuk
melayani Kota Bandung dan dikategorikan dalam
kondisi baik.
3.2.1

C/(I+N) (Carrier to Interference)


C/I adalah carrier to interference. C/I
merupakan perbandingan antara sinyal carrier dengan
interferensi dan noise.Pada hasil simulasi ini didapat
kualitas sinyal dari LTE. Karena meskipun signal
level bernilai bagus, tetapi C/I rendah, dapat terjadi
drop call.Maka dari itu perencanaan harus
tepat.Gambar di bawah ini menunjukkan C/I untuk
perancangan LTE

Gambar III-2 Kondisi Signal level Pada Hasil


Perancangan
Gambar III-4 Kondisi C/I Pada Hasil Perancangan
Pada hasil perancangan hampir sebagian
besar wilayah tertutup dengan warna hijau. Hal ini
menunjukkan hampir seluruh daerah memiliki C/I >=

1 dB. Untuk standar KPI[2] LTE pada operator atau


vendor, standar C/I adalah 6dB untuk nilai C/I 6
dB sebesar 55.90% untuk melayani Kota Bandung
dan dikategorikan dalam kondisi baik, dari gambar di
atas menunjukkan bahwa hampir seluruh daerah di
atas standar. Hal ini menunjukkan bahwa daya dari
base station yang diimplementasikan cukup untuk
mengcover daerah tersebut, untuk lagend atau
indikator nilai warna dapat dilihat pada gambar 4.6
pada gambar dibawah ini.

handover failure. Sehingga komposisi daerah


overlaping zone harus seimbang, tidak boleh terlalu
sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.Berikut ini
adalah hasil simulasi untuk seluruh daerah planning.
Pada
hasil
simulasi
perancangan,
overlapping zone sudah ideal.dan tidak terlalu banyak
daerah yang overlap.Sehingga pada hasil perancangan
kemungkinan untuk terjadinya handover ping-pong
sangatlah rentang untuk penyebarannya terlihat pada
gambar 4.14

Gambar III-5 Legend C/I pada Perancangan

Gambar III-7 Overlapping Zone

Gambar III-6 Histogram Energy C/I pada hasil


perancangan
Gambar III-6 menggambarkan kondisi C/I
pada tiap skenario.Berdasarkan standar, rekomendai
C/I untuk jaringan LTE adalah 6dB.Untuk hasil
perancangan ini, 55.94% wilayah yang terlayani
dengan C/I di atas 6dB. Sehingga seluruh wilayah
terlayani sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.Sehingga sebuah perancangan ini bisa
rekomendasi jumlah site yang sudah diperhitungkan.
3.2.2

Overlapping Zone
Pada simulasi ini menunjukkan daerah yang
memiliki sel yang saling beririsan satu sama lain.
Simulasi ini hendak menunjukkan apakah radius
pancaran transmitter sudah tepat atau belum serta
apakah arah antena yang diterapkan sudah sesuai.Jika
terlalu banyak daerah yang beririsan memungkinkan
daerah tersebut rawan terjadi ping-pong handover
yang mengakibatkan terjadinya dropcall. Sebaliknya
jika tidak ada sama sekali daerah yang overlap
terutama dibagian tepi sel akan mengakibatkan

Gambar 4.14 menggambarkan kondisi overlapping


zone pada hasil perancangan.Berdasarkan standar,
rekomendasi overlapping zone[18] adalah kurang dari
2% untuk overlapping 7 cell dan untuk overlapping
2 cell kurang dari 30% untuk mendapatkan
perancangan yang baik .Untuk hasil perancangan,
overlapping zone yang diperoleh dapat dilihat pada
(tabel 4.4). Sehingga berdasarkan simulasi
overlapping zone, hasil perancangan ini memenuhi
standar yang telah ditetapkan.

Tabel III-2 Hasil Overlapping site pada Kota


Bandung
Hasil simulasi
Overlapping
[1;2]
[2;3]
[3;4]
[4;5]
[5;6]
[6; ]

Km
122.7
37.8
9.1
0.1
0
0

%
72.3
22.3
5.4
0.1
0
0

Gambar III-8 Histogram Overlapping Zone pada


hasil perancangan.
4.1 Hasil Perancangan LTE Kota Bandung
Tabel IV-1 Hasil perancangan jaringan LTE pada
Kota Bandung
Paramete
r

Simulasi
Target[2,18]

Signal
level

Best Signal -85

C/I

C/I 6 dB

Overlappi
ng Zone

Overlapping 2 adalah
30%
Overlapping 7 adalah
2%

Hasil
Best
Signal
-85
sebesar
95.39%
C/I 6
dB
sebesar
55.94%
27.80%
0%

Pada hasil perancangan ini parameter yang


didapat dari hasil simulasi akan dilakukan
perbandingan dengan parameter yang digunakan oleh
standart sebuah perusahaan atau biasa disebut
KPI(Key Performance Indicator) untuk menentukan
sebuah kelayakan pada perancangan kota bandung
pada hasil signal level, C/I, dan Overlapping.

4 KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
1. Pada Perancangan Jaringan LTE(Long Term
Evolutiom) didapatkan kesimuplan;
Pada daerah kota bandung didapatkan total
site sebanyak 67 Site untuk melayani user

dengan jaringan LTE secara optimal


dengan penyebaran signal level yang
didapat adalah 95.39% untuk wilayah kota
bandung dengan meninjau user sensitivity
pada signal level.
Dengan hasil perancangan Site didapat
hasil C/I sebesar 93.69% untuk C/I 1 dan
55.94% untuk C/I 6 dB pada standart
sebuah KPI ,dari hasil yang simulasi bahwa
dapat dinyatakan pelanggan akan terjamin
kondisi jaringan kanal disaat menggunakan
sebuah layanan pada teknologi LTE
Overlapping yang didapat dari hasil
perhitungan dapat dikategorikan dalam
kondisi yang normal , sehingga pada kasus
penurunan
kualitas
layanan
akan
terminimalisir secara optimal dimana pada
overlapping 2 cell adalah 27.80% dengan
batas maksimum 30% dan untuk
overlapping 7 cell adalah 0% .
4.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai perencanaan dari sisi capacity,
dan perancangan backhaul dari sisi core
agar perencanaan mencakup secara
keseluruhan hingga
proses TNP
(Transmission Network Planning).
Perlu adanya penelitian tentang bagianbagian yang dapat meningkatkan
performansi teknologi LTE pada
frekuensi kerja 700MHz.
Riset mengenai analisis kelayakan serta
CAPEX dan OPEX dari perancangan
jaringan LTE ini perlu dilakukan agar
pihak terkait dapat memprediksi
kebutuhan investasi, prediksi pendapatan
serta penghematan biaya jaringan setelah
jaringan ini di implementasikan.
IV.UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis untuk membuat sebuah jurnal
seperti ini dari keluarga,teman, hingga penulis-penulis
pada referensi yang digunakan untuk membentuk
sebuah jurnal ini.
V.REFERENSI
[1]
(2010, June 5). Retrieved May 2014, 2014,
from
E-UTRA
frequency
band
(36.101):
http://niviuk.free.fr/lte_band.php
[2]
Academy, E. (2012). LTE KPI'S and
Acceptance. Ericsson.
[3]
Agrawal,
A.
(2009).
Heterogeneous
Networks A new paradigm for increasing cellular
capacity. United State: Qualcomm.
[4]
Ajay, M. (2007). Advanced Cellular Network
Planning and Optimization. England: John Wiley &
Sons Ltd.

[5]
Bahtia, B. Whorkshop On the Preparation
For WRC-15. International Telecommunication
Union.
[6]
Bhandare, T. (2008). LTE and WiMAX
Comparison. Santa Clara University.
[7]
Capgemini. (2011). Long Term Evolution
LTE Opportunities and Challenges. Telcom,Media &
Entertainment.
[8]
ETSI. (2011). 3GPP TR 36.931 Version 9.0.0
Release 9. France: 3GPP.
[9]
Gunawan, A. H. (2013). 4G LTE Preparing
LTE for Broadband Service. Jakarta: Telkom Tbk.
[10]
Harris, M. (2011). Wireless Trends 700 MHz
Spectrum Boosts Mobile Coverage. United States:
Unison Site Management.
[11]
Jinghai, L., Tangbai, C., & Bo, Y. (2011).
Long Term Evolution(LTE) Radio Access Network
Planning Guide. Shenzhen: Huawei Technologies
Co.,LTD.
[12]
Ku, G. (2012). Overview of AMC in LTE.
ASPnI Research Group.
[13]
LTE Radio Network Planning Introduction.
(2011). Shenzhen: Huawei Technologies Co.,LTD.
[14]
Motorola. (2007). Spectrum Analysis for
Future LTE Deployments , 4.

[15]
Roche, G. d., Gkazunov, A. A., & Allen, B.
(2013). LTE-ADVANCED AND NEXT GENERATION
WIRELESS NETWORK CHANNEL MODELLING
AND PROPAGATION. United Kingdom: John Wiley
& Sons Ltd.
[16]
Sesia, & Stefania. (2009). LTE :The UMTS
Long Term Evolution, From Theory to Practice.
United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
[17]
Sipil, D. K. (2013). Kependudukan Kota
Bandung. Retrieved May 3, 2014, from Dinas
Kependudukan
dan
Pencatatan
Sipil
:
http://bandung.go.id/images/download/SPM_DISDU
KCAPIL_2013.pdf
[18]
telecom-cloud.net.
(2014,
April
15).
Retrieved June 5, 2014, from telecom-cloud.net:
http://www.telecom-cloud.net/wpcontent/uploads/2011/02/LTE-Key-PerformanceIndicators-RF-Design-Targets.pdf.
[19]
Toskala, & Hari, H. (2010). WCDMA for
UMTS : HSPA Evolution and LTE. United Kingdom:
John Wiley & Sons Ltd.
[20]
Toskala, Antti, & Hari, H. (2009). LTE for
UMTS OFDMA and SC-FDMA for Radio Access.
United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Anda mungkin juga menyukai