Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Belajar dan Tipe Belajar

1.1 Defenisi Belajar


Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku (Slameto, 2003). Menurut Witherington (1952) dalam
Sukmadinata (2005), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan

sebagai

pola-pola

respon

yang

baru

yang

berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Dengan demikian,


belajar pada dasarnya ialah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman (Witherington dalam Dalyono, 1997).
Biggs (1991) dalam Syah (2006) mendefenisikan belajar dalam tiga
macam rumusan, yaitu : Rumusan kuantitatif, institusional, dan kualitatif.
Rumusan kuantitatif mengartikan belajar sebagai kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara
institusional maksudnya, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap
penguasaan siswa atas materi yang telah ia pelajari. Dalam rumusan kualitatif,
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang kini dihadapi siswa (Syah, 2006).

Universitas Sumatera Utara

1.2 Prinsip-prinsip belajar


Beberapa prinsip yang penting dalam proses belajar menurut Dalyono
(1997), yaitu :
1. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani
yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup
kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah
memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar,
misalnya kemampuan berfikir, ingatan, fantasi dan sebagainya.
2. Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan
yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan
belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik,
sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk
melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan
perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh
hasil belajar yang baik.
3. Memahami tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah tujuan
itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang
belajar agar proses belajar yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil.

Universitas Sumatera Utara

4. Memiliki kesungguhan
Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Selain itu akan banyak waktu dan tenaga yang terbuang dengan percuma.
Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun akan memperoleh hasil
yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif.
5. Ulangan dan latihan
Prinsip yang tak kalah penting adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang
dipelajari perlu di ulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara
untuk membantu berfungsinya ingatan.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Faktor internal (Faktor yang berasal dari dalam diri) yaitu kondisi jasmani
dan rohani/psikologis siswa.
a. Faktor jasmani, terdiri dari :
1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya (bebas dari penyakit). Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Jika kesehatan seseorang terganggu, proses
belajarnya pun akan terganggu, ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, lemah dan ada gangguan pada alat indera serta tubuhnya.

Universitas Sumatera Utara

2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat dapat berupa buta, tuli,
patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh akan
mempengaruhi belajar. Seseorang yang cacat, proses belajarnya juga
akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu agar dapat menghindari
atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
b. Faktor psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas belajar siswa. Namun yang pada umumnya dipandang
lebih esensial adalah :
1) Intelegensia
Intelegensia adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat. Intelegensia besar pengaruhnya tehadap kemajuan belajar. Dalam
situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensia yang
tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensia
yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat
intelegensia yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya, karena
belajar merupakan suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor

Universitas Sumatera Utara

yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensia adalah salah satu faktor


di antara faktor yang lain.
2) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang semata-mata tertuju kepada
suatu obyek (benda/hal). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menarik perhatian siswa, maka
akan timbul kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar. Oleh
karena itu, perlu diusahakan agar bahan pelajaran selalu manarik
perhatian siswa dengan cara menyesuaikan pelajaran dengan bakat siswa.
3) Bakat
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang

nyata sesudah

belajar

atau

berlatih.

Jadi,

bakat

sangat

mempengaruhi proses belajar. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat


siswa, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia akan senang dan
lebih giat dalam belajar.
4) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa
kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, ia tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik dan tidak
memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut. Sebaliknya, bahan

Universitas Sumatera Utara

pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan
disimpan, karena minat menambah kemauan dalam belajar.
5) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam proses belajar
haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar
dengan baik dan mempunyai motif untuk memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat menunjang
belajarnya.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan
secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan
dan belajar.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi

respon atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan memiliki kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

c. Faktor kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk mambaringkan tubuh. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Dari
uraian tersebut dapat diketahui bahwa kelelahan mempengaruhi belajar.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu dihindari agar tidak terjadi
kelelahan dalam belajar.
2. Faktor eksternal (Faktor dari luar diri) yaitu kondisi lingkungan di sekitar
siswa. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar diantaranya :
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan
anak dalam belajar tersebut, perlu diusahakan relasi yang baik dari faktorfaktor tersebut diatas didalam keluarga.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.

Universitas Sumatera Utara

c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi
belajar siswa.
Selain faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, menurut Syah (2003),
terdapat faktor lain yang menunjang keberhasilan seseorang dalam belajar yaitu
faktor pendekatan dalam belajar (approach to learn) yaitu segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah
operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu.
1.4 Tipe belajar
Tipe belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu
yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah
informasi (DePotter dan Hernachi, 2003). Sedangkan menurut Zaini (2002) tipe
belajar adalah karakteristik dan preferensi atau pilihan individu untuk
mengumpulkan

informasi,

menafsirkan,

mengorganisasi,

merespon,

dan

memikirkan informasi yang diterima. Secara ilmiah diketahui bahwa dalam hal
penyerapan informasi, manusia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap informasi yang


dibacanya/dilihatnya.
2. Manusia auditori, dimana informasi yang masuk melalui apa yang
didengarnya akan diserap secara optimal.
3. Manusia kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila
informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu dicontohkan atau ia
membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya (Susanto,
2006).
Hal ini sejalan dengan pendapat DePorter (2004) yang mengatakan bahwa
terdapat tiga macam modalitas (tipe) belajar yang digunakan oleh seseorang
dalam pembelajaran, pemrosesan informasi, dan komunikasi, yaitu :
1. Visual
Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang,
potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri
orang dengan tipe belajar visual, yaitu :
a. Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan
b. Berbicara dengan cepat
c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
d. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
e. Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
f. Mengingat dengan asosiasi visual

Universitas Sumatera Utara

g. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis


dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.
h. Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat
i.

Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat

j.

Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato

k. Lebih menyukai seni daripada musik


l.

Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak

m. Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih katakata yang tepat
n. Biasanya tidak terganggu dengan keributan
2. Auditori
Tipe auditori belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses
segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol
pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
b. Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan
c. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna
suara
f. Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan

Universitas Sumatera Utara

g. Berbicara dalam irama yang terpola


h. Lebih suka musik daripada seni
i.

Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan


daripada yang dilihat

j.

Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang


lebar

k. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik


l.

Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang

melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain


m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
n. Biasanya pembicara yang fasih
3. Kinestetik
Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan.
Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan
emosional, dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik
yaitu :
a. Berbicara dengan perlahan
b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
c. Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
d. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
e. Belajar melalui memanipulasi dan praktik
f. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
g. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

Universitas Sumatera Utara

h. Banyak menggunakan isyarat tubuh


i.

Tidak dapat diam untuk waktu yang lama

j.

Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah pernah
berada di tempat itu.

k. Menyukai permainan yang menyibukkan


l.

Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetukngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan

m. Ingin melakukan segala sesuatu


n. Kemungkinan tulisannya jelek
Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePorter juga mengatakan bahwa ada
tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visualkinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu tipe belajar lebih
mendominasi.
1.5 Strategi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sesuai dengan Tipe Belajar
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa menurut Deporter (2004), adalah :
1. Visual
a. Dorong pelajar visual untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam
catatan mereka
b. Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna
c. Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi yang diterimanya
menggunakan peta pikiran, tabel, grafik dan diagram untuk memperdalam
pemahaman mereka tentang informasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

d. Memberikan gambaran umum/garis-garis besar setiap materi pelajaran


yang disampaikan dengan memberikan ruang yang kosong untuk
menambahkan catatan.
e. Menggunakan bahasa yang dapat menciptakan visualisasi pada diri anak.
Misalnya : bayangkanlah bola dunia yang sedang berputar mengelilingi
matahari (jika kita sedang mempelajari tentang revolusi bumi) dan
sebaginya.
2. Auditori
a. Menggunakan variasi vokal (ritme, volume suara, intonasi) yang digunakan
pada saat menyampaikan materi pelajaran.
b. Menggunakan penggulangan dengan cara meminta siswa mengulang
kembali konsep-konsep kunci yang telah dipelajari.
c. Mendorong setiap siswa untuk membuat jembatan keledai untuk
menghafal

konsep

kunci,

Misalnya

warna

pelangi

adalah

MEJIKUHIBINIU (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu).


d. Membuat materi lebih mudah untuk diingat dengan mengubahnya menjadi
lagu atau melodi yang sudah dikenal baik dan pelajar auditorik akan lebih
suka belajar sambil mendengarkan musik.
e. Mendorong siswa terutama untuk pelajar audiotori untuk merekam
informasi-informasi penting untuk kemudian didengarkan secara berulangulang karena pelajar audiotori tidak terlalu senang mencatat.

Universitas Sumatera Utara

3. Kinestetik
a. Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin
tahu dan menekankan konsep-konsep kunci.
b. Menggunakan simulasi konsep agar setiap siswa dapat mengalaminya
sendiri.
c. Memperagakan setiap konsep yang diajarkan dan memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk mencoba mempelajarinya secara bertahap.
d. Melakukan lakon/simulasi pendek dapat membantu siswa untuk memahami
materi yang dipelajarinya.

Prestasi Belajar

2.1 Defenisi Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Poerwanto (1986)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
Winkel (1996) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Nasution
(1996) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

Universitas Sumatera Utara

memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam
ketiga kriteria tersebut (Sunartombs, 2009).
2.2 Jenis Prestasi belajar
Jenis prestasi belajar menurut Bloom (dalam Zaini, 2002) dapat
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Tingkat Kognitif
Tujuan pendidikan untuk ranah kognitif terdiri atas enam tingkatan secara
berurutan. Belajar pada tingkat yang lebih tinggi tergantung kepada pencapaian
keterampilan/kemampuan dari level yang sebelumnya, yaitu :
a. Pengetahuan
Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang
telah dipelajari. Hal ini meliputi ingatan terhadap jumlah materi yang
banyak, dari fakta-fakta yang khusus hingga teori-teori yang lengkap.
b. Pemahaman
Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu
bahan ajar. Hal ini dapat diperlihatkan dengan cara menerjemahkan bahan
dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, menafsirkan bahan dan mengistimasi
trend masa depan. Level ini merupakan tingkat pemahaman yang paling
rendah.
c. Penerapan
Penerapan yang dimaksudkan menunjuk pada kemampuan menggunakan
bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang baru dan konkret.

Universitas Sumatera Utara

d. Analisis
Analisis menuntut suatu kemampuan memilah-milah suatu bahan pada
bagian-bagian komponennya sehingga struktur bahan tersebut dapat
dipahami. Pada level ini menuntut dua pemahaman sekaligus yaitu
pemahaman terhadap isi dan bentuk struktur materi.
e. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghimpun atau
menyatukan bagian-bagian atau elemen untuk membentuk pola baru. Hasil
belajar pada level ini menekankan pada perilaku kreatif, dengan kekhususan
pembentukan pola baru dari suatu struktur.
f. Evaluasi
Evaluasi merujuk pada kemampuan untuk memutuskan atau menentukan
nilai suatu materi untuk suatu tujuan yang telah ditentukan dan harus
didasari kriteria yang pasti. Hasil belajar level ini adalah level yang paling
tinggi dari ranah kognitif karena mengandung semua unsur dari level
sebelumnya ditambah dengan penetapan nilai secara sadar yang didasari
kriteria yang pasti.
2. Tingkat Afektif
Ranah afektif dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu :
a. Penerimaan
Penerimaan menunjuk pada kesediaan mahasiswa untuk mengikuti
fenomena atau stimulus tertentu. Hasil belajar untuk level ini bergerak dari
kesadaran yang sederhana sampai pada perhatian tertentu.

Universitas Sumatera Utara

b. Partisipasi
Partisipasi menunjukkan pada partisipasi aktif dari mahasiswa. Pada level
ini mahasiswa tidak hanya hadir dan memperhatikan, tetapi juga
memberikan reaksi. Hasil belajar pada level ini menekankan pada kesiapan
dalam memberikan respon.
c. Penentuan sikap
Level ini berhubungan dengan nilai yang melekat pada mahasiswa terhadap
suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Level ini bergerak dari
penerimaan yang paling rendah pada suatu nilai sampai kepada level
komitmen yang lebih kompleks. Hasil belajar untuk level ini berkenaan
dengan perilaku yang konsisten dan stabil dalam membuat nilai dan dapat
diidentifikasi secara jelas.
d. Organisasi
Organisasi yaitu menggabungkan beberapa nilai yang berbeda-beda,
menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai tersebut, serta membangun
sistem nilai yang konsisten secara internal. Oleh karena itu, penekanannya
berada pada membandingkan, menghubungkan dan mensintesiskan nilai
tersebut. Hasil belajar untuk level ini berkenaan dengan konseptualisasi nilai
atau pengorganisasian sistem nilai.
e. Pembentukan pola
Pada

level

ini,

seseorang

sudah

mempunyai

sistem

nilai

yang

mengendalikan perilakunya dalam waktu yang cukup lama sehingga


membentuknya menjadi sebuah karakter gaya hidup. Hasil belajar pada

Universitas Sumatera Utara

level ini meliputi rentang aktivitas yang banyak, tetapi yang pokok dapat
terlihat pada perilaku yang sudah menjadi tipikal atau karakternya.
3. Tingkat Psikomotorik
Ranah psikomotorik menonjol pada gerakan-gerakan jamaniah yang terdiri atas
tujuh tingkatan, yaitu :
a. Persepsi
Level persepsi berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menangkap
isyarat yang membimbing aktivitas gerak (terjadi penerjemahan dari
persepsi isyarat ke tindakan).
b. Kesiapan
Menunjukkan pada kesiapan untuk melakukan tindakan tertentu. Perangkat
ini meliputi perangkat mental, fisik, dan emosi yang siap untuk bertindak.
c. Gerakan terbimbing
Gerakan terbimbing merupakan peniruan/pengulangan suatu perbuatan yang
telah di demonstrasikan oleh instruktur. Dan level ini merupakan tahapan
awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks.
d. Gerakan terbiasa
Level gerakan ini berkenaan dengan kinerja dimana respon mahasiswa telah
menjadi terbiasa dan gerakan-gerakan dilakukan dengan penuh keyakinan
dan kecakapan.
e. Gerakan kompleks
Merupakan gerakan yang sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang
sangat kompleks. Keahliannya terindikasi dengan gerakan yang cepat,

Universitas Sumatera Utara

lancar, akurat dan menghabiskan energi yang minimum. Kategori ini


meliputi kemantapan gerakan dan gerakan otomatik (gerakan dilakukan
dengan rileks dan kontrol otot yang bagus).
f. Gerakan pola penyesuaian
Merupakan keterampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga
seseorang dapat memodifikasi pola-pola gerakan untuk menyesuaikan
tuntutan tertentu atau menyesuaikan pada situasi tertentu.
g. Kreativitas
Level terakhir ini menunjuk kapada penciptaan pola-pola gerakan baru
untuk menyesuaikan situasi tertentu atau problem khusus. Hasil belajar ini
menekankan kreativitas yang didasarkan pada keterampilan yang hebat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai