PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada sistem perkerasan lentur (flexible pavement) dipakai material aspal
sebagai bahan pengikat agregat. Material aspal memiliki sifat kohesif, adesif, dan
termoplastis. Kohesif berarti sifat mengikat sesama komponen aspal, yang dapat
dievaluasi melalui pemeriksaan daktilitas. Adesif adalah sifat mengikat material lain,
yaitu agregat pada campuran asphalt concrete (AC). Sifat adesif dapat dievaluasi
melalui pemeriksaan stabilitas Marshall (Thanaya, 2008). Sifat termoplastis adalah
sifat aspal yang dipengaruhi oleh oleh perubahan temperatur (temperatur
suceptibility). Aspal akan mencair bila dipanaskan, dan akan mengeras kembali bila
didinginkan (Santosa, 1997).
Kualitas dan kuantitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap
kinerja campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Kadar aspal
yang rendah dalam suatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami
retak-retak. Demikian juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan
mengalami bleeding. Oleh sebab itu, kadar aspal yang diperlukan dalam suatu
campuran lapis perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu kadar aspal yang
memberikan stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan, dimana persyaratan yang
lainnya juga dipenuhi, seperti nilai VIM, Flow dan sebagainya, hingga pada akhirnya
memberi umur pelayanan jalan yang lebih lama.
Kadar aspal pada suatu campuran AC mempengaruhi nilai Specific
Gravity (SG), Voids in Mix (VIM), Voids in Material Agregates (VMA), Voids Filled
with Bitumen (VFB),Stability, Flow, dan Marshall Qoutient. Specific Gravity akan
bertambah dengan bertambahnya kadar aslap sampai pada batas maksimum kemudian
nilainya menurun. Voids in Mix menurun secara konsisten dengan bertambahnya ladar
aspal. Voids in Material Agregates umumnya menurun sampai pada batas tertentu,
kemudian naik dengan bertambahnya kadar aspal. Voids Filled with Bitumen secara
konsisten bertambah dengan bertambahnya kadar aspal. Stability naik dengan
bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian turun. Flow secara
konsisten terus naik dengan bertambahnya kadar aspal. Marshall Qoutient bertambah
dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian menurun
(Wirahaji, 2010).
Kadar aspal yang terpakai dalam campuran yang kemudian dihampar di
lapangan adalah kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum menjadi persyaratan
mutlak dalam setiap campuran lapis perkerasan beraspal. Besaran kadar aspal
optimum berbeda-beda, tergantung dari propertis aspal, agregat, gradasi agregat dan
jenis campuran itu sendiri. Lapis perkerasan yang di atas selalu lebih besar kadar
aspalnya. Lapisan atas yang kedap air seperti AC-WC memiliki kadar aspal yang
paling tinggi daripada lapis perkerasan di bawahnya. Hal ini disebabkan, karena aspal
mampu mengisi rongga-rongga dalam campuran. Pengisian rongga-rongga ini dengan
sendirinya akan memperkecil volume rongga, sehingga air tidak bisa masuk meresap
ke lapisan aspal di bawahnya. Dengan kemiringan melintang badan jalan 2 4% air
hujan akan mengalir keluar badan jalan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gradasi Dan Proporsi Agregat Pada Perencanaan Campuran Aspal Panas
Agregat sebagai bahan utama dalam pembuatan campuran harus diketahui
mutu dan gradasinya terlebih dahulu, dimana mutunya harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan standar spesifikasi yang disyaratkan. Gradasi agregat adalah susunan
besar butir dan terhalus sampai terkasar yang didapat dari analisa saringan, susunan
gradasinya harus sesuai dengan standar dan rancangan campuran yang direncanakan.
Untuk campuran aspal panas dikenal 2 macam gradasi sebagai berikut :
-
Agregat kasar
Agregat sedang
Agregat halus
Filler
Dalam perencanaan campuran panas kita harus dapat memperoleh suatu campuran
yang homogen dan mempunyai susunan butir yang kita harapkan atau sesuai standar
spesifikasi yang disyaratkan. Untuk memperoleh hal tersebut kita harus melakukan
penggabungan agregat.
Ada beberapa cara atau metode penggabungan aggregat antara lain metode diagonal,
metode bujur sangkar, grafis, cara trial and error dan cara analitis.
1.
persentase passing
Memasukkan spesifikasi ideal pada kolom target value, yaitu nilai salah satu
2.
Cara Diagonal
block.
Buat garis diagonal dari sisi kiri bawah kesisi kanan atas
Untuk sisi vertikal (10 cm) adalah merupakan x lolos saringan. Dengan
melihat ideal spesifikasi, letakkan tiap-tiap nilai ideal spec pada garis tiap-
antara grafik 1 terhadap garis tepi atas yang mana merupakan garis lurus.
Pada kedua jarak itu, tariklah garis vertikal yang memotong garis diagonal
Buatlah garis potong dengan jarak sama antara jarak terhadap aggregat 3
3.
Buat kotak dengan ukuran bujur sangkar (10 x 10) cm sebanyak dua buah.
Untuk sisi kiri merupakan persen aggregat kasar.
Plot pada garis paling tepi titik-titik dari masing-masing nomor saringan
sehingga dari garis ini, dapat ditentukan persen aggregat kasar dan halus.
Pada bujur sangkar yang ke dua tarik garis mendatar untuk memindahkan
nomor-nomor saringan.
Pada garis sisi kanan sebagai aggregat halus, tentukan titik-titik pada garis
aggregat sedang.
Cari harga maksimum dan minimum yang mempunyai jarak terdekat.
Tarik garis vertikal dari masing-masing titik maksimum dan minimum
tersebut.
Tarik garis pembagi dua, sehingga dapat ditentukan prosentase aggregat
kasar, aggregat sedang dan aggregat halus.
4.
Cara Analitis
mengurangkan ideal spec dengan total butiran lewat saringan nomor 200.
Tentukan komposisi campuran
agregat.
Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat benda uji.
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 15 buah benda uji
dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Sebelum dilakukan
pengujian Marshall terhadap briket, maka dicari dulu berat
ketebalan dan diameternya di tiga sisi yang berbeda. Melakukan uji Marshall untuk
mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow) benda
2489-1991 AASHTO T245-90. Parameter Marshall yang dihitung antara lain: VIM,
VMA, VFA, berat volume, dan
spesifikasi campuran. Setelah semua parameter briket didapat, maka digambar grafik
hubungan kadar aspal dengan parameternya yang kemudian dapat ditentukan kadar
aspal optimumnya. Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal
yang memenuhi 24 semua spesifikasi campuran. Kadar aspal optimum inilah yang
nantinya akan digunakan untuk pengujian Marshall rendaman.
2.2.1
dengan
menggunakan 6 buah benda uji yang akan dibedakan menjadi dua macam pengujian.
Pengujian Marshall yang pertama dilakukan pada 3 sampel yang
langsung diuji
dilakukan
ini
lebih yang
agregat yang
sesuai dengan spesifikasi (Asphalt Institute, 1983), proses ini sangat penting dalam
mix desain beton aspal karena umumnya karakteristik perkerasan seperti kekuatan,
kepadatan, keawetan, dan tekstur akan sangat tergantung pada gradasi agregat yang
harus dikontrol dan dikendalikan dalam pelaksanaan. Perlu diingat blending agregat
ini juga yang nantinya akan menentukan nilai ekonomis dari campuran tersebut. Di
lapangan proses blending agregat ini dibuat sedemikian rupa sehingga bahan yang
paling murah sebisa mungkin mendapatkan prosentase terbesar dalam campuran,
hasil dari setiap blending agregat juga akan memberikan porsi kadar aspal yang
berbeda. Dalam kasus ini sebisa mungkin penggunaan material RAP mendapatkan
porsi terbanyak dalam campuran atau dengan kata lain sesedikit mungkin
memberikan material tambahan pada
begitu campuran beton aspal akan lebih ekonomis. Hasil proses blending dengan
cara grafis segi empat yang kami lakukan untuk campuran daur ulang sebagaimana
Gambar di bawah ini menunjukkan prosentase agregat RAP 93,72% dan agregat
tambahan dipakai Fraksi 2 sebesar 6,3%.
Setelah dilakukan cek gradasi hasil blending dengan proporsi tersebut sudah masuk
dalam envelope (kotak batas) spesifikasi seperti gambar dibawah ini.
Kadar aspal di dalam suatu campuran sangat menentukan dalam rancangan bahan
perkerasan beraspal. Di
perkerasan juga
sangat berperan dalam penentuan harga satuan. Diantara beberapa metode penentuan
10
jumlah kebutuhan aspal dalam campuran metode luas permukaan merupakan salah
satu metode yang sering dipakai, dimana
dalam suatu campuran sangat tergantung dari gradasi agregat yang dipakai. Berikut
ini hasil perhitungan jumlah kadar aspal
jika
dibandingkan dengan proses mix desain beton aspal konvensional (Non Recycling).
Perhitungan secara umum dapat dilihat pada persamaan persamaan berikut :
11
Berat , W
Berat Aspal, Wb
Berat Agregat, Ws
Berat Aspal yang terabsorbsi , Wba
Volume aspal, Vb
Volume dari aspal yang terarbsorbsi, Vba
Volume Agregat, Vsb
= 100 Gmb
= Pb.W/100
= W Wb
= Pba.Ws/100
= Wb / Gb
= Wba/Gb
= Ws/Gsb
Dimana,
Gmb
Pb
Pba
Gb
Ws
= Berat agregat
Wba
Gsb
12
VMA = 100
Gmb(1 Pbt )
Gsb
(2.5)
Bk
Bj Ba
Gmb =
Gsb =
.(2.6)
P1 P 2 ...... Pn
P1 P 2
Pn
.....
G1 G 2
Gn
.(2.7)
dimana :
Gmb
Gsb
Pbt
Bk
Bj
Ba
VIM = 100
VIM = 100
Gmb
Gmm
Gmm Gmb
Gmm
atau
.(2.8)
dimana :
Gmb
VFB =
100(VMA VIM )
VMA
.(2.9)
dimana :
14
VFB
dari VMA
VMA = volume pori antara butir agregat didalam beton aspal
padat, % dari volume bulk beton aspal padat.
VIM
Pba
xPagg)
100
(2.10)
dimana :
Pbe
Pbt
Pba
Pba =
(2.11)
15
Gse =
1 Pbt
1
Pbt
Gmm Gbt
.(2.12)
dimana :
Pba
Gsb
Gse
Bj . Agg Bj . Aspal
Gmm teoritis =
Padahal dalam kenyataannya rongga udara akan selalu ada walaupun dalam
campuran aspal yang paling padat sekalipun. Berdasarkan kenyataan ini berat jenis
maksimum teoritis tidak digunakan dalam spesifikasi baru. Nilai Gmm dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Gmm =
Wtotal
Wtotal(1 Pbt ) Wtotal.Pbt
Gse
Gbt
(2.13)
dimana :
Pbt
Gse
16
Gbt
VIM
Udara
Aspal
VFB
VMA
Vb
Vmb
Vba
Mineral
Agregat
Vmm
Vsb
Vse
Vba
Vb
= volume aspal
Vbe
Vse
VIM
18
1. Peralatan :
a.
Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,2 cm (4)
dan tinggi 6,35 cm (2,5), lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
b.
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
-
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
c.
Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah
dipadatkan dari dalam cetakan benda uji, dipakai alat Extruder yang
berdiameter 10 cm.
d.
Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
pelengkapnya.
e.
Timbangan
yang
dilengkapi
dengan
penggantung
benda
uji
Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernafasan atau masker.
20
keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
b.
Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm
1,27 mm. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan
dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spesifikasi. Untuk
memperoleh berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat
satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat
agregat.
-
21
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 oC 148,9
o
C.
pemegang cetakan.
-
Lepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasanglah alat pengeluar benda
uji.
g.
Keluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji diatas permukaan yang rata
dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
h.
Dinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang lebih
cepat.
3. Prosedur :
a.
Keluarkan benda uji dari bak perendam dan letakkan ke dalam segmen
bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan dari saat
diangkutnya benda uji dari bak perendaman atau oven sampai tercapainya
beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
-
atas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada
angka nol, sementara selubung tangkai (sleeve) dipegang teguh terhadap
segmen atas kepala penekan.
-
atas dan di bawah dari kadar aspal tersebut untuk lalu lintas > 1 juta ESA. Untuk
masing-masing kadar aspal dibuat 3 (tiga) benda uji.
Cara pengujiannya :
24
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari penjabaran pada pembahasan diatas dapat disimpulkan yaitu :
3.1.1
persyaratan
sesuai
dengan
standar
spesifikasi
yang
3.1.3
Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri dari aspal dan agregat.
Proporsi masing-masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar
dihasilkan aspal beton yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap
pengaruh lingkungan selama masa pelayanan.
3.2 SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27