Step 7 Tutorial 3 Mbs 2
Step 7 Tutorial 3 Mbs 2
jumlah besar atau produknya yang tidak terkontrol dapat membahayakan tubuh serta
berperan dalam menifestasi klinik infeksi bakteri ekstraselular. Yang paling berat
adalah gejala klinis oleh infeksi bakteri Gram-negatif yang menyebabkan
disseminated intravascular coagulation (DIC) yang progresif serta syok septik atau
syok endotoksin. Sitokin TNF adalah mediator yang paling berperan pada syok
endotoksin ini.
Imunitas Spesifik terhadap Bakteri Ekstraselular
Kekebalan humoral mempunyai peran penting dalam respons kekebalan spesifik
terhadap bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida merupakan komponen yang paling
imunogenik dari dinding sel atau kapsul mikroorganisme serta merupakan antigen
yang thymus independent. Antigen ini dapat langsung merangsang sel limfosit B yang
menghasilkan imunoglobin (Ig)M spesifik yang kuat. Selain itu produksi IgG juga
dirangsang yang mungkin melalui mekanisme perangsangan isotype switching rantai
berat oleh sitokin. Respons sel limfosit T yang utama terhadap bakteri ekstraselular
melalui sel TCD4 yang berhubungan dengan molekul MHC kelas II yang
mekanismenya telah dijelaskan di atas. Sel TCD4 berfungsi sebagai sel penolong
untuk merangsang pembentukan antibodi, aktivasi fungsi fagosit dan mikrobisid
makrofag. Ada 3 mekanisme efektor yang dirangsang oleh IgG dan IgM serta antigen
permukaan bakteri 1. Opsonisasi bakteri oleh IgG serta peningkatan fagositosis
dengan mengikat reseptor Fc_ pada monosit, makrofag dan neutrofil. Antibodi IgG
dan IgM mengaktivasi komplemen jalur klasik yang menghasilkan C3b dan iC3b
yang mengikat reseptor komplemen spesifik tipe 1 dan tipe 3 dan selanjutnya terjadi
peningkatan fagositosis. Pasien defisiensi C3 sangat rentan terhadap infeksi piogenik
yang hebat. 2. Netralisasi toksin bakteri oleh IgM dan IgG untuk mencegah
penempelan terhadap sel target serta meningkatkan fagositosis untuk eliminasi toksin
tersebut. 3. Aktivasi komplemen oleh IgM dan IgG untuk menghasilkan mikrobisid
MAC serta pelepasan mediator inflamasi akut.
Respons Imun terhadap Bakteri Intraselular
Sejumlah bakteri dan semua virus serta jamur dapat lolos dan mengadakan replikasi
di dalam sel pejamu. Yang paling patogen di antaranya adalah yang resisten terhadap
degradasi dalam makrofag. Sebagai contoh adalah mikrobakteria serta Listeria
monocytogenes.
Imunitas Alamiah terhadap Bakteri Intraselular
Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap mikroorganisme intraselular adalah
fagositosis. Akan tetapi bakteri patogen intraselular relatif resisten terhadap degradasi
dalam sel fagosit mononuklear. Oleh karena itu mekanisme kekebalan alamiah ini
tidak efektif dalam mencegah penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan
eksaserbasi yang sulit diberantas.
Respons Imun Spesifik terhadap Bakteri Intraselular
Respons imun spesifik terhadap bakteri intraselular terutama diperankan oleh cell
mediated immunity (CMI). Mekanisme imunitas ini diperankan oleh sel limfosit T
tetapi fungsi efektornya untuk eliminasi bakteri diperani oleh makrofag yang
diaktivasi oleh sitokin yang diproduksi oleh sel T terutama interferon (IFN ).
Respons imun ini analog dengan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Antigen protein
intraselular merupakan stimulus kuat sel limfosit T. Beberapa dinding sel bakteri
mengaktivasi makrofag secara langsung sehingga mempunyai fungsi sebagai ajuvan.
Misalnya muramil dipeptida pada dinding sel mikrobakteria. Telah disebutkan di atas
bahwa fungsi sel limfosit T pada CMI adalah produksi sitokin terutama IFN .
Sitokin INF ini akan mengaktivasi makrofag termasuk makrofag yang terinfeksi
untuk membunuh bakteri. Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga menimbulkan
stimulasi antigen yang kronik. Keadaan ini akan menimbulkan pengumpulan lokal
makrofag yang teraktivasi yang membentuk granuloma sekeliling mikroorganisme
untuk mencegah penyebarannya. Reaksi inflamasi seperti ini berhubungan dengan
nekrosis jaringan serta fibrosis yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi yang
berat. Jadi kerusakan jaringan ini disebabkan terutama oleh respons imun terhadap
infeksi oleh beberapa bakteri intraselular. Contoh yang jelas dalam hal ini adalah
infeksi mikobakterium. Mikobakterium tidak memproduksi toksin atau enzim yang
secara langsung merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama terhadap
Mycobacterium tuberculosis akan merangsang inflamasi selular lokal dan bakteri
mengadakan proliferasi dalam sel fagosit. Sebagian ada yang mati dan sebagian ada
yang tinggal dormant. Pada saat yang sama, pada individu yang terinfeksi terbentuk
imunitas sel T yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas, reaksi granulomatosa dapat
terjadi pada lokasi bakteri persisten atau pada paparan bakteri berikutnya. Jadi
imunitas perlindungan dan reaksi hipersensitif yang menyebabkan kerusakan jaringan
adalah manifestasi dalam respons imun spesifik yang sama.
b) Imunologi virus
Respon imun terhadap virus
Virus merupakan organisme obligat, umumnya terdiri atas potongan DNA atau RNA
yang diselubungi mantel dari protein atau lipoprotein. Respon imun terhadap protein
virus melibatkan sel T dan sel B. Antigen virus yang menginduksi antibodi dapat
menetralkan virus dan sel T sitotoksik yang spesifik merupakan imunitas paling
efisien pada imunitas proteksi terhadap virus.
Virus merupakan obligat intraseluler yang berkembang biak di dalam sel, sering
menggunakan mesin sintesis asam nukleat dan protein pejamu. Dengan reseptor
permukaan sel, virus masuk ke dalam sel dan dapat menimbulkan kerusakan sel dan
penyakit melalui berbagai mekanisme.hal tersebut di sebabkan olehreplikasi virus
yang menggangu sintesis protein dan fungsi sel nornal serta efek sitopatik virus. Virus
nonsitoptik dapat menimbulkan infeksi laten dan DNA virus menetap dalam sel
pejamudan memproduksi protein yang dapat atau tidak mengganggu fungsi sel.
Imunitas spesifik
Imunitas spesifik humoral
terinfeksi. Bila sel terinfeksi adalah sel jaringan dan bukan APC, sel
terinfeksi dapat dimakan oleh APC profesionalseperti sel dendritik
yang selanjutnya memproses antigen virus dan mempresentasikannya
bersama molekul MHC-I ke sel CD8 + naif di KGB. Sel CD8+ naif
yang diaktifkan berdiferensiasi menjadi sel CTL efektor yang dapat
membunuh setiap sel bernukleus yang terinfeksi.
Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase
ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan
vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan
panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.
Mual dan Muntah
Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai gangguan
gastrointestinal.
Mual dan muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang terdiri dalam tid=ga
stadium : (1) Mual, (2) Retching, (3) Muntah
Mual
dapat dijelaskn sebagai perasan yang tidak enak dibelakang tenggorokan dan
epigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktifitas
salurancerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya salvias,
menurunnya tonuslambung, dan peistaltik. Peningkatan tonus duodenum dan
jejunum menyebabkanterjadinya reflux isi duodenum ke lambung. Namun
demikian, tidak terdapat bukti yangmengesankan bahwa hal ini menyebabkan
mual. Gejala dan tand mualseringkali adalahpucat, meningkatnya salvias,
hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, dan takikardia.
Retching
adalah suatu usaha involunter untuk muntah, seringkali menyertai mualdan
terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakn pernapasan spasmodic melawan
glottis dangerakan inspirasi dinding dada dan diaphragma. Kontraksi otot
abdomen saat ekspirasimengendalikan gerakan inspirasi. Pylorus dan antrum
distal berkontraksi saat fundus berelaksasi.
Muntah
didefinisikam sebagai suatu reflex yang menyebabkan dorongan ekspulsiisi
lambung atau usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerim masukan
dari
kortexcerebral,
organ
vestibular,
keempat. Muntah
dapat diransang
melalui jalur
saraf eferen
oleh rangsangannervus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan emetic yang
menimbulkan muntah denganaktivasi CTZ. Jalur eferen menerima sinyal yang
menyebabkan terjadinya gerakanekspulsif otot abdomen, gastrointestinal, dan
pernapasan yang terkoordinasi dengan epifenomena emetic yang menyertai
disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis beradadi dekat pusat salvasi dan
pernapasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadihipersalivasi dan
gerakan pernapasan.
3. Penyakit infeksi dan non-infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh faktor dari luar tubuh
contohnya agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Sedangkan
penyakit non-infeksi disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh, seperti degenerasi sel,
kelainan pada metabolisme, dan lan-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K. & Lichtman, A.H. 2004. Basic immunology: Functions and Disorders of the
Immune System 2th ed. Philadelphia: Saunders. Pp. 216-233.
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC