PENDAHULUAN
A. Kebermasalahan
Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada
kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah-sekolah yang ada
masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian
nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk
memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan
kehidupan sehari-hari para siswa. Saatnya para pengambil kebijakan, para
pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa
ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka-angka. Hendaknya
institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman
pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul.
Munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa
dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang
menyebut, pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana
yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan
moralnya lemah. Banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari
mengajar tentang kebaikan,tetapi perilakunya tidak sejalan dengan ilmu yang
diajarkannya. Sejak kecil, anak-anak diajarkan menghafal tentang bagusnya sikap
jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya kecurangan. Tapi, nilai-nilai
kebaikan itu diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas dan dihafal
sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam kertas soal
ujian.
Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan
teknik-teknik
menjawabnya.
Pendidikan
karakter
memerlukan
1
1
Dan saat ini sedang ditawarkan kurikulum pendidikan terbaru berbasis karakter,
yaiut kurikulum 2013. Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan
suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai
gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum,
persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata
kelola pelaksanaan kurikulum termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran
dan kurikulum.
Penundaan pemberlakuan urikulum 2013 untuk semua sekolah menjadi isu
yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan. Untuk itu penulis berupaya
mengkaji lebih jauh topik ini secara rinci, mendalam dan ilmiah dalam sebuah
makalah berjudul Landasan atas Kebijakan Penundaan Kurikulum 2013.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran pendidikan di Indonesia ?
2. Bagaimana landasan atas kebijakan penundaan penerapan Kurikulum 2013
di semua sekolah ?
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A.
Konsep Pendidikan
Secara ontologis, sasaran obyek pendidikan adalah manusia. Karena
manusia mengandung banyak aspek dan sifatnya yang kompleks, karena sifatnya
yang kompleks itu, maka tidak ada sebuah batasan yang cukup untuk menentukan
arti pendidikan secara lengkap. batasan pendidikan yang dirumuskan para ahli
sangat beraneka ragam, dan kandungannyapun berbeda. Perbedaan tersebut
disebabkan karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan atau karena falsafah yang melandasi luasnya aspek yang dibina
oleh pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Untuk kebutuhan belajar ini diperlukan pengaruh dari luar. Pengaruh dari
luar ini oleh Imam Santoso dalam Suwito (2008), disebut dengan istilah
pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana pendidikan adalah usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai yang ada dalam masyarakat. Bagi Abduh
dalam Nizar (2008), pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dalam
prosesnya mampu mengembangkan seluruh fitrah peserta didik, terutama fitrah
akal dan agamanya. Dengan fitrah ini, peserta didik akan dapat mengembangkan
daya berpikir secara rasional. Sementara melalui fitrah agama, akan tertanam
pilar-pilar kebaikan pada diri peserta didik yang kemudian terimplikasi dalam
seluruh aktifitas hidupnya.
Adapun menurut Carter V. Good dalam Dictinary of Education bahwa
pendidikan mengandung pengertian ; Proses perkembangan kecakapan seseorang
dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial
3
3
Kurikulum
Kata kurikulum berasal dari bahasa Latin currere, yang berarti lapangan
perlombaan lari. Kurikulum juga bisa berasal dari kata curriculum yang berarti a
running course, dan dalam bahasa Prancis dikenal dengan carter berarti to run
(berlari). Dalam perkembangannya (BMPM, 2005 : 1).
Menurut J. Galen Sailor dan William M Alexander (1974 : 74), curriculum
is defined reflects volume judgments regarding the nature of education. The
definition used also influences haw curriculum will be planned and untilized.
Kurikulum merupakan nilai-nilai keadilan dalam inti pendidikan.
Istilah tersebut mempengaruhi terhadap kurikulum yang akan direncanakan dan
dimanfaatkan.
Menurut Galen, the curriculum is that of subjects and subyek matter
therein to be thought by teachers and learned by students.
Kurikulum merupakan subyek dan bahan pelajaran di mana diajarkan
oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sistematika atas dasar norma-norma yang
berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik untuk
mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3). Menurut Dakir kurikulum itu
memuat semua program yang dijalankan untuk menunjang proses pembelajaran.
Program yang dituangkan tidak terpancang dari segi administrasi saja tetapi
menyangkut keseluruhan yang digunakan untuk proses pembelajaran.
Menurut Suryobroto dalam bukunya Manajemen pendidikan di Sekolah
(2002: 13), menerangkan, bahwa kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan
yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di
dalam sekolah maupun di luar sekolah (Suryobroto, 2004 : 32). Nampaknya
Suryobroto memandang semua sarana prasarana dalam pendidikan yang berguna
untuk anak didik merupakan kurikulum.
Menurut pendapat Ali Al-Khouly kurikulum di artikan
sebagai
yaitu alat untuk mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Kurikulum dan
pendidikan adalah dua hal yang sangat erat kaitannya, tidak dapat dipisahkan satu
sama yang lain (Nurgiantoro, 1988 :2). Nurgiantoro menggaris bawahi bahwa
relasi antara pendidikan dan kurikulum adalah relasi tujuan dan isi pendidikan.
Karena ada tujuan, maka harus ada alat yang sama untuk mencapainya, dan cara
untuk menempuh adalah kurikulum.
Dari para pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat isi, bahan ajar, tujuan yang akan ditempuh sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
yakni pendidikan. Pendidikan mampu membawa bangsa ini lepas dari belenggu
penjajahan yang bertahan ratusan tahun lamanya. Sejarah pendidikan dimasa
penjajahan sangatlah buruk dalam segi kualitas dan kuantitas untuk para
penduduk pribumi. Para penjajah sangat tidak mementingkan pendidikan bagi
wilayah yang mereka jajah terutama bangsa Belanda yang telah menjajah
Indonesia 350 tahun lamanya. Akan tetapi, berkat usaha keras dari para pemuda
bangsa yang punya tekad untuk mengenyam pendidikan agar dapat membawa
perubahan bagi bangsanya melahirkan benih-benih kesadaran akan pentingnya
kemerdekaan.
Pendidikan di Indonesia memang mengalami situasi yang terus berkembang.
Hal ini dapat kita lihat melalui perkembangan kurikulum yang berlaku di
Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Dimulai dari kurikulum tahun
1968 kemudian menjadi kurikulum 1975 atau kurikulum 1984 menjadi 1994 dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Perubahan-perubahan yang dilakukan ini tidak lain
demi keberhasilan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang di dalamnya menyatakan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai,
peran guru dan manusia dewasa untuk membina anak didik yang ada disekitarnya
dengan baik.
Hingga saat ini berbagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia sangat gencar dilakukan. Mulai dari terealisasinya anggaran pendidikan
20% dari APBN negara, subsidi dana BOS dari hasil kenaikan harga BBM hingga
buku-buku gratis agar seluruh anak di Indonesia menuntaskan program
6
6
Kurikulum 2013 (K-13) dijalankan secara penuh atau serentak pada 2018.
Keputusan itu lebih cepat dari Peraturan Pemerintah 32/2013 yang menentukan
bahwa transisi dari Kurikulum 2006 ke K-13 sejatinya berjalan tujuh tahun, yakni
metode
kemanusiannya
(animal
educandum)
sehingga
manusia
lama dan orde baru seperti diktator dan indoktrinitif didalam masyarakat dalam
melaksanakan kekuasaan pemerintah perlu diganti dengan cara yang demokratis.
Sejak era reformasi sangat dirasakan adanya perubahan-perubahan pada setiap
sendi kehidupan kita samapi kedalam kehidupan pendidikan kita, sistem
pendidikan kita telah diganti dengan system pendidikan yang terdesentralisasi
sejalan dengan lahirnya UU pemerintahan otonom didaerah.
Reformasi juga terjadi pada dunia pendidikan kita, reformasi kurikulum
yang berlangsung dari kurikulum 1947 (rencana pengajaran) , kurikulum 1952
(rencana pengajaran terurai),kurikulum 1968 (untuk pembentukan etiaka),
kurikulum 1975 (Orientasi pada tujuan), kurikulum1984(berorientasi pada tujuan
instruksional), kurikulum 1994 (berorientasi pada materi isi), kurikulum 2004
(kurikulum berbasis kompetensi), kurikulum 2006 (kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) serta yang terakhir kurikulum 2013 dan reformasi pendidikan ini juga
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan bangsa kita,khususnya
mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi era globalisasi (pasar bebas).
Disamping kurikulum proses pendidikan juga ditunjang oleh faktor-faktor yang
lain seperti fasilitas sekolah (gedung-gedung sekolah yang dilengkapi dengan
srana dan prasarana lainnya) untuk masalah ini juga tidak terjadi pemerataan
karena masih terdapat yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan tempat
belajar (hanya layak sebagai kandang hewan), hal ini membutuhkan kejelian
pemerintah dalam kebijakan pemerintah khususnya masalah pendanaan agar
tersentuh sampai kedaerah-daerah pelosok.
Disamping itu juga profesionalisme guru, salah satu bentuk kebijakan
pendidikan yaitu dengan membentuk Badan Sertifikasi Nasional Pendidikan
(BSNP) apakah badan ini terdiri dari ahli-ahli pendidikan yang mempuyai
kompetensi untuk melakukan tugasnya dengan baik atau sebaliknya.Untuk
meningkatkan profesionalisme guru juga membutuhkan pendanaan oleh sebab itu
dinaikkannya dana APBN oleh pemerintah untuk pendidikan kiranya dapat
merubah mutu pendidikan kita. Dari sini menjadi bekal bahwa kurikulum 2013
harus dilaksanakan ketika semua pihak sudah benar-benar siap. Kurikulum 2013
tidak lagi terkesan kurikulum yang terburu-buru.
10
selain
berpedoman
pada
landasan-landasan
yang
ada,
11
yang
mengandung
makna
multidimensional
ini,
berarti
12
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan
B.
Saran
Perkembangan dan perubahan kurikulum mungkin sudah sering dilakukan
13
13
DAFTAR PUSTAKA
14
14