BAB 7
PELATIHAN
(Training)
Tujuan Pembelajaran :
1. Membahas bagaimana pelatihan dapat memberikan kontribusi untuk strategi
bisnis perusahaan.
2. Menjelaskan peranan dari manajer dalam mengidentifikasikan kebutuhankebutuhan pelatihan dan mendukung pelatihan pada pekerjaan.
3. Mengarahkan suatu penilaian kebutuhan.
4. Mengevaluasi kesiapan karyawan bagi pelatihan.
5. Membahas kekuatan dan kelemahan presentasi, hands on, dan metode pelatihan
kelompok.
6. Menjelaskan keunggulan potensial dari e-learning bagi pelatihan.
7. Merancang suatu sesi pelatihan untuk memaksimalkan pembelajaran.
8. Memilih rancangan evaluasi yang tepat didasarkan pada tujuan-tujuan pelatihan
dan analisa hambatan-hambatan.
9. Merancang suatu program persiapan lintas budaya.
10. Mengembangkan sebuah program bagi pengelolaan keragaman secara efektif.
Pendahuluan
Keunggulan-keunggulan pelatihan berdasarkan pengalaman Nokia (dalam studi kasus),
maka pelatihan dapat memberikan:
Meningkatkan pengetahuan karyawan dari pesaing dan budaya asing, dimana
adalah penting bagi keberhasilan dalam pasar luar negeri.
Membantu menjamin bahwa para karyawan memiliki keterampilan dasar untuk
bekerja dengan teknologi baru, seperti robot dan proses pabrikasi
terkomputerisasi.
Membantu para karyawan memahami bagaimana bekerja secara efektif berkaitan
dengan kontribusi pada kualitas produk dan pelayanan.
Menjamin budaya perusahaan yang menekankan inovasi, kreativitas, dan
pembelajaran.
Menjamin keamanan karyawan dengan memberikan cara-cara baru bagi karyawan
untuk berkontribusi bagi perusahaan ketika pekerjaan mereka berubah,
kepentingan mereka berubah, atau keterampilan mereka menjadi kadaluarsa.
Mempersiapkan para karyawan untuk menerima dan bekerja secara lebih efektif
satu sama lain, khususnya dengan kaum minoritas dan perempuan.
Dalam bab ini kita menekankan kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pelatihan dapat
membantu perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan bagaimana para manajer
Dr. Y. Harri Jalil
37
dapat berkontribusi pada suatu usaha pelatihan tingkat tinggi dan menciptakan suatu
organisasi pembelajaran.
Strategi Pelatihan Tingkat Tinggi: Sebuah Pendekatan Sistemik
Secara umum, pelatihan mengacu pada usaha terencana oleh suatu perusahaan untuk
memfasilitasi pembelajaran karyawan tentang kompetensi-kompetensi yang terkait
dengan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan,
atau perilaku yang penting bagi keberhasilan kinerja pekerjaan. Tujuan dari pelatihan
adalah agar para karyawan menguasai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
ditekankan dalam program pelatihan dan untuk dapat menerapkannya pada aktivitas
mereka sehari-hari.
Agar pelatihan dapat berguna untuk memperoleh keunggulan kompetitif, maka
perusahaan harus melihat pelatihan secara luas sebagai suatu cara untuk menciptakan
modal intelektual. Modal intelektual meliputi keterampilan dasar, keterampilan tinggi,
pemahaman dari pelanggan atau sistem pabrikasi, dan kreativitas memotivasi diri.
Banyak perusahaan telah mengadopsi pandangan yang lebih luas ini, yang dikenal
sebagai pelatihan tingkat tinggi (High-leveraga training) yaitu praktek pelatihan yang
menghubungkan pelatihan dengan tujuan bisnis strategik, memiliki dukungan manajemen
puncak, bergantung pada model rancangan instruksional, dan menyambung dengan
program-program lain dalam organisasi-organisasi lainnya.
Praktek-praktek high leverage training juga membantu menciptakan kondisi kerja yang
mendorong keberlanjutan pembelajaran (continuous learning). Continuous learning
adalah suatu sistem pembelajaran yang mensyaratkan para karyawan untuk memahami
keseluruhan proses kerja dan mengharapkan mereka untuk mendapatkan keterampilan
baru, menerapkan keterampilan baru tersebut pada pekerjaan, dan membagi apa yang
mereka telah pelajari dengan karyawan lainnya.
Kegunaan Strategik dari Manajemen SDM
Medtronic adalah contoh bagus dari perusahaan yang menggunakan high leverage
training. Medtronic bergerak dalam bidang teknologi pengobatan, memberikan solusi
hidup panjang bagi individu yang memiliki penyakit jantung kronis dan neurologik.
Medtronic memiliki 30.000 karyawan di lebih dari 120 negara. Medtronic telah
merancang tujuan pertumbuhan sebesar 15% per tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Medtronic percaya bahwa pengembangan individu adalah penting. Medtronic melibatkan
para karyawan dalam pembelajaran dan pengembangan, yang menghubungkan mereka
dengan misi perusahaan untuk memperbaiki banyak individu agar memenuhi dan hidup
secara produktif dan untuk menjamin bahwa produk-produk tersedia bagi pasien yang
membutuhkan mereka.
Pelatihan dan pengembangan terjadi hanya setelah strategi bisnis bagi pencapaian
pertumbuhan yang diidentifikasikan oleh perusahaan.
38
39
40
Langkah kedua dalam proses rancangan pelatihan adalah mengevaluasi apakah para
karyawan siap untuk belajar. Kesiapan untuk pelatihan mengacu pada apakah 1)
karyawan memiliki karakteristik pribadi (kemampuan, perilaku, keyakinan, dan motivasi)
yang penting untuk mempelajari kandungan program dan menerapkannya pada
pekerjaan, 2) lingkungan kerja akan memfasilitasi pembelajaran dan tidak mencampurnya
dengan kinerja. Sedangkan motivasi untuk belajar adalah keinginan peserta latihan untuk
mempelajari kandungan dari program pelatihan. Para manajer perlu untuk menjamin
bahwa motivasi karyawan untuk belajar adalah setinggi mungkin. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara:
a. Kemauan Diri (Self Efficacy), yaitu keyakinan karyawan bahwa mereka
mempelajari kandungan program pelatihan dengan sukses. Para manajer dapat
meningkatkan tingkat kemauan diri karyawan dengan:
Membiarkan karyawan mengetahui maksud dari pelatihan yaitu berusaha untuk
meningkatkan kinerja bukannya mengidentifikasi pada bagian mana kekurangan
dari karyawan.
Memberikan sebanyak mungkin informasi tentang program pelatihan dan maksud
dari pelatihan sebelum pelatihan yang sesungguhnya.
Memperlihatkan pada karyawan keberhasilan pelatihan dari teman sejawat
mereka yang sekarang berada pada posisi yang sama.
Memberikan karyawan dengan umpan balik bahwa pembelajaran adalah dibawah
kendali mereka dan mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk
mengatasi setiap kesulitan-kesulitan pembelajaran yang mereka alami dalam
program tersebut.
b. Memahami Keuntungan atau Konsekuensi dari Pelatihan
Motivasi karyawan untuk belajar dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan
pada mereka pekerjaan potensial yang terkait, pribadi, dan keuntungan karir yang
mungkin mereka terima sebagai hasil dari mengikuti program pelatihan.
Keuntungan-keuntungan tersebut mungkin saja meliputi cara pembelajaran yang
lebih efisien untuk melakukan proses atau prosedur, membangun kontak dengan
karyawan-karyawan lainnya dalam perusahaan, atau meningkatkan peluang untuk
mengejar langkah-langkah karir yang berbeda.
c. Kesadaran akan Kebutuhan Pelatihan, Kepentingan Karir, dan Tujuan
Agar termotivasi untuk belajar dalam program-program pelatihan, para karyawan
harus menyadari kekuatan dan kelemahan keterampilan mereka, dan hubungan
antara program pelatihan dan perbaikan dari kelemahan mereka. Para manajer
harus menyakinkan bahwa karyawan memahami mengapa mereka diminta untuk
mengikuti program pelatihan, dan mereka harus mengkomunikasikan hubungan
antara pelatihan dan perbaikan dari kelemahan keterampilan mereka atau
ketidakefisienan pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai informasi
penilaian kinerja dengan para karyawan, mengadakan diskusi-diskusi
pengembangan karir, atau membiarkan para karyawan melakukan evaluasi diri
atas kekuatan dan kelemahan keterampilan mereka serta kepentingan dan tujuan
karir.
Dr. Y. Harri Jalil
41
Pembelajaran secara permanen akan merubah perilaku. Ahli psikologi pendidikan dan
industri serta ahli rancangan instruksional telah mengidentifikasikan beberapa kondisikondisi dimana para karyawan belajar yang terbaik, kondisi tersebut antara lain:
Para karyawan perlu untuk mengetahui mengapa mereka harus belajar.
Para karyawan membutuhkan peluang untuk praktek.
Para karyawan memerlukan umpan balik.
42
43
a.Metode presentasi yaitu metode dimana para peserta merupakan penerima pasif
dari informasi. Metode ini terdiri dari 1) instruktur mengarahkan instruksi di
ruang kelas, dan 2) teknik-teknik audiovisual seperti overhead, slide, dan video.
b. Metode hands on, yaitu metode yang secara efektif melibatkan peserta dalam
pembelajaran.
c.On the Job Training (OJT) mengacu pada karyawan baru atau yang belum
berpengalaman belajar melalui pengamatan pada teman sejawat atau para
manajer yang sedang melakukan pekerjaan dan berusaha untuk meniru perilaku
mereka. Jenis-jenis OJT ini antara lain:
Self directed training, yaitu suatu program dimana para karyawan mengambil
tanggung jawab bagi seluruh aspek pembelajaran.
Apprenticeship (magang) yaitu suatu metode pelatihan kajian kerja dengan berada
dalam pekerjaan dan pelatihan di ruang kelas.
Simulasi adalah metode pelatihan yang merepresentasikan situasi nyata, yang
memudahkan peserta untuk melihat hasil-hasil dari keputusan-keputusan mereka
dalam lingkungan yang artifisial.
Realitas virtual, merupakan teknologi berbasis komputer yang memberikan para
peserta dengan tiga pengalaman pembelajaran dimensional. Peserta melaksanakan
pelatihan di lingkungan simulasi yang memberikan respon pada perilaku dan
reaksi mereka.
Game bisnis dan studi kasus, merupakan situasi dimana para peserta harus
mengumpulkan informasi, menganalisanya, dan membuat keputusan yang
ditujukan bagi pengembangan keterampilan manajemen.
Behavior modeling. Pada setiap sesi pelatihan, khususnya empat jam terakhir,
memfokuskan pada keterampilan interpersonal individu, seperti sebagai pelatih
atau mengkomunikasikan ide.
Video interaktif. Mengkombinasikan keunggulan video dan instruksi berbasis
komputer.
E-learning, merupakan instruksi dan pengiriman pelatihan melalui komputer
dengan internet atau intranet perusahaan.
Blenden learning. Mengkombinasikan pembelajaran on line, tatap muka, dan
metode lainnya untuk mendistribusikan isi dan instruksi pembelajaran.
Portal pembelajaran. Merupakan pusat pembelajaran dengan web site atau on line.
Adventure learning. Pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan
teamwork dan keterampilan kepemimpinan dengan menggunakan kegiatan
lapangan yang terstruktur.
Team training. Mengkoordinasikan kinerja individual yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama.
Action learning. Merupakan teamwork pada masalah bisnis aktual, berkomitmen
pada rencana aksi, dan bertanggung jawab bagi pelaksanaan rencana.
Six Sigma training. Merupakan tindakan program pelatihan yang memberikan
karyawan dengan kerusakan penurunan alat untuk memotong biaya; dan
menjamin para karyawan sebagai green belts, pemenang, atau black belts.
44
45
46
47