Laporan Kasus
Laporan Kasus
GIZI
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh:
Amalia Firdaus (102011101014)
Pembimbing:
dr.Andy Maulana
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
digunakan
untuk
yang
ketidaktahuan.
tidak
memenuhi
kebutuhan
gizi
balita
karena
Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang
sering muncul adalah
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur
anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan
penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks
BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan
setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang
menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan
sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan
dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO
bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah
tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius
dan berhubungan
Indeks yang
Batas
dipakai
BB/U
Pengelompokan
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD
> +2 SD
2
TB/U
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD
> +2 SD
3
BB/TB
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD
> +2 SD
Sumber : Depkes RI 2004.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan
dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation
score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang
populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil,
sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under
nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen
terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri
(BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
No
Interpretasi
BB/U
TB/U
BB/TB
Rendah
Rendah
Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah
Tinggi
Rendah Sekarang kurang ++
Rendah
Normal
Rendah Sekarang kurang +
2
Normal
Normal
Normal Normal
Normal
Tinggi
Rendah Sekarang kurang
Normal
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, dulu kurang
3
Tinggi
Tinggi
Normal Tinggi, normal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi
Z-score
= (NIS-NMBR)
/ NSBR
Status gizi berdasarkan
rujukan
WHO-NCHS
dan kesepakatan Cipanas
2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas
serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti
yang terlihat pada tabel 2.
Definisi Operasional Status Gizi
Sebenarnya untuk mendefinisikan operasional status gizi ini dapat dilakukan di
klinik kesehatan swasta maupun pemerintah yang menyediakan
pengukuran
status gizi, namun demikian yang perlu diketahui masyarakat adalah pengertian
dan pemahaman dari status gizi anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi
hasilnya dapat segera diketahui termasuk upaya-upaya mempertahankan status
gizi yang baik.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan
makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan
dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U
dan BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :
1.
dengan syarat-syarat
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar
penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise)
2.
Untuk BB/U
a.
Gizi Kurang
b.
Gizi Baik
Bila SSB
Gizi Lebih
a.
Pendek
b.
Normal
Bila SSB
Tinggi
a.
Kurus
b.
Normal
Bila SSB
Gemuk
-2 s/d +2
SD
c.
2.
TB/U
-2 s/d +2
SD
c.
3.
BB/TB
-2 s/d +2
SD
c.
dengan
menggunakan Indeks BB/TB maupun TB/U. Hal ini sering sekali salah
diinterpretasikan. TB/U (Baca : Tinggi Badan menurut Umur) hanya untuk
melihat Tinggi atau Pendek ataupun Normal, bukan gizi kurangnya ataupun
buruknya. sedangnkan BB/TB (Baca : Berat Badan menurut Tinggi Badan) untuk
melihat gemuk atau kurus ataupun normal.
1.6 Status Gizi dan Kartu Menuju Sehat
Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS belum tentu adalah Gizi
Buruk, karena
1. KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan
balita naik,turun dan BGM, yang dilakaukan tiap bulannya. Sementara
Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status
gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, yang dilakukan
sekali setahun. Walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan
menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel
antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan
Gizi buruk.
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi
bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak
yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah
garis merah pada KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan
pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan
Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan.
1.5 Komplikasi Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun Negara, di
samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena
kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan
mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis
besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai
disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah
yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh.
Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik
akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam
jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan
performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun
terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung
dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri.
Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana
anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih
kembali). Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak
adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang
berkualitas di kemudian hari.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang
adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi
berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya
manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan
baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan
menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa
: An. P
Umur
: 23 bulan 5 hari
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku
: Madura
Agama
: Islam
: Tn. A
Umur
: 27 tahun
Alamat
Suku
: Madura
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang
Identitas Ibu
III.
Nama Ibu
: Ny. T
Umur
: 25 tahun
Alamat
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang
ANAMNESIS
Anamnesis
Anak perempuan berusia 23 bulan 5 hari,
Keluhan Utama : BAB cair, berat badan tidak naik
Keluhan Tambahan : sering sakit-sakitan, batuk, panas, susah makan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Anak dikeluhkan BAB cair sejak 2 hari yang lalu, dalam sehari anak dapat
BAB sekitar 5x/hari. BAB cair, lendir-, darah( -). Muntah (-) tidak berbau
amis/busuk. Tiap kali BAB sebanyak 1/2 -3/4 gelas air mineral. Pasien tidak
mual, tidak muntah. Namun pasien terkadang rewel. Saat menangis, pasien
masih mengeluarkan air mata, tangisan normal. Ibu pasien juga mengatakan
mata pasien nampak lebih cekung dari saat sebelum sakit.
Sejak anak berusia 7 bulan berat badan anak tidak ada peningkatan yang
berarti, orang tua sering di bawa ke posyandu di dekat rumahnya, selama
periksa keposyandu orang tua pasien tidak pernah di rujuk ke puskesmas
padahal berat badannya bila dilihat dari KMS berada pada garis sejak bulan
Juni 2014 , sejak usia 7 bulan anak sering menderita penyakit seperti batuk,
dan panas, hampir setiap bulan, bahkan pasien pernah demam tinggi dan
kejang selama kurang lebih 1 menit. Selain itu ibu pasien juga menyatakan
selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan atau nafsu
makan kurang, anak tidak mau minum susu dan tidak mau menghabiskan
makanan/nasi yang diberikan, anak lebih menyukai minum minuman ringan
dan snack. Orang tua pasien jarang memeriksakann anaknya ke puskesmas
untuk mendapatkan pengobatan jika anak sakit.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit batuk lama disangkal, riwayat kejang demam diakui
Silsilah Keluarga
Riwayat Pribadi
a) Riwayat Kehamilan: : Pasien merupakan anak pertama dari Ny. T. Pada
saat hamil ibu berusia 22 tahun. Tidak ada riwayat keguguran sebelumnya
(G1P0A0). Usia kehamilan hingga 9 bulan. Ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilannya sebulan sekali ke bidan dan posyandu sejak usia kehamilan
3 minggu. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami tekanan
darah tinggi, tidak kejang, tidak muntah berlebih, tidak demam, tidak
pernah mengalami pendarahan melalui jalan lahir. Kuantitas dan kualitas
makanan yang dikonsumsi baik, makan 3-4 kali sehari, seporsi lengkap
dengan nasi, lauk dan sayur.
Polio
BCG
DPT
Campak
0 - 3 bulan
: ASI.
3 - 6 bulan
: Susu formula
Menu keluarga berupa nasi + lauk lengkap 1-2x/hari, namun pasien lebih
sering makan snack.
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan kurang baik
Riwayat Tumbuh Kembang
a) Riwayat Pertumbuhan : Menurut ibu pasien, berat badan anaknya naikturun sekitar 1 minggu pertama setelah kelahiran, namun masih dalam
batas normal. Kemudian seiring dengan bertambahnya usia, berat badan
dan tinggi badan pasien meningkat sesuai dengan berat badan dan tinggi
badan anak seusianya. Ibu pasien mengaku berat badan anak sulit naik
semenjak anak mengalami kejang demam ketika usia 7 bulan. KMS
pernah melewati garis merah.
b) Riwayat Perkembangan :
Motorik Kasar
Mengangkat kepala
Tengkurap/telentang sendiri
Duduk tanpa dibantu
Berdiri tanpa dibantu
Mulai berjalan
Berjalan dengan dibantu
: 3 bulan
: 5 bulan
: 8 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan
: 12- sekarang
Motorik Halus
Mata mengikuti gerakan objek: 3 bulan
Meraih benda di depannya : 4 bulan
Menaruh benda di mulut
: 5 bulan
Merangkak meraih benda
: 6 bulan
Menunjuk mata dan hidung : 20 bulan
Bahasa
Mengoceh spontan
Tertawa dan menjerit saat diajak bermain
Berkata-kata tanpa arti
Menirukan suara
Memahami perintah sederhana
Mengucapkan kata
Sosial Kemandirian
: 3 bulan
: 4 bulan
: 6 bulan
: 8 bulan
: 11 bulan
: 16 bulan -sekarang
: 6 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan-sekarang
: 3 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
:
Kualitatif
: Cukup
: Kompos mentis
Kuantitatif
: PCS 4-5-6
3. Tanda-Tanda Vital
:
Frekuensi Nadi
angkat
Frekuensi Pernapasan : 32 x/menit, reguler, tipe thorakal
Suhu
: 36,3 0C suhu aksila
Waktu pengisian kapiler
: < 2 detik
4. Status Gizi :
Umur
: 23 bulan 5 hari
BB Sekarang : 8 kg
PB sekarang : 74,5 cm
BB Ideal CDC : 12,4 kg
Status gizi
:64,5%, Z-SCORE -3SD ( kurang / KEP sedang)
-Sangat pendek,
Pemeriksaan Khusus
a) Kepala
Bentuk
Rambut
: Normocephal
: Lurus warna hitam kemerahan, tipis dan jarang,
b) Thorax
Bentuk normal, simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, tidak terdapat
retraksi.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan.
Auskultasi
Paru-Paru
Depan
Belakang
Kanan
Kiri
Palp : Sonor
Palp : Sonor
Palp : Sonor
Palp : Sonor
c) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
pembesaran hati, tidak ada pembesaran lien, tidak ada tanda ascites
d) Anggota gerak
o Atas
: akral hangat +/+, edema -/o Bawah
: akral hangat +/+, edema -/-
Anus
Kelamin
kelainan
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATALAKSANA
pengaturan diet
o Bangun tidur
o Makan siang
o Makan malam
o Makan pagi
o Selingan sore
o Sebelum tidur
o Selingan pagi
- Pemberian medika mentosa :
- Rencana Terapi :
Pemberian Probiotik
Edukasi :
1 . Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang tua
2. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita
3. Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita
4. Pendanaan gizi keluarga.
5. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi pada balita.
6. Komplikasi gizi kurang pada anak
7. Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan anak
menderita kurang gizi
8. Pentingnya pola hidup bersih dan sehat
9. Cuci tangan dengan sabun
10. Penyediaan air minum yang bersih
11.. Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit
12. Rajin atau rutin ke posyandu
Saran:
Meningkatkan ketrampilan para tenaga kesehatan, penargetan sumber daya
yang lebih baik, dan memperkuat pengetahuan dasar tentang berperilaku
sederhana seperti pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama setelah
bayi baru lahir, pemberian pengetahuan kepada orang tua terhadap pentingnya
pemberian makanan bergizi pada anak dan pola hidup bersih sehat.