Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

GIZI
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh:
Amalia Firdaus (102011101014)

Pembimbing:
dr.Andy Maulana

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PKM SUKOWONO FAKULTAS KEDOKTERAN UNEJ
2015
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi


secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme

dan

pengeluaran

zat-zat

yang

tidak

digunakan

untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,


serta menghasilkan energi.
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan; kecuali
bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi
bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam
proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan
salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu,
ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun

berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan


seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buahbuahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan
untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
1.2 Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan yang
adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang
bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi
yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat
identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan
negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara
kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau
akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik
dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi
persentasi anak yang kekurangan gizi.
2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah
terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak
tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik
jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi.
MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein,
tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta
vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan
sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan
seadanya

yang

ketidaktahuan.

tidak

memenuhi

kebutuhan

gizi

balita

karena

3. Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari


mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya
sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani
miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada
timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih
sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI,
manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata
anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada
kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk
ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk
mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat
menyebabkan anak menderita gizi buruk.
Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang
tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya
kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan
padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan
anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini menghilangkan kesempatan anak
untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak
menjadi sering sakit (frequent infection)
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara
terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran
akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas
penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC)
masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran
setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling
memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

(Penyebab Kurang Gizi Menurut Unicef, 1998)


1.2 Penilaian Status Gizi Anak
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang
sering muncul adalah

adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang

mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur
anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12

bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan
penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b.

Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks
BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan

berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam

penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling


banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
c.

Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan
setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang
menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan

adalah salah satu parameter penting

untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan


dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan
indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan
komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan
sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan
dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO
bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah
tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius

dan berhubungan

langsung dengan angka kesakitan.


Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS
N
o
1

Indeks yang

Batas

dipakai
BB/U

Pengelompokan
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD
> +2 SD
2
TB/U
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD
> +2 SD
3
BB/TB
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
- 2 s/d +2 SD
> +2 SD
Sumber : Depkes RI 2004.

Sebutan Status Gizi


Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan
dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation
score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang
populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil,
sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under
nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen
terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri
(BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
No

Indeks yang digunakan

Interpretasi

BB/U

TB/U

BB/TB

Rendah
Rendah
Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah
Tinggi
Rendah Sekarang kurang ++
Rendah
Normal
Rendah Sekarang kurang +
2
Normal
Normal
Normal Normal
Normal
Tinggi
Rendah Sekarang kurang
Normal
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, dulu kurang
3
Tinggi
Tinggi
Normal Tinggi, normal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi

: > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.


Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku
Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan
Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Z-score
= (NIS-NMBR)
/ NSBR
Status gizi berdasarkan
rujukan
WHO-NCHS
dan kesepakatan Cipanas
2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas
serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti
yang terlihat pada tabel 2.
Definisi Operasional Status Gizi
Sebenarnya untuk mendefinisikan operasional status gizi ini dapat dilakukan di
klinik kesehatan swasta maupun pemerintah yang menyediakan

pengukuran

status gizi, namun demikian yang perlu diketahui masyarakat adalah pengertian
dan pemahaman dari status gizi anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi
hasilnya dapat segera diketahui termasuk upaya-upaya mempertahankan status
gizi yang baik.

Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan
makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan
dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U
dan BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :
1.

Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan


(TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai

dengan syarat-syarat

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar
penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise)
2.

Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB


dan Pengukuran TB,

kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang

diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan


ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan.
1.

Untuk BB/U
a.

Gizi Kurang

Bila SSB < - 2 SD

b.

Gizi Baik

Bila SSB

Gizi Lebih

Bila SSB > +2 SD

a.

Pendek

Bila SSB < -2 SD

b.

Normal

Bila SSB

Tinggi

Bila SBB > +2 SD

a.

Kurus

Bila SSB < -2 SD

b.

Normal

Bila SSB

Gemuk

Bila SSB > +2 SD

-2 s/d +2

SD
c.
2.

TB/U
-2 s/d +2

SD
c.
3.

BB/TB
-2 s/d +2

SD
c.

1.4 Status Gizi berdasarkan Penilaian Tabel Antropometri


Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama
untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka
yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI
2008). Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan,
bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut
dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks. Oleh karenanya
hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment Keadaan Gizi Induvidu
ataupun juga penentuan status gizi masyarakat tentunya dengan menggunakan
tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk assesment status gizi induvidu dengan
indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan
gizi buruk (perbedaannya dengan KMS yang hanya untuk melihat NaikTurun/Tetap dan BGM). Sementara untuk assesment keadaan gizi masyarakat
dapat menentukan prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.
Perlu diingat pula Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U (Baca :
Berat Badan menurut Umur) dipakai untuk melihat status Gizi Lebih, Baik,
Kurang dan Buruk, tidaklah sama dengan Kategori Status Gizi

dengan

menggunakan Indeks BB/TB maupun TB/U. Hal ini sering sekali salah
diinterpretasikan. TB/U (Baca : Tinggi Badan menurut Umur) hanya untuk
melihat Tinggi atau Pendek ataupun Normal, bukan gizi kurangnya ataupun
buruknya. sedangnkan BB/TB (Baca : Berat Badan menurut Tinggi Badan) untuk
melihat gemuk atau kurus ataupun normal.
1.6 Status Gizi dan Kartu Menuju Sehat
Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS belum tentu adalah Gizi
Buruk, karena
1. KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan
balita naik,turun dan BGM, yang dilakaukan tiap bulannya. Sementara

Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status
gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, yang dilakukan
sekali setahun. Walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan
menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel
antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan
Gizi buruk.
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi
bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak
yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah
garis merah pada KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan
pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan
Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan.
1.5 Komplikasi Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun Negara, di
samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena
kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan
mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis
besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai
disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah
yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh.

Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik
akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam
jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan
performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun
terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung
dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri.
Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana
anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih
kembali). Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak
adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang
berkualitas di kemudian hari.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang
adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi
berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya
manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan
baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan
menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa

BAB II. STATUS PASIEN


I.

2.1 Identitas Pasien IDENTITAS PASIEN


Nama

: An. P

Umur

: 23 bulan 5 hari

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Sbr.Gayam,1/6 Balet Baru, Jember

Suku

: Madura

Agama

: Islam

Tanggal Pemeriksaan : 30 April 2015


II.

IDENTITAS ORANGTUA PASIEN


Identitas Ayah
Nama Ayah

: Tn. A

Umur

: 27 tahun

Alamat

: Sbr.Gayam,1/6 Balet Baru, Jember

Suku

: Madura

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Identitas Ibu

III.

Nama Ibu

: Ny. T

Umur

: 25 tahun

Alamat

: Sbr.Gayam,1/6 Balet Baru , Jember

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

ANAMNESIS
Anamnesis
Anak perempuan berusia 23 bulan 5 hari,
Keluhan Utama : BAB cair, berat badan tidak naik
Keluhan Tambahan : sering sakit-sakitan, batuk, panas, susah makan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Anak dikeluhkan BAB cair sejak 2 hari yang lalu, dalam sehari anak dapat
BAB sekitar 5x/hari. BAB cair, lendir-, darah( -). Muntah (-) tidak berbau
amis/busuk. Tiap kali BAB sebanyak 1/2 -3/4 gelas air mineral. Pasien tidak

mual, tidak muntah. Namun pasien terkadang rewel. Saat menangis, pasien
masih mengeluarkan air mata, tangisan normal. Ibu pasien juga mengatakan
mata pasien nampak lebih cekung dari saat sebelum sakit.
Sejak anak berusia 7 bulan berat badan anak tidak ada peningkatan yang
berarti, orang tua sering di bawa ke posyandu di dekat rumahnya, selama
periksa keposyandu orang tua pasien tidak pernah di rujuk ke puskesmas
padahal berat badannya bila dilihat dari KMS berada pada garis sejak bulan
Juni 2014 , sejak usia 7 bulan anak sering menderita penyakit seperti batuk,
dan panas, hampir setiap bulan, bahkan pasien pernah demam tinggi dan
kejang selama kurang lebih 1 menit. Selain itu ibu pasien juga menyatakan
selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan atau nafsu
makan kurang, anak tidak mau minum susu dan tidak mau menghabiskan
makanan/nasi yang diberikan, anak lebih menyukai minum minuman ringan
dan snack. Orang tua pasien jarang memeriksakann anaknya ke puskesmas
untuk mendapatkan pengobatan jika anak sakit.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit batuk lama disangkal, riwayat kejang demam diakui

a) Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat demam berdarah (-)
Riwayat demam thypoid (-)
Riwayat hepatitis (-)
Riwayat malaria (-)

Silsilah Keluarga

Riwayat Pribadi
a) Riwayat Kehamilan: : Pasien merupakan anak pertama dari Ny. T. Pada
saat hamil ibu berusia 22 tahun. Tidak ada riwayat keguguran sebelumnya
(G1P0A0). Usia kehamilan hingga 9 bulan. Ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilannya sebulan sekali ke bidan dan posyandu sejak usia kehamilan
3 minggu. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami tekanan
darah tinggi, tidak kejang, tidak muntah berlebih, tidak demam, tidak
pernah mengalami pendarahan melalui jalan lahir. Kuantitas dan kualitas
makanan yang dikonsumsi baik, makan 3-4 kali sehari, seporsi lengkap
dengan nasi, lauk dan sayur.

b) Riwayat Persalinan : Anak lahir dari ibu G1P0A0 secara spontan


ditolong bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir kepala dulu, air
ketubannya jernih, bayi langsung menangis kuat, berat badan 2700 gram,
panjang badan lahir 50 cm, tidak terdapat trauma saat kelahiran, tidak
cacat dan perawatan tali pusat dilakukan baik oleh bidan.
c) Riwayat Pasca Persalinan : Tali pusat dirawat dengan baik oleh bidan.
ASI ibu kurang lancar dan karena ibu harus bersekolah kembali, ibu tidak
memberikan ASI mulai usia 3 bulan, tidak terjadi pendarahan pada tali
pusat, dan bayi tidak kuning, anak pernah demam dan kejang pada usia 7
bulan. Ibu rutin membawa pasien ke posyandu.
Kesan : Riwayat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan kurang baik.
Riwayat Imunisasi
a) Imunisasi PPI : Di berikan di Posyandu
Hepatitis B

Polio

BCG

DPT

Campak

Kesan: Imunisasi baik sesuai PPI


Riwayat Makan Minum

0 - 3 bulan

: ASI.

Pasien minum ASI + susu formula, setiap 3 jam sekali

3 - 6 bulan

: Susu formula

6 12 bulan : bubur tim tanpa susu formula


anak tidak mau minum susu formula dan hanya minum air putih, namun
sudah mau menghabiskan bubur tim

12 bln sekarang: Menu keluarga

Menu keluarga berupa nasi + lauk lengkap 1-2x/hari, namun pasien lebih
sering makan snack.
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan kurang baik
Riwayat Tumbuh Kembang
a) Riwayat Pertumbuhan : Menurut ibu pasien, berat badan anaknya naikturun sekitar 1 minggu pertama setelah kelahiran, namun masih dalam
batas normal. Kemudian seiring dengan bertambahnya usia, berat badan
dan tinggi badan pasien meningkat sesuai dengan berat badan dan tinggi
badan anak seusianya. Ibu pasien mengaku berat badan anak sulit naik
semenjak anak mengalami kejang demam ketika usia 7 bulan. KMS
pernah melewati garis merah.
b) Riwayat Perkembangan :
Motorik Kasar
Mengangkat kepala
Tengkurap/telentang sendiri
Duduk tanpa dibantu
Berdiri tanpa dibantu
Mulai berjalan
Berjalan dengan dibantu

: 3 bulan
: 5 bulan
: 8 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan
: 12- sekarang

Motorik Halus
Mata mengikuti gerakan objek: 3 bulan
Meraih benda di depannya : 4 bulan
Menaruh benda di mulut
: 5 bulan
Merangkak meraih benda
: 6 bulan
Menunjuk mata dan hidung : 20 bulan
Bahasa
Mengoceh spontan
Tertawa dan menjerit saat diajak bermain
Berkata-kata tanpa arti
Menirukan suara
Memahami perintah sederhana
Mengucapkan kata
Sosial Kemandirian

: 3 bulan
: 4 bulan
: 6 bulan
: 8 bulan
: 11 bulan
: 16 bulan -sekarang

Mengenal wajah ibunya

Mengenal wajah anggota keluarga

: 6 bulan

Berpartisipasi saat diajak bermain

: 11 bulan

Bermain dengan teman

: 12 bulan-sekarang

: 3 bulan

Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


a) Sosial Ekonomi :
Ayah dan ibu bekerja sebagai pedagang. Penghasilan sebulan Rp.
2.000.000 untuk menghidupi 1 orang anak.
b) Lingkungan :
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya. Ukuran rumah 15m x 10m x
5m, terdiri dari 2 kamar tidur dengan ukuran 4m x 4m. Memiliki 6 buah
jendela tanpa dipasang kelambu, dinding permanen dari tembok, lantai
semen, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan baik, sumber air minum
dari sumur tetapi dimasak dulu sebelum diminum, memiliki kamar
mandi/WC di rumah, bak mandi dibersihkan/dikuras setiap 1 bulan sekali,
memiliki dapur di dalam rumah dan menggunakan bahan bakar kompor
gas. Rumah berdekatan dengan sawah dan tidak berdekatan dengan pabrik
serta sungai, tidak dekat dengan peternakan. Orangtua tidak memelihara
binatang dan bila hujan halaman rumah sering tergenang air. Di Sebelah
rumah anak terdapat pedagang snack dan jus milik nenek, anak sering
diberi snack jika anak tidak mau makan. Anak tidak rutin dibawa ke
posyandu dikarenakan sering dibawa ke rumah neneknya di Banyuwangi.
Ibu jarang memeriksakan anak jika anak sakit. Lingkungan tempat tinggal
pasien termasuk lingkungan kelas ekonomi menengah dan berpendidikan
cukup.
Kesan: Riwayat sosial, ekonomi baik dan Riwayat lingkungan tidak baik.
IV.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
:
Kualitatif

: Cukup
: Kompos mentis

Kuantitatif
: PCS 4-5-6
3. Tanda-Tanda Vital
:
Frekuensi Nadi

: 114 x/menit, reguler, kuat

angkat
Frekuensi Pernapasan : 32 x/menit, reguler, tipe thorakal
Suhu
: 36,3 0C suhu aksila
Waktu pengisian kapiler
: < 2 detik
4. Status Gizi :
Umur
: 23 bulan 5 hari
BB Sekarang : 8 kg
PB sekarang : 74,5 cm
BB Ideal CDC : 12,4 kg
Status gizi
:64,5%, Z-SCORE -3SD ( kurang / KEP sedang)
-Sangat pendek,

Pemeriksaan Khusus
a) Kepala

Bentuk
Rambut

tidak mudah dicabut


Mata
: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, tidak ada

edema palpebra, reflek cahaya +/+, mata tidak cowong


Hidung
: Sekret +/+, darah -/-, mukosa hiperemis
Telinga
: Sekret -/-, darah -/Mulut
: Sianosis (-), perdarahan gusi (-), mukosa tidak

edema, bibir tidak kering,


Faring
: hiperemi (+), pseudomembran (-)
Tonsil
: Tidak hiperemi, tidak tampak pembesaran
Leher
: Bentuk simetris, pembesaran KGB (-)

: Normocephal
: Lurus warna hitam kemerahan, tipis dan jarang,

b) Thorax
Bentuk normal, simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, tidak terdapat
retraksi.
Jantung

Inspeksi

: Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

: Redup
Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan.

Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal


kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri.

Auskultasi

: S1S2 tunggal reguler, tidak ada suara tambahan.

Paru-Paru
Depan

Belakang

Kanan

Kiri

Insp : Simetris, Retraksi (-)

Insp : Simetris, Retraksi (-)

Perk : Fremitus raba (+), dBN

Perk : Fremitus raba (+), dBN

Palp : Sonor

Palp : Sonor

Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

Insp : Simetris, Retraksi (-)

Insp : Simetris, Retraksi (-)

Perk : Fremitus raba (+), dBN

Perk : Fremitus raba (+), dBN

Palp : Sonor

Palp : Sonor

Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

c) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: permukaan dinding perut cembung


: bising usus positif normal (10x/menit)
: timpani
:soepel, turgor kulit cepat kembali, tidak terdapat

pembesaran hati, tidak ada pembesaran lien, tidak ada tanda ascites
d) Anggota gerak
o Atas
: akral hangat +/+, edema -/o Bawah
: akral hangat +/+, edema -/-

e) Anus dan Kelamin

Anus

: dalam batas normal, tidak ada kelainan

Kelamin

: jenis kelamin perempuan

, dalam batas normal, tidak ada

kelainan
V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan (di Usulkan periksa Ro Thoraks, dan test mantoux


Usul pemeriksaan penunjang
Darah rutin (untuk mengetahui Hb), LED, Diff Tell (eosinofil reaksi alergi)

VII . DIAGNOSIS KERJA


Gizi kurang
VIII.

TATALAKSANA

pengaturan diet

Pengaturan waktu pemberian makan balita

o Bangun tidur
o Makan siang
o Makan malam
o Makan pagi

o Selingan sore
o Sebelum tidur
o Selingan pagi
- Pemberian medika mentosa :

- Rencana Terapi :

Pemberian Oralit 3 jam pertama (75ccx8=600cc) evaluasi

Tablet Zinc 20mg/hari sampai 10 hari

Lanjutkan Pemberian Makanan (bubur susu)

Pemberian Probiotik

Edukasi :
1 . Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang tua
2. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita
3. Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita
4. Pendanaan gizi keluarga.
5. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi pada balita.
6. Komplikasi gizi kurang pada anak
7. Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan anak
menderita kurang gizi
8. Pentingnya pola hidup bersih dan sehat
9. Cuci tangan dengan sabun
10. Penyediaan air minum yang bersih
11.. Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit
12. Rajin atau rutin ke posyandu
Saran:
Meningkatkan ketrampilan para tenaga kesehatan, penargetan sumber daya
yang lebih baik, dan memperkuat pengetahuan dasar tentang berperilaku
sederhana seperti pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama setelah
bayi baru lahir, pemberian pengetahuan kepada orang tua terhadap pentingnya
pemberian makanan bergizi pada anak dan pola hidup bersih sehat.

Anda mungkin juga menyukai