ANGIN
ANGIN
Disampaikan oleh:
Ir. Sahat Pakpahan, MM, IPM, APU
Orasi Ilmiah
Pengukuhan Ahli Peneliti Utama
Bidang Instrumentasi dan Pengolahan Data
Jakarta, 10 Nopember 2003
BIODATA
Sahat Pakpahan, lahir di Batujagar
Tapanuli Utara pada tanggal 15 Agustus
1945 sebagai anak ke-enam dari delapan
bersaudara dan anak paling bungsu dari 3
bersaudara laki-laki.
L
Pendidikan sekolah dasar (SD : 1951-1957)
dan menengah pertama (SMP: 1957-1960) diperoleh di Dolok Sanggul
Tapanuli Utara sedangkan sekolah lanjutan atas di SMA Teladan
Negeri Medan (1960-1963). Tahun 1963-1965 di ITB Jurusan Fisika,
1965-1973 di ITB Jurusan Fisika Teknik. Lulus Sarjana (SI) pada
bulan Maret 1973 dan sejak sarjana muda sampai tingkat akhir aktif
sebagai asisten dosen di Lab Fisika maupun di Jurusan Fisika Teknik.
Dari tahun 1973-1974 bekerja di perusahaan swasta yang bergerak
dalam trading peralatan teknik dan dari 1974-1978 dalam bidang jasa
instrumentasi dan kontrol untuk pengeboran minyak di ladang-ladang
Pertamina dengan sistem akuisisi data berbasis komputer dan juga
instrumentasi industri.
Pada tahun 1978 bekerja di LAP AN diawali dari Proyek Bangson
(Pengembangan Personil) dan aktif sebagai instruktur D1KLAT bagi
karyawan LAP AN untuk bidang elektronika dan komputer; dan sejak
1980 sampai sekarang dalam bidang energi angin. Jabatan dan tugas
yang pernah diduduki adalah Kepala Bidang Energi dan Spin-off
(1988-1989), Kepala Bidang Teknologi Dirgantara Terapan (19891993) dan Pemimpin Proyek Energi Angin (1988-1992), anggota P2JP
LAP AN (1988-1993), anggota Komisi Pakar (2001 sampai sekarang),
Kordinator Pokja Pakar Kedeputian Teknologi Dirgaantara (2001-
Yang terhormat,
Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau yang
mewakili
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAP AN)
Sekretaris Utama dan Para Deputi Kepala LAPAN
Para Kepala Pusat, Kepala Biro dan Inspektorat LAPAN
Rekan-rekan Pejabat Fungsional dan Karyawan LAPAN
Keluarga, kerabat dan hadirin, dan para undangan yang saya
hormati,
Salain Sejahtera bagi kita scniua,
Pada hari yang baik ini marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan Pengasih atas segala kemurahannya yang
memberikan waktu dan kesempatan bagi kita untuk mengikuti upacara
pengukuhan kami sebagai Ahli Peneliti Utama dalam bidang
Instrumentasi dan Pengolahan Data pada hari ini; dan untuk itu pula
saya mengucapkan terimakasih kepada para hadirin yang telah
meluangkan waktu menghadiri acara pengukuhan ini.
Para hadirin yang saya hormati,
Selama 25 tahun mengabdi sebagai pegawai negeri (PNS) di LAPAN
setelah sebelumnya bekerja selama 5 tahun di swasta, sebagian besar
waktu saya telah terpaut dalam bidang yang sama yakni masalahmasalah yang terkait dengan energi terbarukan (ET) khususnya energi
angin bersama-sama dengan rekan-rekan saya yang juga melakukan
hal yang sama. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa aspek
2.
10
yang dapat dikonversi menjadi energi listrik, tapi juga untuk berbagai
keperluan antara lain meteorologi, pelayaran, penerbangan, kelautan
dan Iain-lain. Peta potensi energi angin pada dasarnya memuat data
dan informasi mengenai kondisi angin di berbagai wilayah yakni
kecepatan angin rata-rata, minimum dan maksimum yang dapat
dikonversi menjadi peta daya dan energi tahunan (dalam kVVh/m atau
W/m 2 ) dan selanjutnya dapat digolongkan dalam skala kecil (2,5-4,0
m/s), menengah (4,0-5,0 m/s) dan skala besar (> 5,0 m/s).
Dengan informasi tersebut ditambah dengan data orografi dan
topografi wilayah, maka potensi aktual dapat diperkirakan di suatu
daerah. Berbagai lokasi/ daerah yang memiliki kecepatan angin ratarata yang sama di suatu wilayah pada dasarnya dapat dikenali pada
peta berdasarkan garis garis isovent, yang dapat diperoleh melalui
teknik ekstrapolasi maupun interpolasi.
Para hadirin yang terhormat,
Sebagai
instansi
yang
menyelenggarakan
penelitian
dan
pengembangan energi angin di Indonesia, LAP AN pada dasarnya telah
melakukan tahapan tersebut walaupun
dengan kemampuan yang terbatas yakni jumlah pengadaan dan
pemasangan peralatan monitoring yang masih sedikit di berbagai
wilayah di Indonesia. Dimulai tahun 1982 bekerjasama dengan DLR
Jerman, LAP AN telah memasang sekitar 10 unit peralatan monitoring
data angin terdiri atas anemometer dan pencatat arah angin tipe
manual, dimana seorang operator harus memanjat tiang menara
setinggi 10-15 m untuk membaca hasil penunjukan alat sebanyak dua
kali sehari, beberapa unit tipe rekorder dan pengukuran melalui satelit
NOAA dengan menggunakan DCP (Data Collecting Platform) di 4
lokasi di Indonesia yakni Samas DIY, Serang, Lombok Timur dan
Universitas Andalas Padang Sumatera Barat. Untuk DCP, data aktual
hanya dapat diakses di DLR Jerman dan selanjutnya mengirim
hasilnya ke LAP AN Jakarta.
Pengukuran dan monitoring data angin yang lebih efektif sebenarnya
baru di mulai pada tahun 1991 yakni menggunakan peralatan
monitoring dilengkapi dengan data logger dan unit cetak (printer) di
lokasi pengukuran. Dalam hal ini, operator lapangan cukup mengambil
data sebulan sekali, mencetak dalam printer dan mengirimkan ke
LAPAN untuk pengolahan lanjut. Data yang lebih rinci misalnya
setiap 3 bulan dapat diretrieval (diambil kembali) dan disimpan di
dalam disket untuk diolah lebih lanjut menjadi data dan informasi
yang aplikatif yakni dalam bentuk informasi statistik, daya, energi,
distribusi, kondisi lull (kecepatan angin lebih rendah dari yang
dibutuhkan) dan Iain-lain. Hasil-hasil pengolahan ini selanjutnya
disajikan dalam "Laporan Data/ Potensi Angin untuk masingmasing lokasi setiap tahun" dan dikirimkan kepada pemerintah
daerah terkait.
Para hadirin yang saya muliakan,
Sejak 1981 sampai saat ini (2003), telah termonitor sebanyak 113
lokasi di berbagai wilayah Indonesia yang dilengkapi dengan dokumen
laporan data angin untuk masing-masing lokasi. Keterbatasan jumlah
peralatan dan dana monitoring yang dimiliki oleh LAPAN ( 4 unit
per tahun sejak 1992)
12
Chase the wind (berburu angin), adalah salah satu sasaran LAP AN
dalam mengemban tugas penelitian, pengembangan dalam upaya
pemanfaatan teknologi energi angin secara optimal dan termasuk
dalam kajian yang lebih luas yaitu wind resource assessment.
Tahap pertama ini pada dasamya telah dilakukan melalui kegiatan
monitoring yakni pemasangan anemometer di berbagai wilayah,
namun masih memerlukan data yang lebih rinci dan perangkat yang
lebih banyak guna memperoleh hasil yang lebih akurat dan andal, di
dukung oleh data topografi wilayah yang berisi data kondisi
permukaan bumi (kontur) dan orografi yakni apakah di lokasi terdapat
rintangan seperti gunung, laut, hutan, lembah, ngarai, bukit, dataran
atau faktor bentuk Weibull. Penaksiran yang makin teliti dan andal
akan diperoleh bila titik-titik pengukuran makin banyak, saling
berdekatan dan mewakili kontur suatu daerah atau wilayah namun
secara teknis hal ini sulit dilakukan dilapangan. Dengan demikian,
diperlukan suatu metoda komputasi dan analisis yang lebih akurat,
andal dan cepat dengan bantuan perangkat komputer dan program
perangkat lunak (software) terkait, dan juga penggunaan GPS (Global
Positioning System) guna mengetahui posisi geografis lokasi
(ketinggian, lintang dan bujur); atau dengan citra penginderaan jauh
yang dapat memberikan informasi mengenai liputan lahan, hutan serta
lahan lainnya yang menunjukkan citra kondisi permukaan bumi yang
berpengaruh terhadap perilaku aliran angin.
Peta ruas bumi (topografi) memberikan data dan informasi yang lebih
lengkap untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi unsur alam
yakni
penyajian suatu gambaran dalam keadaan yang sebenarnya. Kondisi
topografi ini
memberikan gambaran mengenai relief atau kekasaran permukaan
bumi yang antara lain dinyatakan oleh perbedaan lekukan bumi,
adanya gunung, bukit, lembah, tumbuh-tumbuhan/ pepohonan atau
hutan, ataupun rintangan-rintangan lain di atas muka bumi.
Relief adalah tonjolan permukaan bumi secara vertikal yang diukur
diatas permukaan laut. Untuk informasi ini biasanya diperlukan skala
1:25.000 atau lebih besar dan umumnya menggunakan
meter(m)
sebagai unit satuan Titik titik pada peta yang menunjukkan ketinggian
yang sama dapat dihubungkan dan membentuk kontur. Tujuan
16
17
modal, dan median. Besaran yang dapat ditaksir dengan model ini
adalah ranat daya (W/m2) aktual di lokasi.
Model-model atlas dapat dibagi dua bagian yakni model analisis dan
model aplikasi yang pada dasamya memerlukan masukan yang sama.
Perbedaan
utama adalah bahwa model analisis menghasilkan kumpulan kumpulan
data berupa parameter-parameter Weibull pada kondisi-kondisi
standar; sedangkan model aplikasi menghasilkan data dan informasi
yakni nilai rata-rata, daya keluaran turbin angin, dan Iain-lain di suatu
lokasi.
Para hadirin yang saya hormati,
Dalam pengertian yang lebih praktis, pembuatan peta angin ditujukan
untuk menghasilkan peta kecepatan dan potensi energi. Peta
kecepatan angin bersama isovent-isoventnya merupakan peta dasar;
sedangkan untuk pemanfaatan lanjut, diperlukan peta potensi energi
angin yang dapat diturunkan dari data kecepatan angin berdasarkan
hubungan bahwa produksi daya atau energi di suatu lokasi sebanding
dengan pangkat tiga kecepatan angin (P kV ) dinyatakan dalam
kWh/m2 atau dalam rapat daya (power density, W/m2). Sebagai acuan,
peta juga akan memuat data kecepatan dan daya yakni pengelompokan
untuk pemanfaatan berdasarkan kecepatan dan rapat daya sebagai
berikut:
Kelas
1
2
3
4
Kec.angina
pada 30 m; m/s
<3,8
3,8-4,9
4,9-5,8
5,8 - 7,3
19
data
dan
informasi
untuk
20
21
>
22
Data topografi yang lengkap dalam bentuk peta topografi atau model
dataran digital (DTM-Digital Terrain Model atau DEM-Digital
Elevation Model) belum tersedia di Indonesia dan masih harus
dikompilasi (disusun). Peta yang dipublikasi oleh BAKOSURTANAL
adalah seri peta topografi skala 1:500.000 yang menunjukkan
ketinggian kontur 0, 100, 200, 500, 1000, 1500 meter diatas
permukaan laut dan berisi sedikit kelas land use, dan dilengkapi
dengan kordinat geografis dan UTM (Universal Transverse Mercator).
Peta skala 1:500.000 ini dapat digunakan untuk peninjauan gambaran
ikhtisar dan orientasi, akan tetapi tidak memadai sebagai dasar
kompilasi untuk peta orografi atau kekasaran permukaan, misalnya
untuk penggunaan metoda WASP (Wind Atlas Analysis and
Application Programs).
Peta geologi skala 1:250.000 dari PPPG (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geodesa) dicetak diatas peta dasar yang diperoleh dari
peta AMS (Army Map Service) Amerika Serikat. Peta ini berisi
informasi topografi yang lebih sedikit, tetapi kontur-kontur ketinggian
digambarkan pada interval 50 m. Informasi topografi peta AMS yang
lebih baru masih diperlukan karena peta ini hanya dilengkapi kordinat
geografis; namun demikian, walaupun liputan keseluruhan tidak
diketahui paling sedikit Timor-Timur, Rote, Sawu dan Sumba telah
tercakup.
Peta geologi ska 1:250.000 ini dapat juga digunakan untuk mengetahui
gambaran umum, orientasi dan perencanaan walaupun rincian
topografinya lebih sedikit. Informasi ketinggian dapat digunakan untuk
menyarikan (digitize) peta-peta kontur ketinggian WASP, namun
23
24
25
26
DAFTAR REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
27
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
28
81
93
94
95
96
97
92
94
95
96
97
98
5
15
1
4
5
5
6
7
2
8
6
7
2
21
25
2
8
6
9
2
1
30
3
2
16
8
6
9
10 22
2
2
2
1
36 67
99 00 01 02
03
3 4 6 7
10 13 14 15
8
18
Tahun
Wilayah
Sumatera
Jawa
dan
Bali
Kalimantan
Sulawesi
NTB
NTT
Maluku
Irian Jaya
Jumlah
1
2
-
25
11
4
24
11
28
2
3
89
5
27
12
30
2
3
99
T-2:Lokasi dengan Kec Angin Rata rata tahunan > 4,0 m/s*
No
1
2
3
4
5
Lokasi/Wilayah
Atambua,NTT
Tomenas SOE,NTT
Oelbubuk SOE,NTT
Baing,Sumba NTT
Waikabubak,Sumba NTT
Kec, m/s
7,3
7,0
6,9
6,8
6,8
6
28
12
32
2
3
105
7
29
12
34
2
3
113
29
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Waingapu,Sumba NTT
6,6
Kananggar Sumba,NTT
6,6
Baun Kuang,NTT
6,6
Rote,NTT
5,8
Sakteo SOE,NTT
5,8
Giligede,Lombok NTB
5,5
Bungaiya,Sulsel
5,6
Netpala,NTT
5,4
Palakahembi Sumba,NTT
5,4
Parangtritis,DIY
5,4
Napu-Sumba,NTT
5,3
Dusun V-Pulau Semau
5,2
Bulak baru-Jepara,Jateng
5,2
Mondu,NTT
4,9
Nangalili-Flores,NTT
5,1
Tembere-Lombok,NTB
4,9
Nangandoro,NTB
4,8
Kolak-Rote,NTT
4,6
Walakiri,NTT
4,6
Maubesi,NTT
4,6
Papagarang,Manggarai,NTB 4,6
Sambelia Lombok,NTB
4,6
Nusa,NTT
4,4
Pameungpeuk,Jawa barat
4,4
Nembrala-Rote,NTT
4,3
Ternate-Ambon
4,3
30
31
32
33
5.
6.
7.
8.
9.
IV.RIWAYAT KEPANGKATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
34
V. PENGALAMAN KERJA
1. PT Bah Bolon Trad Co; Kepala Divisi Workshop ( 1973-1974),
Jakarta
2. PT ELNUSA, ( 1974-1978),sebagai:
Instrumen Engineer
Sales Engineer
- Kordinator Diklat
Sistem
Instrumentasi
Untuk
Pengeboran Minyak di Unit unit Pertamina
3. LAPAN : 1978 - sekarang
- Pemimpin Proyek Energi Angin : 1988 - 1993
- Kepala Bidang Energi dan Spin-off: 1988-1989
Kepala Bidang Teknologi Dirgantara Terapan : 19892001
- Peneliti di Pusat Teknologi Dirgantara Terapan LAPAN
: Ahli Peneliti Utama (2002)
35
KongresIAF,Paris, 1982
International Group Meeting on Wind Energy,Yogyakarta,1990
(pembicara)
AWEA Symposium,Palm Springs,Calif,USA,1991 ( pembicara)
Symposium on Renewable Energy Sources, Los Angeles, Calif,
USA, 1991
6. European Community Conference on Wind Energy,
Travemunde, Jerman,1993
7. Visiting Study on Wind Energy : Germany,England,Vienna
8. ( 1993)
9. NRSE( New and Renewable Source of Energy) ASEAN Group
Meeting,Jakarta,1995
10. NRSE ASEAN Group Meeting. Kuala Lumpur Malaysia, 1996
36
37
10. Anggota
Tim
Terpadu
Energi
Terbarukan,DESM(Departemen Energi dan
Mineral),2001
Baru
Sumber
dan
Daya
2.
3.
4.
5.
6.
Wind Energy Project Development in Indonesia; Adi S., Sahat P., Toto M.K.
Presented on AIJ Workshop, Hotel Indonesia, Jakarta, June , 1996.
7.
8.
Wind Energy and Its Potential Utilization for Rural Electrifications in Indonesia.
International Sustainable Energy Conference, Jakarta, July, 1996.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
The Prospect for Utilization of Medium and Large Scale WECS (Wind Energy
Conversion System) in Indonesia.;The Sixth Indonesia - Netherlands Joint
Energy Workshop, Denpasar - Bali, 17-19 September 2001.