Lelly Sembodo
1102010150
Moderator : dr. Sasmoyohati, Sp.S
Identitas pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status pernikahan : Sudah menikah
Suku bangsa : Betawi
Tanggal masuk : 8 Mei 2014
Dirawat yang ke : I
Tanggal pemeriksaan : 09 Mei 2014
Anamnesa
Autoanamnesa
Keluhan utama :Pusing berputar sejak 7 hari SMRS
Keluhan tambahan :Mual muntah
Riwayat Penyakti Sekarang (RPS)
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 7 hari SMRS. Keluhan ini
timbul mendadak saat pasien baru bangun tidur di pagi hari. Saat membuka mata
pengelihatan berputar sehingga sulit berdiri dari kasur. Hal ini dirasakan sepanjang
hari. Pusing dirasakan bertambah berat saat pasien merubah posisinya seperti
miring kanan/kiri, duduk dan berdiri (posisi yang mengoyangkan kepalannya) dan
pusing diperinggan dengan tidur berbaring. Pusing juga tidak dipengaruhi oleh
keramaian lingkungan sekitarnya. Awalnya pasien masih bisa berusaha berdiri dari
kasur dengan bantuan, namun sekarang pasien merasa sangat lemas sehingga
sulit berdiri. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, muntah pasien 10 kali/hari
dengan jumlah muntahan yang sedikit berupa cairan atau makanan utuh tanpa
ada darah. Perasaan mual dan muntah juga diperburuk dengan pemberian
makanan dan minuman. Pada saat timbul keluhan pasien juga merasa demam
yang hilang keesokan harinya. Pasien mengaku tidak mendengar suara
berdenging, tidak ada penurnan kesadaran dan tidak ada nyeri pada telinga.
Pasien juga tidak merasa adanya ganguan atau penurnan pada pendengarannya.
Pasien mangatakan BAB 2x dan jarang BAK selama 7 hari ini.
Pemeriksaan fisik
Status Internus
Keadaan umum: Baik
Gizi : Baik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah kanan : 120/90 mmHg
Tekanan darah kiri : 120/90 mmHg
Nadi kanan : 86x/menit
Nadi kiri : 86x/menit
Pernafasan: 20x/menit
Suhu : 36.8oC (per aksila)
Limfonodi : Tidak teraba perbesaran
Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/ Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Status Psikiatri
Tingkah laku : Baik, wajar
Perasaan hati : Euthym
Orientasi : Baik
Jalan fikiran : Koheren
Daya ingat : Baik
Status Neurologis :
Kesadaran : Kompos mentis; E4M6V5 GCS = 15
Sikap tubuh : Terlentang
Cara berjalan : Pasien membutuhkan bantuan untuk berjalan
(dipapah)
Gerakan abnormal : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normosefali
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba
Nyeri tekan : Tidak ditemukan
Leher
Sikap : Normal
Gerakan : Normal
Vertebra : Normal
Nyeri tekan : Tidak ditemukan
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : Laseque : >700 / >700
Kernig : >1350 / >1350
Brudzinski I : - / Brudzinski II : - / -
Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius)
Daya penghidu : Normosmia / Normosmia
N. II (Optikus)
Penglihatan : Baik / Baik
Pengenalan warna : Baik / Baik
Lapang pandang : Baik / Baik (sesuai pemeriksa)
Fundus :
Tidak dilakukan
Pupil
Ukuran pupil : 4mm / 4mm
Bentuk pupil : bulat / bulat
Isokor/anisokor : isokor
Posisi : di tengah
Reflek cahaya langsung : + / +
Reflek cahaya tidak langsung : + / +
Reflek akomodasi/konvergensi : + / +
N. V (Trigeminus)
N. VII (Fasialis)
Pasif
Mengerutkan dahi
: Simetris
Mengerutkan alis : Simetris
: Simetris
Menutup mata
Meringis : Simetris
Menggembungkan pipi : Simetris
Gerakan bersiul : Simetris
Daya pengecapan lidah 2/3 depan :
Hiperlakrimasi
: Tidak ada
Lidah kering : Tidak ada
Aktif
Tidak dilakukan
N. VIII (Vestibulokoklearis)
N. IX (Glossofaringeus)
Arkus pharynx
: Simetris
Posisi uvula
: Di tengah (sentral)
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah
: Tidak dilakukan
N. X (Vagus)
Denyut nadi
: Teraba, reguler
Arkus pharynx
: Simetris
Bersuara : Jelas
Menelan : Baik
N. XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala : Baik
Sikap bahu
: Simetris
Mengangkat bahu
:+/+
N. XII (Hipoglosus)
Reflek Fisiologis
Reflek Tendon
Reflek biceps: + / +
Reflek triceps : + / +
Reflek patella : + / +
Reflek Achilles : + / +
Reflek periosteum : Tidak dilakukan
Reflek permukaan dinding perut : +
Reflek kremaster : Tidak dilakukan
Reflek sphincter ani : Tidak dilakukan
Reflek Patologis
Hoffman Trommer : - / Babinski : - / Chaddock : - / Oppenheim : - / Gordon : - / Schaeffer : - / Rosollimo : - / Mendel Bechterew : - / Klonus paha : - / Klonus kaki : - / -
Sensorik
Eksteroseptif
Nyeri : Baik / Baik
Suhu : Baik / Baik
Taktil : Baik / Baik
Proprioseptif
Vibrasi : Baik / Baik
Posisi
: Baik / Baik
Tekan dalam : Baik / Baik
Koordinasi dan
keseimbangan
Tes Romberg: +
Tes Tandem : Baik
Tes Fukuda : Baik
Disdiadokokinesis: Baik
Rebound phenomenon : Baik
Dismetri : Tidak dapat dinilai
Tes telunjuk hidung : +
Tes telunjuk telunjuk : +
Tes tumit lutut : Baik
Defekasi
Inkontinensia : Tidak ada
Retensi : -
Fungsi Luhur
Fungsi
Fungsi
Fungsi
Fungsi
Fungsi
bahasa
: Baik
orientasi : Baik
memori: Baik
emosi
: Baik
kognisi
: Baik
HASIL
09-05-2014 18:03:55
NILAI RUJUKAN
SAAT INI
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
13.4
13.0
Hematokrit
38
37
37-47%
Eritrosit
4.6
4.5
4.3-6.0 juta/L
Leukosit
4000
4100 *
4,800-10,800/ L
146000
159000
150,000-400,000/ L
MCV
83
84
80-96 fL
MCH
29
29
27-32 pg
MCHC
35
35
32-36 g/dL
Trombosit
12-16 g/dL
KIMIA KLINIK
Ureum
12 *
20-50 mg/dL
Kreatinin
0.6
0.5-1.5 mg/dL
Natrium (Na)
139
135-147 mmol/L
Kalium (K)
3.6
3.5-147 mmol/L
Klorida (Cl)
106 *
95-105 mmol/L
IMUNOSEROLOGI
HASIL
NILAI RUJUKAN
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI RUJUKAN
SGOT (AST)
150 *
< 35 U/L
SGPT (ALT)
111 *
< 40 U/L
KIMIA KLINIK
Laboratorium pada tanggal 08 Mei 2014
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI RUJKAN
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
14.6
Hematokrtit
42
37-47%
Eritrosit
5.1
4.3-6.0 juta/L
Leukosit
4300 *
Trombosit
140000 *
12-16 g/dL
4,800-10,800/ L
150,000-400,000/ L
MCV
83
80-96 fL
MCH
29
27-32 pg
MCHC
35
32-36 g/dL
Natrium (Na)
140
135-147 mmol/L
Kalium (K)
3.5
3.5-147 mmol/L
Klorida (Cl)
101
95-105 mmol/L
KIMIA KLINIK
Resume
Wanita umur 34 tahun datang dengan keluhan
kepala berputar sejak 7 hari SMRS. Keluhan ini
timbul mendadak saat pasien baru bangun dan
dirasakan sepanjang hari. Pusing dirasakan
bertambah berat saat pasien merubah posisi
kepalanya dan pusing diperinggan dengan tidur
berbaring. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah, muntah pasien 10 kali/hari. Perasaan
mual dan muntah juga diperburuk dengan
pemberian makanan dan minuman. Pada saat
timbul keluhan pasien juga merasa demam yang
hilang keesokan harinya. Pasien mengaku tidak
mendengar suara berdenging, tidak ada penurnan
kesadaran dan tidak ada nyeri pada telinga .
Continue
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik,
kesadaran pasien komposmentis dengan GCS 15,
tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 86 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36.8 oC (per aksila).
Status generalis lainnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan pemeriksaan
keseimbangan dan koordinasi yaitu tes Romberg +,
tes telunjuk hidung +, tes telunjuk jari +, tes yang lain
dalam batas normal. Pada pemeriksaan motorik
dalam batas normal, pemriksaan N cranial dalam
batas normal, tanda rangsang meningeal dalam batas
normal dan pemeriksaan sensorik dalam batas normal.
Pada pemeriksaan otonom didapatkan mual muntah.
Diagnosis
Diagnosis klinis : Vertigo, Vomitus,
Nistagmus
Diagnosis topik : Sistem vestibular
Diagnosis etiologi : Neuropati vestibuler
Diagnosis Banding :
Benign proksismal position vertigo
(BPPV)
Penyakit menier
Terapi
Medikamentosa
Kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui
sebabnya, tetapi jika diketahui sebabnya
maka terapi kausal merupakan pilihan utama.
Simptomatik
IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit
IV Ranitidin 2x1 ampl
IV Omeprazol 1x40 mg
PO Bethahistin Mesylate 6mg 3x1 Tablet
Non medikamentosa
Terapi rehabilitative
Vertigo vestibular perifer akan mengalami perbaikan dalam
1-3 minggu.
Metode Brandt Darof
Pasien duduk tegak ditempat tidur
dengan kaki menggantung. Lalu tutup
kedua mata dan berbaring dengan cepat
pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik.
Kemudian duduk tegak kembali,
setelah 30 detik., baringkan tubuh
pada sisi yang lain dengan cara
yang sama, tunggu selama 30 detik,
setelah itu duduk kembali. Lakukan
latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan
5 kali pada malam hari sampai 2 hari
berturut-turut tidak timbul vertigo lagi.
Pemeriksaan anjuran
Laboratorim rutin
Darah rutin
Darah lengkap
Neurofisiologi
: EEG
Neuroimaging : CT scan kepala, MRI
Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan
somatosensoris.
Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber
utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak
sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan
informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja
otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata.
Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada
sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem
labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala
dan percepatan perubahan sudut. Melalui reflex vestibulo-occular,
mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang
bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke
nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus
tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular
menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi,
dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke
motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron
yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher
dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular
bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau
proprioseptif serta persepsi kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna
dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan
(input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula
yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus
medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai
bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf
yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum.
Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan
jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi
gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya dengan
gejala lain yang timbul, terutama
dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat
keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit.
Klasifika
si
Patofisiolo
gi
Jaringan saraf yang berperan dalam keseimbangan :
Reseptor Alat Keseimbangan Tubuh
Reseptor mekanik vestiblm
Reseptor cahaya di retina
Reseptor mekanik di kulit, otot, sendi (propioseptif)
N. Vestibularis
N. opticus
N. spinovestibulocereberalis
Inti vestibularis
Cortex cerebri
Hypothalamus
Inti oculomotoris
Formation retikularis
Faktor
resiko
Beberapa faktor penyebab terjadinya vertigo
antara lain:
Mabuk darat atau mabuk laut.
Konsumsi alkohol.
Infeksi bakteri di telinga bagian dalam.
Infeksi virus (misalnya flu) yang mengganggu
labirin telinga.
Radang sendi leher.
Pusat keseimbangan otak kekurangan
sirkulasi darah.
ANALISA MASALAH
Dasar diagnosis pada pasien ini adalah :
Diagnosis klinis :
Vertigo
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan kepala
terasa pusing berputar.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tidak dapat menggerakan
kepalannya karena pusing berputar. Tes Romberg +.
Vomitus
Pada anamnesis didapatkan pasien mual muntah sejak terdapat
keluhan pusing berputar dan diperberat oleh pemberian makanan
dan minuman.
Nistagmus
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nistagmus horizontal spontan.
Diagnosis topik :
Diagnosis topic ditegakan berdasarkan anamnesis yaitu pada
kasus ini didapatkan jenis vertigo merupakan vertigo perifer
Diagnosis klinis :
Diagnosis klinis yaitu neuritis vestibularis
karena keluhan utama pasien ini adalah pusing
berputar sepanjang hari sejak 7 hari SMRS.
Diperberat oleh pergerakan kepala dan
diperingan dengan berbaring. Pusing juga tidak
dipengaruhi oleh keramian lingkungan sekitar.
Pasien juga mengeluh mual muntah dan tidak
terdapat gangguan pendengaran. Dari anamnesis
diatas kita berpikir kalau ini adalah salah sat
bentuk vertigo. Kalsifikasi vertigo adalah :
Neuritis Vestibular
Diagnosis Banding
Benign proksismal position vertigo (BPPV)
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan
vertigo yang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala atau
badan terhadap gaya gravitasi. Jenis vertigo ini adalah
peyebab yang tersering. Pasien dengan BPPV khasnya
mengeluhkan serangan singkat vertigo berputar yang hebat
yang muncul tidak lama setelah pergerakan kepala dengan
cepat, biasannya ketika kepala mendongak keatas atau
menoleh ke salah satu sisi. Vertigo menghilang dalam waktu
10-60 detik. Vertigo jenis ini disebabkan oleh pelepasan
statolit dari membrane statolit. Dipengaruhi oleh gravitasi,
statolit bermigrasi ke bagian terendah labirin, tempat ia
dapat tersap dengan mudah ke pint mask kanalis
semisirkularis posterior ketika pasien berbaring terlentang.
Terapi
IVFD Ringer laktat 20 tpm
Cairan ini digunakan untk mengatasi kondisi kekurangan
volume darah
Ranitidin 2x1 ampul
Ranitidine bekerja dengan menghambat reseptor H2. Reseptor
H2 bekerja perangsang sekresi asam lambung. Sehingga obat
ini bekerja sebagai menghambat sekresi asam lambung.
Omeprazol 1x40 mg
Omeprazol bekerja di PPI atau penghambat Pompa proton yait
penghambat sekresi asam lambung yang lebih kuat dari AH2.
Penghambatan berlangsng lama, antaar 24-48 jam.
PO Bethahistin Mesylate 6mg 3x1 Tablet
Salah satu kelompok jenis histaminik.
Pemeriksaan anjuran
Laboratorim rutin
Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Eritrosit, Trombosit)
Darah lengkap
Tes kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30 derajat, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30 derajat C) dan air hangat (44oC)
masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi
sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan
tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance
ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral.
Neurofisiologi : EEG
Neuroimaging : CT scan kepala, MRI
Prognosis
Ad vitam : ad bonam; Karena tanda vital yang stabil,
keadaan umum yang cukup baik, dan kesadaran
pasien yang selalu dalam keadaan kompos mentis,
secara keseluruhan dapat dinilai baik
Ad fungsionam : dubia ad bonam; Karena karena
pada pasien ini ditemukan adanya perbaikan dari
gejala yang di timbulkan oleh vertigo.
Ad sanationam : dubia ad bonam; karena
tergantung kepatuhan pasien dalam mengikuti
terapi dan minum obat teratur.
TINJAUAN PUSTAKA
Sherwood L, 2011, Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus Nerologi,
edisi-2. Jakarta : Departemen Saraf RSPAD Gatot
Soebroto Dikesad.
Baehr dan Frotscher, 2012, Diagnosis Topik nerologi
DUUS. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Edward Y dan Roza Y, Diagnosis dan Penatalaksanaan
Benign Parosyxmal Positional Vertigo Kanalis Horizontal.
Bgian Telinga Hidng Tenggorok Bedah Kepala Leher.
Universitas Andalas.
Gunawan dkk, 2009, Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.