Anda di halaman 1dari 28

OUTLINES:

1. Bantalan Luncur (Sliding Contact


Bearing)

2. Bantalan Gelinding (Rolling Contact


Bearing)
3. Trnasmisi Sabuk (Belt Drive)
4. Transmisi Rantai (Chain Drive)
5. Roda Gigi (Gears)
EVALUASI:
1. Tugas/quis
2. Ujian Tengah Semester (UTS)
3. Ujian Akhir Semester (UAS)
Darmanto, ST., MT Jurusan Keteknikan Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian UB

SLIDING CONTACT BEARING


(Bantalan Luncur)

Tujuan dari suatu bantalan adalah untuk menopang beban,


tetapi tetap memberi kemungkinan terjadinya gerakan relatif
antara dua elemen dari sebuah mesin.

Klasifikasi
A. Berdasar arah beban dari objek yang ditopang
1. Radial bearing
2. Trusht bearing

B. Berdasar sifat kontak


1. Sliding contact bearing/plain bearing (bantalan luncur)
2. Ball bearing/rolling contact bearing

Sliding Contact Bearing


(Bantalan luncur)
Tipe bantalan luncur
clearance bearings

Journal or sleeve bearings: bantalan luncur yang aksi luncuran


sepajang keliling lingkaran atau busur lingkaran & membawa beban
radial.
7

Sliding Contact Bearing


(Bantalan luncur)
Tipe bantalan luncur
1. Thick film bearings/hydrodynamic lubricated bearings. Bearing dan
journal yang berputar terpisah penuh oleh lapisan pelumas
2. Thin film bearings/ boundary lubricated bearings. Terdapat kontak
secara parsial antara journal dengan bearing, terdapat lapisan pelumas
yang sangat tipis.

3. Zero film bearings.


4. Hydrostatic or externally pressurized lubricated bearings.
Bearing/journal dapat menahan beban statis tanpa adanya grak relatif
antara keduanya. Dicapai dengan adanya pelumas tekanan-paksa.
8

hydrodynamic lubricated bearings


Tekanan pada timbul dari:
1. wedge film lubrication: fluida mengalir dari ruang yang makin mengecil
2. squeezed film lubrication
Asumsi:
1. Hukum Newton untuk aliran fluida berlaku pada pelumas.
2. Tekanan konstan pada lapisan pelumas
3. Incompressible.
4. Viscositas konstan
5. Aliran satu dimensi, tidak terjadi kebocoran

hydrodynamic lubricated bearings


1. wedge film lubrication

10

hydrodynamic lubricated bearings


Sifat-sifat pelumasan hydrodinamik
1. Compressive strength.
2. Fatigue strength.
3. Comformability. Kemampuan material bearing untuk menyesuaikan
defleksi poros dengan berdeformasi plastis tanpa aus dan panas.
4. Embeddability. Kemampuan material bearing untuk menahan
partikel kecil, tidak membuat guratan pada bearing
5. Bondability. Ikatan yang kuat antara partikel material penyusun
lapisan2 bearing
6. Corrosion resistance.
7. Thermal conductivity. Memiliki konduktivitas panas yang tinggi agar
cepat dalam melepas kalor
8. Thermal expansion. Memiliki koefisien ekspansi panas yang rendah,
agar dimensi tidak mengembang berlebihan (masih sesuai toleransi).
11

hydrodynamic lubricated bearings

Bronzes: alloys of copper, tin and zinc


gun metal (Copper 88% ; Tin 10% ; Zinc 2%)
phosphor bronze (Copper 80% ; Tin 10% ; Lead 9% ;
Phosphorus 1%)

Non-metallic bearings:
carbon-graphite bearings
self lubricating,
dimensionally stable,
chemically inert and can
operate at higher
temperatures food
processing
soft rubber bearings
Wood bearing
Nylon (plastic bearing)
Teflon (plastic bearing)
1. It has lower coefficient
of friction
2. Up to 315C as
compared to 120C for
Nylon.
3. Dimensi stabil,
4. inert.
12

Lubricant
1. Liquid lubricants. Umum dipakai, bahan dari pengolahan minyak bumi dan sintetis.
Murah dan stabil.
2. semi-liquid lubricant. Viskositas lebih tinggi dari liquid. Dipakai pada bearing dengan
kecepatan rendah yang memiliki tekanan tinggi, atau jika minyak pelumas tidak bisa
melumasi secara konstan.
3. Solid lubricants. Jika lapisan pelummas tidak bisa melumasi secara konsisten akibat
adanya tekanan dan tenperatur. Misalnya, graphite yang bisa diccampur dengan
minyak pelumas atau grease.

13

Properties of Lubricants
1. Viscosity. Ukuran tentang kemampu-aliran dari minyak pelumas.

Z = konstanta proporsionalitas, (viskositas absolut dari pelumas)

14

2. Oiliness. Ukuran kelumasan, gabungan antara sifat pelumas dan permukaan


bearing.
3. Density: Densitas dari pelumas diukur dengan rumus:

15,5 = 860 ~ 950 kg/m3


15

Properties of Lubricants
4. Viscosity index adalah variasi viskositas dalam beragam temperatur
5. Flash point merupakan suhu terendah di mana pelumas mengeluarkan uap
yang cukup untuk terbakar sesaat (tidak membakar pelumas), yaitu saat jarak 6
mm di permukaan pelumas.
6. Fire point. Temperatur di mana uap pelumas akan terbakar yang dilanjutkan
dengan pembakaran pelumas.
7. Pour point or freezing point. Temperatur ketika minyak berhenti mengalir ketika
didinginkan

16

Istilah dalam Hydrodynamic Journal Bearing


1. Diametral clearance.
c=Dd
2. Radial clearance

3. Diametral clearance ratio.

4. Eccentricity, e.
5. Minimum oil film thickness (ho).

ho = c/4
6. Attitude or eccentricity ratio.

7. Short and long bearing.

l/d < 1, short bearing


l/d > 1, long bearing
l/d = 1, square bearing

17

Angka Karakteristik Bearing dan


Bearing Modulus
Terkait dengan gesekan pada bearing koefisien gesek
Faktor ZN/p sangat penting dalam
mempreediksi performance

18

Angka Karakteristik Bearing dan


Bearing Modulus
3 K = ZN/p, untuk perencanaan
normal nilai minimum dari
bearing modulus agar lapisan
pelumas tidak hilang akibat
beban/tekanan.
15 K = ZN/p, jika bearing
dikenai beban yang berfluktuasi
dan kondisi kejut yang besar.

19

Koefisien Gesekan
Full-thick lubrication:

k = faktor koreksi
= 0,002 untuk l/d 0,75 ~2,8

20

21

22

Critical Pressure/Minimum Pressure


Kondisi di mana lapisan oli hilang, sehingga terjadi kontak antara bearing
dan journal/tap.

Bearing Characteristic Number: Sommerfeld Number

23

Heat Generated in a Journal Bearing


Q = W V (Nm/s = J/s = watt)
= koefisien gesek
W = beban pada bearing, N
V = Rubbing velocity, m/s
N = kelajuan journal/tap, rpm.

V=

d dalam meter

Heat Dissipated in a Journal Bearing


C = koefisien panas yang hilang W/m2/C, unventilated bearings = 140 to 420 W/m2/C
ventilated bearings = 490 to 1400 W/m2/C
A = luas permukaan bearing m2 = l d,
tb = Temperatur permukaan bearing, C,
to = temp. Oli
ta = Temperatur udara/lingkungan, C.
ta = temp. udara

1. Untuk perencanaan yang baik, temp. oli < 60C, jika lebih, maka viskositas hilang.
2. Pada kasus temp. Operasi tinggi, maka perlu redesain atau sirkulasi air pendingin
melalui coil pada bearing.
3. Massa oli untuk membuang panas adalah
m=massa oli, kg/s; S = panas spesifik oli, 1840 ~2100 J/kg/oC; t = perbedaan antara temp.
24
masuk dan keluar dari oli.

Procedur Desain Journal Bearing


(beban bearing, diameter dan kecepatan poros diketahui)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menentukan panjang bearing dengan menentukan rasio l/d (Tabel 26.3.


Design Value for Journal Bearing)
Memeriksa bearing pressure dari tabel yang sama, p = W/(l . d)
Asumsi jenis pelumas dari tabel SAE (Tabel 26.2). Temperatur operasi
harus (26.5C - 60C) dengan max temp 82C untuk temperatur instalasi)
Menentukan ZN/p sesuai dengan temperatur asumsi, dan diperiksa dengan
tabel 26.3.
Menentukan clearance ratio c/d (tabel 26.3)
Menentukan koefisien gesek
Menentukan panas yang dihasilkan
Menentukan panas yang dibuang
Menentukan thermal equilibrium (keetimbanga panas) untuk menjamin
panas yang dihasilkan sama dengan panas yang dibuang Jika panas yang
dihasilkan > yang dibuang, dihitung ulang atau diberi pendingin (cooler)

25

Procedur Desain Journal Bearing


(beban bearing, diameter dan kecepatan poros diketahui)
Design a journal bearing for a centrifugal pump from the following data :
Load on the journal = 20 000 N; Speed of the journal = 900 r.p.m.; Type of oil is
SAE 10, for which the absolute viscosity at 55C = 0.017 kg / m-s; Ambient
temperature of oil = 15.5C ; Maximum bearing pressure for the pump = 1.5 N /
mm2.
Calculate also mass of the lubricating oil required for artificial cooling, if rise of
temperature of oil be limited to 10C. Heat dissipation coefficient = 1232
W/m2/C.

26

Sliding Contact Bearing


(Bantalan luncur)

http://media.noria.com

27

Sliding Contact Bearing


(Bantalan luncur)

28

Anda mungkin juga menyukai