Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Capung merupakan serangga yang termasuk dalam
ordo Odonata, dapat dijumpai di tempat-tempat terbuka
serta lingkungan dekat perairan dengan keadaan yang
hangat (250C 330C) (Bambang, 2011). Indonesia
menyimpan kekayaan jenis capung sebesar 15 % dari
sekitar 5680 jenis di dunia. Informasi keberadaan dan
persebaran jenis capung di Indonesia saat ini masih sangat
minim (Tabita, 2014). Menurut catatan, di Indonesia
terdapat sekitar 750 jenis capung (Shanti, 1998: 6-7).
Keberadaan odonata sering tidak diperhatikan karena
belum banyak yang mengetahui bahwa capung adalah
indikator lingkungan (Tabita melalui Tommy, 2013). Jumlah
jenis capung yang teridentifikasi di atas belum bisa
dikatakan pasti, data terus berkembang mengingat
banyaknya temuan baru spesies capung di Indonesia yang
menambah jumlah jenis capung nusantara.
Selama dua tahun terakhir, perhatian masyarakat
dan kalangan akademisi terhadap capung dalam hobi
fotografi, penelitian, maupun dalam kesenian dan budaya
mulai berkembang. Hal ini tampak juga dengan di
dirikannya
Indonesia
Dragonfly
Society.
Semakin
berkembangnya pengetahuan capung, pada tahun 2014
terdapat tiga buku capung yang siap diterbitkan (Tabita,
2011).
Jogja Adventure Zone (JAZ) adalah tempat kegiatan
luar ruangan yang dikelola oleh Primkopau VI Skadik 104
Wingdik Terbang Lanud Adisutjipto. JAZ sering dikunjungi
oleh pelajar SD/SMP/SMA bahkan Mahasiswa dan
masyarakat umum untuk melakukan rekreasi maupun
outbond. Kondisinya yang masih alami dan lokasi yang
dekat dengan kota menjadikan JAZ sebagai destinasi yang
ramai dikunjungi. JAZ juga memiliki dua Kolam pancing
dengan luas masing-masing 9.000 m2 dan 200 m2 (Tabah,
2013).
Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh
penulis, pada kolam pemancingan terdapat banyak jenis
capung yang belum teridentifikasi dan terdokumentasi

dengan baik. Ketidaktahuan pengelola dan pengunjung


terhadap capung dikhawatirkan adanya kebijakan atau
tindakan yang justru merusak habitat capung. Lokasi
seperti ini juga sangat potensial untuk digunakan sebagai
tempat pendidikan lingkungan, khususnya konservasi
habitat dan pentingnya capung mengingat jumlah dan
komposisi pengunjung yang beragam. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan kegiatan inventarisasi
jenis capung di lingkungan JAZ yang dikemas dalam sebuah
buku bantuan identifikasi sebagai sumber belajar.
Harapannya buku dapat digunakan bahan untuk sosialisasi
capung JAZ dan pendidikan lingkungan bagi pengunjung
JAZ.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Apa sajakah jenis capung (Odonata) yang ada di Jogja
Adventure Zone (JAZ) ?
b. Bagaimana kondisi lingkungan klimatik dan edafik di
Jogja Adventure Zone (JAZ) ?
c. Bagaimana mengemas hasil penelitian sebagai alternatif
sumber belajar berupa modul?
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan karya ini memiliki tujuan untuk:
a. Mengetahui jenis capung (Odonata) yang ada di Jogja
Adventure Zone (JAZ).
b. Mengetahui kondisi lingkungan klimatik dan edafik di
Jogja Adventure Zone (JAZ) .
c. Mengemas hasil penelitian sebagai alternatif sumber
belajar berupa modul.
1.4

Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari program penelitian ini
adalah berupa artikel ilmiah yang memuat data
keanekaragaman capung (Odonata) yang ada di Jogja
Adventure Zone (JAZ) serta berupa buku bantuan
identifikasi capung JAZ, yang nantinya sebagai sarana

informasi bagi masyarakat sekitar baik pelajar, pengelola,


pengunjung, dan pemerhati capung.
1.5
Manfaat Penelitian
1.1.1 Dalam bidang penelitian
Hasil penelitian ini dijadikan data mentah dan referensi
untuk
penelitian
selanjutnya.
Bagi
ekolog
dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengetahui nilai
penting lingkungan JAZ terutama kolam pemancingan bagi
habitat capung. Bagi masyarakat pecinta dan pemerhati
capung dapat digunakan sebagai data pendukung
konservasi habitat capung di lingkungan JAZ.
1.1.2 Bagi pihak pemerintah
Dari data ini dapat menjadi pertimbangan pada
penentuan
kebijakan
seperti
penentuan
kawasan
konservasi, pembaruan perundang-undangan mengenai
perlindun gan satwa beserta habitatnya yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada sekarang serta penentuan
kebijakan lain yang berhubungan.
1.1.3 Bagi pengelola dan pengunjung JAZ
Data dapat digunakan dalam dasar penentuan
kebijakan JAZ dan kegiatan maupun layanan yang
diberikan JAZ. Modul indentifikasi dapat digunakan sebagai
sumber belajar serta panduan pengamatan capung di JAZ.
Hasil
penelitian
juga
dapat
digunakan
untuk
pengembangan JAZ sebagai ekowisata.
1.1.4 Bagi lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Terutama yang bergerak dalam bidang pelestarian
lingkungan dapat memanfaatkan data ini sebagai dasar
dalam menentukan arah kebijakan, program kerja
organisasi, serta langkah strategis organisasi terhadap
capung dan habitatnya di JAZ.
1.1.5 Bagi Masyarakat sekitar JAZ dan umum.
Bagi
masyarakat
umum
diharapkan
mampu
memperhatikan sekaligus ikut serta menjaga kelestarian
capung dan habitatnya. Masyarakat juga diharapkan
mampu bekerja sama dengan pihak pemerintah atau LSM
untuk saling membantu dalam menjaga keseimbangan
lingkungan agar keanekaragaman tetap terjaga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Capung (Odonata)
Klasifikasi Capung (Odonata) menurut Wessfall dalam Borror
adalah sebagai berikut
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Odonata
Subordo
: Anisoptera-capung-capung
Superfamili
: Aeschonoidea
Petaluridae-capung punggung kelabu
Gomphidae-capung ekor ganda
Aeshnidae-capung loreng
Superfamili
: Cordulegastroidea
Cordulegastroidea-capung loreng kuning
Superfamili
: Libelluloidea
Macomiidae-capung penyaring berpita dan capung
penyaring sungai
Corduliidae-capung mata hijau
Libellulidae-capung biasa
Superordo
: Zygoptera-capung jarum
Calopterygidae-capung jarum bersayap lebar
Lestidae-capung jarum bersayap merentang
Protoneuridae-capung jarum bersayap sempit
(Borror,
1992:
245).
2.2 Morfologi Capung (Odonata)
Mata majemuk yang besar memiliki lansa (faset) dua macam:
yang terdapat pada permukaan paling atas berukuran kecil dan
sangat tanggap terhadap gerakan, sedangkan yang bawah lebih
besar dan dipergunakan untuk menangkap bayangan. Mata
memiliki fungsi utama jika serangga dewasa makan atau
berhubungan dengan capung yang lain pada saat di udara.
(Uitgeverij, 2003: 37).
Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni.
Beberapa jenis capung ada yang mempunyai warna tubuh yang
mengkilap (metalik). Kedua pasang sayap capung berurat-urat.

Para ahli capung dapat mengidentifikasi dan membedakan


kelompok jenis capung dengan melihat susunan urat-urat pada
sayapnya. Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri.
Kaki capung tidak terlalu kuat oleh karena itu capung
menggunakan kakinya bukan untuk berjalan, melainkan untuk
berdiri (hinggap) dan mengangkap mangsanya. Kaki-kaki capung
yang ramping itu juga dapat membentuk kurungan untuk
membawa mangsanya. Capung (Odonata) biasanya dapat
mengangkap dan memakannya sambil terbang, sedangkan
capung jarum (Zygoptera) makan sewaktu hinggap (Shanti
Susanti, 1988: 3-4).
2.3 Gambaran Umum Jogja Adventure Zone (JAZ)
Jogja Adventure Zone (JAZ) adalah tempat outbond yang
dikelola oleh Primkopau VI Skadik 104 Wingdik Terbang Lanud
Adisutjipto. JAZ meliputi area seluas 50.000 m 2.. JAZ sering
dikunjungi oleh pelajar SD/SMP/SMA bahkan Mahasiswa dan
masyarakat umum untuk melakukan rekreasi maupun outbond.
Kondisinya yang masih alami dan lokasi yang dekat dengan kota
menjadikan JAZ sebagai destinasi yang ramai dikunjungi. JAZ
juga memiliki dua Kolam pancing dengan luas masing-masing
9.000 m2 dan 200 m2 (Tabah, 2013).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif menggunakan
metode Observasi (Sugiyono, 2012 : 199).
3.2
Prosedur Penelitian
3.2.1 Kegiatan Lapangan
1) Menentukan stasiun pengamatan pengambilan data
Pengambilan data dilakukan pada 3 stasiun yang terdiri dari 3
titik pengamatan (20 meter, 40 meter dan 60 meter) lalu
menghitung jumlah individu setiap jenis pada titik pengamatan
dan menangkap capung dengan insecnet lalu memasukkan data
ke tabel pengamatan.
2) Pengukuran kondisi klimatik dan edafik
a) Pengukuran suhu udara (menggunakan termometer)
b) Pengukuran intensitas cahaya (menggunakan alat lux
meter)
c) Pengukuran
kelembaban
udara
(menggunakan
Higrometer)
d) Pengukuran
kecepatan
angin
(menggunakan
Anemometer)
e) Pengukuran suhu tanah (menggunakan Soil Tester)
f)
Pengukuran pH Tanah (menggunakan Soil Tester)
3.2.2Kegiatan
Non-lapangan
penyusunan laporan.

Pengolahan

data

serta

3.3
Variabel Penelitian
Variabel yang akan diukur adalah komposisi jenis dan kondisi
abiotik yaitu suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban udara,
kecepatan angin, suhu tanah, dan pH tanah.
3.4
Teknik Pengambilan Data
Langkah-langkah pengambilan sampel :
a. Menyiapkan alat-alat untuk pengambilan sampel, yaitu
insectnet.
b. Pada setiap titik dalam stasiun dilakukan penjaringan
dengan
insectnet lalu foto morfologi tubuh capung
meliputi: kepala, bentuk mata, thorak, abdomen, venasi
sayap depan dan belakang.

3.5
Teknik Analisis dan Penyimpulan Data
a. Identifikasi Jenis Capung
Melakukan identifikasi jenis capung dengan menggunakan buku
identifikasi khusus serangga Capung (odonata) antara lain
Identification Guide To The Australian Odonata karangan
Theischinger, G., Odonata In: Insect of Australia (1991) dan The
Australian Dragonflies (1991). Kedua buku ini karangan Watson
J.A.L dan OFarrel.
b. Indeks Keanekaragaman (Index of Diversity)
Indeks Keanekaragaman Shannon-Weinner dihitung menurut
Odum (1998) :
H = - ni log ni
N
N
Keterangan :
H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Weinner
Ni = Jumlah individu dari suatu janis i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
Terdapat tiga kriteria keanekaragaman jenis serangga dari
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener:
1) Apabila nilai H < 1, maka keanekaragaman jenis
dikatakan rendah dan kondisi lingkungan dapat
dikatakan yang tidak stabil bagi capung
2) Apabila nilai H 1-3, maka keanekaragaman jenis
dikatakan sedang dan mengarah pada kondisi
lingkungan yang baik.
3) Apabila nilai H >3, maka keanekaragaman jenis
dikatakan tinggi dan merupakan kondisi lingkungan yang
stabil bagi capung.

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya PKM
No
Jenis Pengeluaran
Jumlah
.
Rp2.762.000,0
01. Peralatan penunjang
0
Rp2.070.000,0
02. Bahan Habis Pakai
0
03. Perjalanan/Transportasi
Rp460.000,00
Rp4.935.000,0
04. Lain-lain
0
Rp.10.227.000,
Jumlah
00
4.2 Jadwal Kegiatan
N
o.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kegiatan
Persiapan
Survey Lokasi
Pengembangan
Instrumen
Seminar
Instrumen
Pengambilan
data
Pengolahan
dan
analisis
data
Penyusunan
draft laporan
Pembuatan
Modul
Seminar hasil
Publikasi hasil
(kepada
pengelola,
pengunjung,

Bulan
Bulan Bulan Bulan
1
2
3
1 2 3 41 2341 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

11

12

dan
siswa
SMA)
Perbaikan
Laporan
Penggandaan
dan
Pengiriman
laporan

10

DAFTAR PUSTAKA
Tabah Heksanto. 2013. Spot Mancing Potensial di Jogja diunduhj melalui
http://pengenmancing.blogspot.com/2013/07/spot-mancing-potensial-dijogja.html pada tanggl 13 Seotember 2014
Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, edisi VI. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
G, Theischinger. 2009. Identification Guide To The Australian Odonata. Australia:
Department of Environment, Climate Change and Water NSW.
Kiany, M. And Minaei, K. 2009. The Dragonfly Family Libellulidae (Insecta:
Odonata: Anisoptera) of Shiraz and Itsvicinity (Fars Province, Iran).. Iran
Agricultural Reserch, Vol 1. Hlm. 66.
Romoser, W.S., Stoffolano, J.G. 1998. The Science of Entomology (fourth
edition). McGraww Hill Company. Singapore.
Shanti Susanti.1998. LIPI, Seri panduan lapangan : Mengenai Capung. Bogor:
Puslitbang Biologi-LIPI.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Susanto Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi. Bogor: Departemen Pendidikan
Nasional.
Watson, J.A.L., et al. 1991. The Australian Dragonflies, a Guide to the
Identification and Habitats of Australian Odonata. Australia CSIRO

Anda mungkin juga menyukai