Anda di halaman 1dari 20

BAHAN BANGUNAN I

BAHAN BANGUNAN DARI SEMEN

Nama

: Krishna Ikhsan Permana

NIM

: 121 121 056

Kelas

: Konstruksi Sipil-1B

Program studi konstruksi sipil


Jurusan teknik sipil
Politeknik negeri bandung
Bandung, Desember 2012
I.

Genteng beton

SNI 0096:2007 merupakan revisi dari SNI 03-0096-1999 mengenai


Genteng Beton . Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Industri
Kimia Anorganik dan dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 24
Maret 2004 di Jakarta.
1. Definisi
unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap terbuat dari
campuran merata antara semen portland atau sejenisnya dengan
agregat dan air
dengan atau tanpa menggunakan pigmen.
2. Syarat Mutu
a. Sifat tampak
Genteng harus mempunyai permukaan atas yang mulus, tidak
terdapat retak, atau cacat lain yang mempengaruhi pemakaian.
b. Ukuran
Ukuran bagian genteng dapat dilihat di Tabel 1.1,
Bagian yang Diuji
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.

Tebal
Bagian yang rata
Penumpangan
Kaitan
Panjang
Lebar
Tinggi
Penumpangan
Lebar
Kedalaman alur
Jumlah alur

Satuan

Persyaratan

mm
mm

Min. 8
Min. 6

mm
mm
mm

Min. 30
Min. 12
Min. 9

mm
mm
Buah

Min. 25
Min. 3
Min. 1

c. Kerataan
Kerataan maksimal 3 mm.
d. Beban Lentur
Genteng beton harus mampu menahan beban lentur minimal
seperti Tabel 1.2,

Tinggi Profil
(mm)

Genteng Interlok
Profil
t>20

Rata
20t5

Genteng non
Interlok

t<5

Lebar
Penutup
(mm)

30
0

20
0

30
0

20
0

30
0

20
0

Beban Lentur
(N)

2000

1400

1400

1000

1200

800

550

e. Penyerapan Air
Penyerapan air maksimal 10%.
f. Ketahanan terhadap rembesan air ( Impermeabilitas )
Tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bagian bawah
genteng dalam waktu 20 jam 5 menit.
3. Klasifikasi Genteng Beton
Genteng Beton terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a.
Genteng beton flat
b.
Genteng Beton bergelombang

4.

Cara Pembuatan
1.
Bahan baku dimasukan kedalam mesin pencampur melalui
ban berjalan
dengan komposisi campuran sbb : Semen
: pasir : Fly Ash = 10 : 20 : 3.
2.

Dalam mesin pencampur ini campuran digiling untuk


menghancurkan gumpalan yang ada sehingga campuran
menjadi
benar-benar
homogen.
Dimesin ini juga dicampurkan air sehingga mencukupi

5.

3.

Dari mesin pencampur campuran dimasukan kemesin press


untuk mencetak genteng beton tersebut.

4.

Keluar dari mesin Press genteng beton tadi di angin kan


selama 1 hari,
lalu direndam selama 5 hari dalam air.

5.

Genteng dianggap jadi setelah diangkat dari bak perendaman


dan dianginkan kembali selama 2 minggu.

6.

Proses selanjutnya adalah pemberian warna/ Coating pada


permukaan genteng. Pewarnaan ini dilakukan sesuai
dengan pesanan yang masuk.

Cara Pemasangan
1. Pembuatan Kuda-Kuda
Volume dihitung dengan satuan m3, yaitu panjang total bahan
dikalikan dimensi kayu yang dipakai. Contoh, panjang total
bahan yang digunakan untuk kuda-kuda adalah 25 meter
kayu yang digunakan 8/12 maka volume adalah 25 x 0.08 x
0.12 = 0.24 m3.untuk harga dapat dilihat analisa pekerjaan.
2. Pembuatan Gording.
Yang dimaksud dengan pembuatan gording adalah pembuatan
sambungan antara gording, satuan adalah m3, cara mencari
volume sama dengan cara mencari volume pada perhitungan
kuda-kuda.

3. Pembuatan Jurai.
Sama dengan pembuatan gording.
4. Pembuatan Balok Nok.
Sama dengan pembuatan gording, dan Jurai. Untuk ketiga item
pekerjaan tersebut dimensi kayu biasanya sama hanya letak saja
yang membedakan nama item pekerjaan.
5. Pasang Kuda-kuda.
Yang dimaksud pasang kuda-kuda biasanya disebut erextion
kuda-kuda, adalah
pemasangan kuda-kuda dilokasi

tempatnya kuda-kuda. Tidak membutuhkan material tambahan


karna kuda-kuda dipasang setelah dibuat. Biaya biasanya
diambil 50 % dari biaya pembuatan kuda-kuda. Begitu juga
untuk pemasangan jurai,gording,balok nok. Satuan volumenya
adalah m3.
6. Pasang Papan Suri.
Yang dimaksud dengan papan suri adalah, papan yang letaknya
diatas balok nok, yang berfungsi untuk menahan kerpus, ukuran
yg digunakan biasanya 2/20 dapat juga lebih kecil atau lebih
besar sesuai kebutuhan dilapangan. Satuan volumenya adalah
m.
7. Pasang Usuk.
Usuk biasanya menggunakan kayu ukuran 4/6 atau 5/7, yg
sering digunakan adalah kayu ukuran 5/7, untuk atap yg
menggunkan asbes atau seng tidak memakai
usuk,
cukup
dengan gording. Perhitungan usuk yaitu luas dengan satuan m2.
kebutuhan matererial dan upah lihat analisa pekerjaan.
8. Pasang Alumunium poil.
Pemasangan alumunium poil dimaksudkan untuk mengurangi
panas dan mencegah tampias saat terjadi hujan yang disertai
angin, bahan yang digunakan tidak mutlak alumunium poil,
dapat diganti dengan karpet atau seng plat. letak alumunium
poil adalah diantara usuk dan reng. Satuannya adalah m2.
9. Pasang Reng.
Reng ukuran yang digunakan ada dua macam yaitu 2/3 atau
,tergantung jenis
genteng yang dipakai, untuk genteng
keramik bisa menggunakan ukuran 2/3 ,
perhitungan reng
adalah sama dengan menghitung usuk yaitu luas dengan satuan
m2. (luas reng sama dengan luas dari usuk).
10.Pasang Genteng
Genteng ada beberapa jenis, akan tetapi yang umum adalah
genteng beton dan genteng keramik. Perhitungan volume adalah
luas dengan satuan m2. biasanya
sama dengan luas reng
maupun usuk.

6.
a.

Pengujian

Uji Beban Lentur


1. Menyiapkan bahan berupa genteng beton sebanyak 3 buah.
2. Mengukur dimensi benda uji panjang, lebar, tinggi dengan
alat pengukur panjang.
3. Mengatur jarak tumpuan selebar 30 cm atau letakkan benda
uji pada 2 tumpuan dimana jarak kedua tumpuan 30 cm.
4. Memasang benda uji pada mesin uji lentur, letakkan benda
uji pada tengah tengah peyangga, kemudian mesin
dinyalakan sampai sampel patah atau pecah dengan
kecepatan 20 30 kg/detik.
5. Mengoperasikan mesin uji dan mematikannya ketika
genteng patah atau retak.
6. Mencatat kuat lentur genteng maximum yang ditunjukkan
jarum penunjuk saat sampel pecah.
7. Mengeluarkan benda uji dan mengamati retakannya.

Keterangan :

1.Skala Pengukur
2.Jarum Penunjuk Skala
3.Bidang Penekan
4.Kayu Pembatas
5.Benda Uji Genteng
6.Landasan

b. Uji Rembesan Air


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui penyerapan air genteng
beton dengan penambahan serat ijuk.
1. Membuat mal berbentuk persegi panjang yang terbuat dari
seng, mal tersebut direkatkan pada genteng beton dengan
bantuan perekat yaitu lilin.
2. Setelah benar-benar merekat dan tidak ada celah lalu di
dalamnya di beri air
3. Kemudian didiamkan selama 20 jam 5 menit dan dilihat
apakah genteng beton tersebut terjadi rembesan.

c.

Uji
Penyerapan Air
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui penyerapan air genteng
beton.
1. Genteng beton di oven pada suhu 110C 5C
2. Selanjutnya ditimbang dalam keadaan kering oven
3. Genteng beton tersebut direndam dalam air selama 24 jam
4. Genteng ditimbang dalam keadaan basah dengan menyeka
permukaan genteng lebih dulu dengan lap.

Keterangan
berat genteng dalam keadaan basah
K
= berat genteng dalam keadaan
(gram)

W
=
(gram)
kering

II.

Bata Beton
1. Definisi
Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang
dibuat dari bahan utama semen portland, air dan agregat yang
digunakan untuk pasangan dinding. Bata Beton dibagi menjadi 2,
yaitu :
a.

Bata Beton Pejal


Bata yang memiliki penampang pejal 75 % atau lebih dari
luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal 75
% dari volume
bata seluruhnya.

b.

Bata Beton Berlobang


Bata yang memiliki luas penampang pejal lebih dari 25 %
dari luas
penampang seluruhnya dan volume lubang
lebih dari 25 % volume batas seluruhnya.

2. Klasifikasi
Baik Bata Beton pejal maupun berlubang dibagi menjadi :
a. Tingkat Mutu I
b. Tingkat Mutu II
c. Tingkat Mutu III
d. Tingkat Mutu IV
3. Syarat Mutu
a.
Pandangan Luar
Bidang permukaannya harus tidak cacat, rusukrusuknya siku satu terhadap yang lain dan sudut
rusuknya tidak mudah dirapihkan oleh jari tangan.
b.

Ukuran dan Toleransi


Ukuran dan Toleransi dapat dilihat di dalam Tabel
seperti di bawah ini,

Ukuran
Jenis

1. Pejal

390+3
-5

902

1002

2. Berlobang
a. Kecil

390+3
-5

b. Besar

390+3
-5

Tebal dinding
sekatan
lobang,
minimum
Luar Dalam
-

190+3 1002
-5

20

15

190+3 2003
-5

25

20

c.

Syarat Fisis

Syarat Fisis

Satuan

Kuat Tekan
Bruto *ratarata minimum

Kg/cm2

Kuat Tekan
Bruto masingmasing benda
uji *minimum
Penyerapan
Air rata-rata
*maksimum
4.

Tingkat Mutu
Bata Beton Pejal
I II II IV
I

Tingkat Mutu Bata


Beton Berlubang
I II III
IV

10
0

7
0

40

25

7
0

50

35

20

90

6
5

35

21

6
5

45

30

17

25

3
5

2
5

35

Kg/cm2

Cara Pembuatan
Berikut cara pembuatan bata beton :
1.
2.

Adukan beton dimasukkan ke dalam wadah.


Bagian bawah cetakan ditempatkan di bawah atap atau
tempat teduh.
3. Oli diberikan dibawah cetakan.
4. Alat tekan cetakan diletakkan di atas bagian bawah cetakan.
5. Alat tekan ditekan lurus ke bawah hingga bagian bawah
cetakan menyentuh lantai.
6. Cetakan ditekan, bagian bawah cetakan dipegang, dan
bagian atas cetakan perlahan diangkat.
7. Bagian bawah cetakan diletakkan di lantai.
8. Peralatan tekan diangkat dari bagian bawah cetakan.
9. Bata beton yang baru jadi didiamkan selama 1 hari ( tidak
boleh terkena sinar matahari langsung ).
10. Bata beton ditumpuk dan dilakukan curing selama
seminggu.
5.

Cara Pemasangan

a.

Chek posisi penempatan dinding yang akan


dikerjakan
dan
chek
kondisi
pondasi
penempatan dinding apakah sudah kondisi baik.

b.

Kondisi pondasi/ sloof harus bersih dan mempunyai alur


pengikatan antara sloof ke pasangan bata. Jika terdapat
kotoran atau lumpur pada sloof harus dibersihkan supaya
pengikatan dinding dengan sloof terikat dengan baik.
Demikian juga halnya pada kolom harus dipastikan tersedia
angkur untuk pengikatan ke dinding (biasanya angkur
menggunakan besi 10 mm yang ditanamkan ke kolom
sewaktu pengecoran dan muncul dengan panjang antara 15
20 cm).

c.

Jika kondisi sloof dan kolom sudah baik, kemudian lakukan


pembuatan garis benang pada bagian dinding yang akan
dipasangkan. Untuk garis lurus secara horizontal dilakukan
pembuatan benang pada salah satu sisi bagian pinggir bata
yang akan dipasang, dilakukan dengan penarikan benang
dari ujung ke ujung dinding. Untuk ketegakan dibuat
garis tegak lurus secara vertical terhadap benang horizontal
yang sudah dibuat, pembuatan garis vertical dapat dibuat
pada kolom yang ada ataupun pembuatan mal bantu dikedua
ujung dinding yang akan dipasangkan .

d.

Jika benang horizontal pada pemasangan awal sudah


terpasang. kemudain mulai memasang bata pada kedua
ujung bagian dinding yang akan dipasangkan , kemudian
dilanjutkan mulai satu demi satu hingga tercapai sambungan
dari ujung keujung. Lakukan pengecekan leveling diatas
batu bata yang sudah terpasang dan pastikan semua
pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Jika sudah rata
maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingkat
berikutnya. Harus dipasikan ketebal mortar harus tetap
sama dan demikian juga pengisian mortar antar bata harus
sama.

6.

e.

Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata,


maka untuk mendapatkan kerataan dapat dilakukan dengan
memukul ujung bata dengan pelan sampai bata tetap rata,
pemukulan dapat dilakukan dengan kondisi adukan masih
dalam keadaan basah. Jika adukan/ mortar sudah kering
maka mortar harus diambil dan diganti dengan
adukan/mortar baru.

f.

Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian,


kadang adukan/mortar ada yang berlebih atau sampai melelh
hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi
adukan berlebih harus segera di ratakan dengan
menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata ,
jangan biarkan sempat mengering karena hal ini sangat
mempengarui kerapian dan kerataan dinding
saat
pelaksanaan plesteran.

g.

Setelah mendapatkan beberapa tingkatan pasangan bata


yang sudah dipasangkan yang telah terhubung dari ujung
keujung bagian dinding yang dipasangkan, anda kemudian
harus menarik garis horizontal dari ujung keujung pada garis
vertical yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan dinding.
Pemasangan benang horizontal dapat dilakukan setiap 50 cm
. Pastikan anda tetap memasangkan dalam 1 garis lurus
sesuai denga benang yang dipasangkan sehingga didapatkan
ketegakan dinding yang baik dan kondisi pasangan tetap rapi
sampai posisi atas.

Cara Uji
a. Pengukuran Benda Uji
Dipakai 5 buah benda uji yang utuh. Sebagai alat pengukur
dipakai
kaliper/mistar sorong yang dapat mengukur
teliti hingga 1mm, setiap pengukuran panjang, lebar dan
tebal bata aau tebal dinding bata berlubang, dilakukan
paling sedikit 3x pada tempat yang berbeda-beda, kemudian
dihitung harga rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut.

Harga pengukuran dari 5 buah benda uji dilaporkan


mengenai ukuran rata-rata dan penyimpangannya.
b.

Pengujian Kuat Tekan


Dipakai 5 buah benda uji.
1.
Meratakan atau menerap bidang tekan
Bahan penerapan dibuat dari adukan 1 bagian semen
portland ditambah 1 atau 2 bagian pasir halus tembus
ayakan 0,3 mm. Pemakaian bahan penerap lain,
diperbolehkan asalkan kekuatannya sama atau lebih
tinggi dari kuat tekan batanya. Bidang tekan benda uji
( 2 bagian ) diterap dengan aduk semen sedemikian
rupa sehingga terdapat bidang yang rata dan sejajar
satu dan lainnya. Tebal lapisan perata/penerap kurang
lebih 3mm. Benda coba ditentukan kuat tekannya
apabila pengerasan lapisan penerap sedikitnya telah
berumur 3 hari.
2.

c.

Penentuan Kuat Tekan


Arah tekanan pada bidang tekan benda uji disesuaikan
dengan arah tekanan beban didalam pemakaian.
Benda uji yang telah siap, ditentukan kuat tekannya
dengan mesin tekan yang dapat diatur
kecepatan
penekanannya. Kecepatan penekanan dari mulai
pemberian badan sampai benda uji hancur diatur
sehingga tidak kurang dari 1 menit dan tidak lebih dari
2 menit. Kuat tekan benda uji dihitung dengan
membagi beban maksimum pada waktu benda uji
hancur, dengan luas bidang tekan bruto, dinyatakan
dalam kg/cm2. Kuat tekan tadi dilaporkan
masingmasing untuk setiap benda uji dan juga nilai rata-rata
dari 5 benda uji.

Penyerapan Air
Benda uji seutuhnya direndam dalam air bersih yang
bersuhu ruangan selama 24 jam. Kemudian benda uji
diangkat dari rendaman, dan air sisanya dibiarkan meniris
kurang lebih 1 menit, lalu permukaan bidang benda uji

diseka dengan kain lembab. Benda uji kemudian ditimbang


(A). Setelah itu benda uji dikeringkan dalam dapur
pengering pada suhu 105 derajat celcius sampai beratnya
pada dua kali penimbangan tidak berbeda lebih dari 0,2%
dari penimbangnya terdahulu (B). Selisih penimbangan
dalam keadaan basah dan alam keadaan kering adalah
jumlah penyerapan air dan dinyatakan dalam persen.

III.

Ubin Beton
1.

Definisi
Ialah unsur bangunan yang dibuat dari semen portland atau semen
sejenisnya, air, batu teraso dan pasir, dengan atau tanpa bahan
pengisi dan atau bahan pewarna, dicetak berbentuk lempengan
dan dipergunakan untuk
penutup lantai atau penutup
dinding.

2.

Cara Pembuatan

Ubin teraso terdiri dari lapisan atas (lapisan kepala, lapisan aus)
yang dibuat dari semen portland atau sejenisnya, air dan batu
teraso, dengan
atau tanpa bahan pengisi dan atau bahan
pewarna. Lapisan atas ini
teletak di atas lapisan dasar
(lapisan kaki) yang dibuat dari aduk semen Portland
atau
sejenisnya dan pasir. Di antara lapisan atas dan lapisan dasar
dapat diberi lapisan antara yang dibuat dari semen portland, air
dan pasir halus. Semua lapisan ini dicetak menjadi satu dan
dipadatkan.
3.

Syarat Mutu
a. Pandangan Luar
1.
Ubin harus padat, keras, kering, bidang permukaannya
tidak cacat dan nyaring suaranya bila diketuk dengan
benda keras.
2.
Lapisan atas/kepala ubin harus rata dan datar.
3.
Lapisan atas/kepala ubin bila dibasahi tidak boleh
menampakkan retak-retak rambut.
4.
Ubin-ubin
yang
sejenis/sekelompok
atau
sebentuk,warnanya harus sama rata.
5.
Ubin harus punya tepi dan rusuk yang cukup tajam
dan tidak cacat
6.
Ubin-ubin akhiran atau tepi (plint), rusuk membulat
atau menyerong harus mulus dan lurus. Bagian yang
akan tampak harus sesuai dengan lapisan kepala ubin.
7.
Tebal lapisan atas/kepala tidak kurang dari 5 mm.
8.
Pada bidang patahan tidak menunjukkan adanya
pemisahan antara lapisan lapisan.
b.

Ukuran
Ubin yang berbentuk bujur sangkar harus berukuran seperti
tercantum pada tabel.
Ukuran Rusuk (cm)

Tebal Minimum (cm)

20 x 20
25 x 25
30 x 30
40 x 40
50 x 50

2,0
2,4
2,6
3,0
4,0

Penyimpangan ukuran rusuk tidak melebihi 0,5%.


Penyimpangan
kesikuan ubin teraso antara sisi satu
dengan lainnya tidak boleh lebih
besar dari 0,5%.
c.

Kuat Lentur
Harga rata-rata dari paling sedikit 10 buah benda uji adalah
seperti tercantum pada tabel.

Mutu Tingkat
I
II
III

d.

Kuat Lentur rata-rata


minimum
35
30
25

Kuat Lentur masi


masing minimu
31
27
22

Ketahanan aus lapisan atas kepala


Mutu Tingkat

Ketahanan aus lapisan atas kepala


Habisnya
Ausan rataAusan
lapisan atas
rata
masingmenit kemaksimum
masing
maksimum

I
II
III
4.

Lebih dari 15
Lebih dari 8
Lebih dari 8

0,100
0,130
0,160

0,110
0,145
0,175

Cara Uji
a. Pandangan Luar
Dihitung berat rata-rata ubin dan diamati sifat-sifat ubin
tersebut.
Sepuluh
buah ubin diambil untuk diuji,
masing-masing ditimbang
beratnya dalam keadaan
kering sampai ketelitian 10 gram. Dari hasil penimbangan
dihitung harga rata-ratanya dalam kg sampai 2 desimal.
b.

Ukuran
Diperlukan kaliper dengan ketelitian pengukuran sampai 1
mm. Ambil sembarang dari 10 buah ubin yang diuji. Ukur
panjang dan lebar ( ukuran rusuk ) masing-masing ubin
paling sedikit 3 kali, yaitu pada bagian tengah dan 2
pengukuran pada bagian tepi rusuk dengan jarak 2 cm dari
ujung rusuk. Hasil pengukuran dari masing-masing ubn
dihitung
harga rata-ratanya dinyatakan dalam cm sampai
1 desimal. Penyimpangan ukuran masing-masing ubin
dinyatakan dalam % dan dihitung
harga
rata-ratanya.
Pengukuran tebal ubin dilakukan terhadap benda uji yang
telah patah pada uji kuat lentur. Setiap benda uji diukur
tebalnya pada bidang patahan serta diperhitungkan adanya
lekukan
karena pencetakan. Hitung tebal rata-rata setiap
benda uji dan tebal rata- rata dari 10 ubin yang diuji
dinyatakan dalam cm sampai 1 desimal.

c.

Kuat Lentur
Diperlukan mesin pelentur yang dapat memberi beban lentur
secara
teratur dengan ketelitian sampai 1 kg dan rol-rol
penumpu dan pisau
pelentur bergaris tengah antara 1530 mm. Benda yang diuji adalah 10 buah ubin yang telah
selesai dilakukan pengukuran panjang dan lebarnya

( ukuran rusuk ). Benda uji diletakkan


di atas dua rol
penumpu yang jaraknya 0,8 kali panjang benda uji. Agar
diperoleh peletakkan yang rata, antara permukaan benda uji
dan rol
penumpu dapat diberi lapisan karet yang
tebalnya antara 1 dan 2 mm.
Rol pelentur diletakkan tepat
ditengah-tengah jarak tumpuan. Antara
permukaan
benda uji dan rol pelentur dapat diberi lapisan karet. Benda
uji diberi beban lentur secara teratur dengan kecepatan 1 kg
per sekon sampai benda uji patah. Ukur tebal benda uji
pada penampang patahan
dan hitung tebal rata-rata
masing-masing benda uji dengan
memperhitungkan
pula adanya lekukan.

d.

Uji Ketahanan Aus


Benda Uji yang telah diukur dan telah ditimbang, diletakkan
pada tempatnya pada mesin pengaus, dibebani dengan
beban tambahan sebesar 3 1/3 kg. Bahan pengaus ialah
pasir kwarsa. Mesin pengaus dijalankan dan setelah
pengausan pertama berlangsung
1 menit, benda uji
diputar 90 derajat dan pengausan dilanjutkan. Setiap setelah
pengausan berlangsung 1 menit benda uji diputar 90 derajat,
dan hal ini dilakukan sampai pengausan berlangsung 5 x 1
menit. Selama
menit-menit pengausan, permukaan yang
diaus harus selalu diamati
setiap menit apakah lapisan
kepala ini telah ada yang habis. Benda uji yang lapisan
kepalanya tidak habis setelah pengausan selama 5 menit
dibersihkan dari debu dan serpihan kemudian ditimbang
sampai
ketelitian 10 mg. Jika sebelum pengausan
berlangsung 5 menit lapisan
kepala telah ada yang habis,
pengausan dihentikan pada menit terakhir habisnya kepala
lapisan, lalu dibersihkan dan ditimbang. Catat hasil
penimbangan ini dan hitung selisih berat benda uji sebelum
dan sesudah diaus. Bagi benda uji yang belum habis lapisan
kepalanya, pengausan
dapat dilanjutkan sampai habisnya
lapisan kepala atau sampai menit
ke -15.

5.

Cara Pemasangan
Caranya adalah bersihkan tempat atau lahan lantai yang mau
ditutup dengan teraso, sehinggga permukaannya menjadi rata dan
datar. Perhitungkan ukuran ketinggian finish agar tidak terjadi
kesalahan. Perlu diketahui, ukuran ubin dari teraso biasanya lebih
tebal dibanding dengan ubin lantai dari keramik.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan bahan yang diperlukan.
Untuk teraso yang mau dipasang di bagian luar atau eksterior,
biasanya menggunakan jenis yang permukaannya lebih kasar atau
pebble wash. Namun untuk keperluan ruang dalam atau interior
lebih banya yang memilih teraso dengan permukaan yang halus.
Jika sudah tersedia, oles teraso tersebut memakai bahan perekat
yang namanya adhesive. Bahan ini bisa didapatkan di toko besi
atau bahan bangunan. Adapun tujuannya adalah agar ubin teraso
tersebut nantinya bisa merekat secara sempurna dan tidak mudah
terlepas bila sudah kering.
Langkah berikutnya yaitu melakukan pengecoran. Proses
pekerjaan seperti ini tidak berbeda jauh dengan pembuatan plester
lantai biasa. Tapi sebelum dipasang ubin teraso harus digosok
dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga bisa menjadi lebih
padat dan halus.
Tujuan penggosokan ini yaitu untuk menghindari adanya rongga
atau lubang udara pada bagian yang masih kosong. Jika tidak
digosok, rongga tersebut bisa membuat permukaan teraso menjadi
retak serta mudah pecah. Barulah setelah itu teraso dipasang satu
persatu seperti memasang ubin lantai dari bahan keramik.

Anda mungkin juga menyukai