PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau
dengan dikelilingi oleh lautan yang luas. Terdiri dari sekitar 13.667 pulau, dengan
luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan lautnya mencapai 3.257.483 km 2
(belum termasuk perairan ZEE). Panjang garis pantainya mencapai 81.497 km 2;
merupakan garis pantai terpanjang di dunia. Jika ditambah dengan ZEE, maka
luas perairan Indonesia sekitar 7,9 juta km2 atau 81% dari luas keseluruhan.
Kondisi geografis indonesia yang berupa kepulauan mengakibatkan
transportasi udara dan laut sangat diperlukan untuk mobilitas masayarakat. Mode
transportasi laut menjadi lebih dominan bila dibandingkan dengan transportasi
udara. Masyrakat biasanya menggunakn kapal sebagai sarana transportasi murah
yang bisa menghubungkan daerah yang berbeda pulau.
Pelayaran
Nasional
Indonesia (Pelni)
adalah maskapai
hanya mencapai
0,9%. Hal ini menyebabkan krisi energi yang melanda berbagai negara seperti
Indonesia yang rentan terhadap risiko terjadinya krisis energi dunia.
Tahun 1980 Indonesia bekerjasama dengan Jerman mengembangkan kapal
layar bermotor KLM. Maruta Jaya 900 DWT pengangkut roro yang dilengkapi
dengan teknologi layar sebagai penggerak utama dan motor DC sebagai sarana
bantu mesin. Kapal yang memanfaat-kan energi angin dengan layar jenis rigid
adalah kapal tanker Sin Aithoko Maru, dengan luasan layar 200 m 2 telah mampu
mengurangi konsumsi bahan bakar kapal sampai 10%.
Wingsail merupakan teknologi yang tidak baru lagi didunia perkapalan,
namun penggunaannya untuk alat transportasi laut umum masih jarang digunakan.
Wingsail sebenarnya mempunyai fungsi yang sama dengan layar. Perbedaannya
adalah wingsail merupakan layar rigid yang mempunyai efisisiensi yang lebih
baik bila dibandingkan soft sail yang biasa digunakan oleh para penjelajah untuk
berekpedisi.
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan karya tulis ini adalah :
a.
b.
c.
d.
1.3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Kapal roro
Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan
masuk kedalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri
juga sehingga disebut sebagai kapal roll on - roll off disingkat Ro-Ro, untuk itu
kapal dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan moveble bridge
atau dermaga apung ke dermaga.
Kapal yang termasuk jenis roro antara lain:
Kapal penyeberangan atau ferry yang melayani lintasan tetap seperti lintas
merak-bakauheni, lintas ujung-kamal, lintas ketapang-gilimanuk, lintas
padangbay-lembar dan berbagai lintas lainnya.
adalah km. Satya kencana 1, km. Kirana iii, km. Kirana ii, km. Kirana ix, km.
Mustika kencan ii, dan masih banyak lagi kapal roro di indonesia.
2.1.2. Wingsail
Dikembangkan pada pertengahan hingga akhir abad ke-20, ' wingsail '
adalah struktur airfoil rigid yang dirancang untuk menggantikan layar kain pada
kapal berlayar . Wingsail menawarkan efisiensi yang sangat tinggi dan sederhana
dalam segi teknis. Pada Krisis Energi awal tahun 1970 hingga kini , banyak
desainer melihat wingsail sebagai teknologi kunci untuk mengurangi biaya bahan
bakar kapal laut besar transportasi seperti kapal roro, meskipun pembuat kapal
komersial tetap enggan untuk mencoba teknologi ini . Pada kapal kelas yacht
kapal, wingsail telah sering dimanfaatkan hingga sampai saat ini , bahkan oleh
orang-orang dari Cousteau Society, juga menunjukkan kepraktisan teknologi ini .
Namun, sampai sekarang teknologi ini masih jarang sekali digunakan di kapal
komersial.
Ada banyak wingsail di dunia pelayaran sekarang sudah dikembangkan
seperti : walker wingsail, boatex wingsail, rigid-plain flap, dan split-plain flap.
Boatex wingsail merupakan jenis wingsail dengan coefficient lift terbesar yakni
lebih dari 3. Berikut ini merupakan perbandingan peforma dari berbagai wingsail.
Tabel 1. Peforma berbagai jenis layar
2.2.
PENELITIAN TERDAHULU
Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Mrten Silvanius dari Royal
Institute of technology (KTH) dengan objek kapal Pure Car Truck Carrier
(PCTC) Fedora diketahui beberapa data daya yang dihasilkan oleh masing-masing
teknologi pemanfaat angin.
Dengan spsesifikasi pembangkit propulsi angin sebagai berikut
Tabel 2. Spesifikasi Wind Tecnologi yang di UJI pada kapal Fedora
Pada wingsail terdapat gaya yang merupakan resultan dari gaya dag dan
lift yang akhirnya memberikan dorongan kearah trust yang merupakan arah
gerakan kapal. Untuk menghitung thrust digunakan rumus sebagi berikut
THRUST = Lift X (cos(90- x (sin( 90- )
Dari data yang didapatkan dari hasil penelitian oleh daidapatkan grafik
perbandingan antara RFR dengan kecepatan angin pada wingsail cat rig, dan
motor lisrik
Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa wingsail mampu meberikan
kontribusi besar untuk kapal kapal yang mempunyai roro deathweight ton lebih
dari 40000, sedangkan cat rig akan memberikan manfaat lebih pada CDWT
sekitar 2000.
BAB III
PROSEDUR KEGIATAN
BAB IV
10
Pada data diatas kecepatan angin terbesar diindonesia terdapat pada daerah
daerah wilayah timur indonesia sekitaran Sulawesi nusa tenggara dan papua.
Berdasarkan data ini dapat diambail acuan kapal-kapal mana saja yang paling
cocok diterapkan sistem propulsion assist dengan menggunakan tenaga wingsail.
Wilayah Makasar, Nusa tenggara dan Papua mempunya kisaran angin diatas 4,6
m/s. kecepatan angin ini akan disimulasikan pada aplikasi CFD untuk mengetahui
efek gaya pada wingsail dengan variasi sudut serang tertentu.
Kapal roro yang dilengkapi dengan wingsail akan lebih efektif apabila di
operasikan melalui rute indonesia timur. Dengan kecepatan angin diatas 4,6 m/s
maka akan memberikan gaya yang lebih besar apabila dibandingkan
penggunaanya di rute Sumatra jawa dan Kalimantan.
4.2. Uji CFD pada wingsail berkode NACA 0012 untuk mengetahui efek
lift dan drag yang terjadi
Dari simulasi CFD didapatkan data sebagai berikut
a. CFD pada sudut Serang 10o
11
Tabel 4. gaya yang dihasilkan pada wingsail dnegan sudut serang 20o
12
c.
Gambar 11. analisis CFD pada wingsail dengan sudut serang 30o
Tabel 5. gaya yang dihasilkan oleh wingsail dengan sudut serang 30o
Gambar 12. CFD analisis pada wingsail dengan sudut serang 40o
dan kecepatan angin 4 m/s
Tabel 6. gaya yang dihasilkan oleh wingsail dengan sudut serang 40o
13
Gambar 13. CFD analisis pada wingsail dengan sudut serang 50o
dan kecepatan angin 4 m/s
Tabel 7. gaya yang dihasilkan oleh wingsail dengan sudut serang 50o
Gambar 14. CFD analisis pada wingsail dengan sudut serang 60o dan kecepatan
angin 4 m/s
Tabel 8. gaya yang dihasilkan oleh wingsail dengan sudut serang 60o
14
Gambar 15. CFD analisis pada wingsail dengan sudut serang 80o dan kecepatan
angin 4 m/s
15
Tabel 9. gaya yang dihasilkan oleh wingsail dengan sudut serang 80o
Gambar 16. CFD analisis pada wingsail dengan sudut serang 90o dan kecepatan
angin 4 m/s
Tabel 10. gaya yang dihasilkan oleh wingsail dengan sudut serang 90o
8.33x106
didapatkan gaya maksimum pada sudut serang antara 60o sampai 70o.
4.3. Desain
4.3.1. KONSEP WINGSAIL PADA KAPAL RORO DAN RORO
Pada beberarapa penilitian wingsail memberikan tenaga yang lebih baik dari
pada beberapa teknologi lain yang juga memanfaatkan energi angin, seperti
halnya turbin angin dan laying-layang.
Pada kapal PCTC Fedora, pemanfaatan wingsail mampu mengurangi
penggunaan bahan bakar sebesar 10% dari penggunaan bahan bakar total tanpa
wingsail.
16
17
Wingsail yang diterapkan pada kapal roro bisa berbagai macam tipe.
Dalam perkembangannya kini sudah ada wingsail yang dapat dilipat, ditekuk dan
sanggup menentukan sudut serangnya secara automatis sesuai arah angin untuk
mendapat gerakan yang diinginkan.
Desain wingsail ship yang ditawarkan seperti pada gambar, terdapat
rangkaian wingsail yang membantu sistem propulsi kapal. Jumlah wingsail harus
diperhitungkan sesuai dengan berat maksimum yang dapat diterima oleh kapal
roro. Ketinggian dari Wingsail juga harus menjadi focus lebih lanjut karena akan
sangat memeprngaruhi perubahan pusat gravitasi yang akan berpengaruh besar
pada keseimbangan kapal.
18
BAB V
Penutup
4.1. Kesimpulan
Teknologi wingsail adalah pemecah masalah paling mudah untuk
diterapkan bila dibandingkan koneversi energi minyak ke gas pada sistem energi
perkapalan. Penggunaan wingsail sanggup menrrgurangi konsumsi bahan bakar
hinga 10% dengan mengurangi konsumsi bahan bakar 10% berarti produksi emisi
CO2 pada mesin kapal kurang lebih 10 %. Penggunaan wingsail akan lebih efektif
bila diterapkan pada daerah-daerah berangin kencang seperti wilayah timur
Indonesia.
4.2. Saran
Penerapan sistem ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun
pengaruh pengurnagan bahan bakar hingga 10% pada kapal PTCT fedora bisa
dijadikan acuan bahwa sistem ini mempunyai potensi yang lebih. Sistem ini akan
berfungsi secara maksimal apabila diabntu beberapa teknologi ramah lingkungan
lainnya seperti Photo Voltaic sebagai pembantu tenaga propulsi kapal sekaligus
memberikan listrik untuk keperluan navigasi dan penerangan.
19
Daftar Pustaka
Silvanius M., 2009,Wind assisted propulsion for purecar and truck carriers. KTH
Centre for Naval Architecture.
Ockels W.J. Laddermill-sailing,Ship propulsion by wind energy independent
from the wind direction. Faculty of Aerospace Engineering, Delft University of
Technology. Netherlands.
Sulisetyono A. Nasirudin A., Kusuma R.I., Rancang bangun kapal hibrid
trimaran sebagai Angkutan penumpang antar pulau. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya
Bergeson l., Greenwald C.K., Sail Assist Developments 1979-1985 .Journal of
Wind Engineering and Industrial Aerodynamics, 19 (1985) 45--114. Netherland
20