Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Sarana Dan Prasarana

Posted on March 17, 2009. Filed under: Uncategorized | Tags: manajemen sarana
dan prasaran |

1. DKI JAKARTA
Masih Banyak Gedung Sekolah Perlu Dibenahi

Meski secara umum fasilitas pendidikan di DKI Jakarta yang terbaik di Indonesia,
toh masih ada dan bahkan masih banyak gedung sekolah yang perlu dibenahi.
Dalam kaitan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, sebanyak 820 gedung
sekolah negeri di DKI belum berstandar internasional.

Model sekolah berstandar internasional antara lain dilengkapi fasilitas penunjang


pendidikan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 24
Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Taufik Yudhi Mulyanto, di Balai Kota,
mengatakan, 1.689 gedung sekolah negeri yang belum menjadi sekolah standar
internasional itu terdiri dari ratusan gedung SD negeri dan SMP negeri serta
puluhan SMA negeri dan SMK negeri. Sarana penunjang standar internasional
antara lain ruang serbaguna, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS),
perpustakaan, laboratorium, dan ruang kecakapan siswa.

Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi
DKI Didi Sugandi menambahkan, untuk pembangunan gedung sekolah ke depan
akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang distandarkan permendiknas
tersebut.

Sementara itu, gedung sekolah yang rawan ambruk di DKI dengan tingkat
kerusakan 65 persen tercatat sebanyak 306 gedung (18 persen) dan
direkomendasikan untuk direhabilitasi total. Sedangkan gedung sekolah yang
perlu direhabilitasi berat sebanyak 274 sekolah dan sudah direkomendasikan
direhab. Gedung sekolah yang rusak sedang sebanyak 220 gedung.

Selain itu, tercatat 256 sekolah dengan kondisi kekurangan daya tampung,
terutama sekolah di daerah pinggiran atau di perbatasan Depok, Tangerang, dan
Bekasi. Sedangkan 132 gedung sekolah, lokasinya berada di daerah banjir.

Ini akan diprogram untuk sekolah panggung, kata Taufik. Nah, untuk sekolah
yang belum memiliki surat kepemilikan tanah atau sertifikat, tercatat 849
sekolah, dan yang status tanahnya sengketa 24 sekolah, kata Didi.

Gedung SDN, SMPN, SMAN, dan SMKN yang direkomendasikan untuk direhab
untuk memenuhi standar sarana prasarana pendidikan, sesuai Permendiknas No
24 Tahun 2009, kriterianya adalah usia bangunan di atas 30 tahun, rawan
ambruk, konstruksi belum standar, masih menggunakan bahan kayu dan sudah
rapuh, serta belum memiliki ruang penunjang, seperti perpustakaan,
laboratorium, UKS, ruang keterampilan, dan tempat ibadah.

Anggaran yang diusulkan tahun 2009 untuk rehab total 306 gedung sekolah
mencapai Rp 542 miliar untuk 88 lokasi. Anggaran tersebut termasuk pengadaan
perabot sebesar Rp 20,3 miliar di 15 lokasi. Namun, realisasi anggarannya hanya
Rp 233 miliar untuk 38 lokasi sekolah. Anggaran itu termasuk pengadaan
perabot Rp 7 miliar untuk 6 lokasi. Didi menegaskan, biasanya sudah diiringi
dengan anggaran pengadaan perabotnya. Karena itu, sekolah dilarang
membebankan pengadaan mebeler kepada orangtua murid. Kalau ada sekolah
yang mengenakan pungutan untuk kepentingan pengadaan mebeler, itu
pelanggaran, kata Didi.

2. 820 gedung sekolah di DKI Jakarta belum berstandar Nasional

Sebanyak 820 gedung sekolah negeri di DKI Jakarta belum berstandar


internasional. Model sekolah standar internasional antara lain dilengkapi sarana
penunjang pendidikan sesuai Permendiknas No. 24 tahun 2008 tentang standar
sarana dan prasarana pendidikan.

Kepala Disdik (Dinas Pendidikan) DKI Jakarta, Taufik Yudhi di Balaikota, dari 1.689
gedung sekolah negeri yang belum menjadi sekolah model meliputi 660 SDN,
105 SMPN, 28 SMAN dan 16 SMKN. Sarana penunjang standar nasional antara
lain ruang serbaguna, ruang UKS, perpustakaan, laboratorium, ruang kecakapan.

Sementara Kabid Sarana dan Prasarana Disdik DKI Jakarta, Didi Sugandi
menambahkan, untuk pembangunan gedung sekolah ke depan akan dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang distandarkan Permendiknas.

Gedung sekolah yang rawan ambruk di DKI Jakarta dengan tingkat kerusakan 65
persen tercatat 306 sekolah (18 persen) dan direkomendasikan untuk direhab
total. Gedung yang perlu direhab berat 274 sekolah dan sudah direkomendasikan
direhab serta rusak sedang 220 sekolah.

Selain itu, tercatat 256 sekolah dengan kondisi kekurangan daya tampung
terutama sekolah di daerah pinggiran atau diperbatasan Detabek (Depok,
Tangerang dan Bekasi). Di musim hujan ini ada 132 gedung sekolah yang
lokasinya di daerah banjir.

Ini akan diprogram untuk sekolah panggung, ucap Taufik. Nah, untuk sekolah
yang belum memiliki surat kepemilikan tanah atau sertifikat tercxatat 849
sekolah dan yang status tanahnya sengketa 24 sekolah, tambah Didi.

Gedung SDN, SMPN, SMAN dan SMKN yang direkomendasikan untuk direhab
memenuhi standar sarana prasarana pendidikan sesuai permendiknas No. 24
tahun 2009 dengan kkreteria usia bangunan di atas 30 t6ahun, rawan ambruk,
konstruksi belum standar masih menggunakan bahan kayu dan sudah rapuh
serta belum memiliki ruang penunjang seperti perpustakaan, laboratorium, UKS,
ruang keterampilan dan tempat ibadah.

Anggaran yang diusulkan tahun 2009 untuk rehab total 306 gedung sekolah
mencapai Rp 542.376.502.708 untuk 88 lokasi. Anggaran tersebut termasuk
pengadaan perabot Rp 20.306.910.200 di 15 lokasi. Namun realisasi
anggarannya hanya Rp 233.059.346.361 untuk 38 lokasi sekolah. Anggaran itu
termasuk pengadaan perabor Rp 7 miliar untuk 6 lokasi.

Menjawab pertanyaan soal apakah setiap program rehab satu paket dengan
pengadaan mebeler, Didi menegaskan, biasanya sudah diiringi dengan anggaran
pengadaan perabot. Karena itu, sekolah dilarang membebankan pengadaan
mebeler ke orangtua murid.

3. Pengertian Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam


Manajemen
Sebagaimana dicatat dalam Encyclopedia Americana manajemen merupakan
the art of coordinating the ele-ments of factors of production towards the
achievement of the purposes of an organization, yaitu suatu seni untuk
mengkoordinir sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
(www.bpkpenabur.or.id). Sumber daya organisasi tersebut meliputi
manusia(men), bahan baku(ma-terials) dan mesin machines). Koordinasi
dimaksudkan agar tujuan organisasi bisa dicapai dengan efisien sehingga dapat
memenuhi harapan berbagai pihak (stake-holders) yang mempunyai
kepentingan terhadap organisasi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran (Depdikbud, 1988).
Disisi lain manajemen sering dikatakan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan
sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu
bidang penegetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena
manajemen mencapai sasaran melaui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjaalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para
profesional dituntun oleh suatu kode etik (Fattah, 2003: 1).

Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususunya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, sekolah islam, jalan menuju sekolah
islam, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar,
seperti taman sekolah islamuntuk pengajaran biologi, halaman sekolah islam,
sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana
pendidikan (Mulyasa, 2007: 49)
Menurut (buku) pedoman penjaminan mutu akademik Universitas Indonesia,
prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau
usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Sedangkan sarana pendidikan
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai
maksud atau tujuan.

Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Dari beberapa uraian diatas, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.( bafadal,2003). Definisi ini
menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu
didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah.
Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di
sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan
prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena
keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses
pembelajaran di sekolah.
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses
sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu :
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan
pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan
cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses
pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat,
peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti ; ruang, perpustakaan,
kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang laboratorium, dll.

Tujuan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam


Tujuan daripada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk
memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana
pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan
efisien. Berkaitan dengan hal ini. Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci
tentang tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :
1. Untuk mengupayakan pengadaan saraan dan prasarana sekolah melalui
sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga
sekolah memiliki sarana dan prasana yang baik, sesuai dengan kebutuhan
sekolah, dan dengan dana yang efisien.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat
dan efisien.
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan, sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap dperlukan oleh
semua pihak sekolah.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan


sekolah/ sekolah islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi
yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di sekolah islam. Di

samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai
secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan
pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai
pelajar.

Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam


Dalam Mengelola Sarana dan prasarana sekolah, terdapat sejumlah prinsip yang
perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip
tersebut menurut Bafadal (2003) adalah :
1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personel
sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah.
2. Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
harus di lakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan
sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah.
Demikian juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi
pemborosan.
3. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasana pendidikan di
sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan
petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepda personel sekolah yang mampu
bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam
manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang
jelas untuk setiapa personel sekolah.
5. Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah
yang sangat kompak.

Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam


Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan
aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan,
inventarisasi, serta penghapusan sarana dan prasarana pendidikan islam. Hal ini
menunjukkan bahwa perlu adanya suatu proses dan keahlian di dalam
mengelolanya. Dan tindakan prefentif yang tepat akan sangat berguna bagi
instansi terkait.
Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam yang akan dibahas
disini berkaitan erat dengan : 1. perencanaan sarana dan prasarana pendidikan

islam. 2. pengadaan sarana dan prasarana pendidikan islam. 3. inventarisasi


sarana dan prasarana pendidikan islam. 4. pengawasan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan islam. 5. pengahapusan sarana dan prasarana
sekolah.

Perencanaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam


Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan islam merupakan suatu proses
analisis dan penetapan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran
sehingga muncullah istilah kebutuhan yang diperlukan (primer) dan kebutuhan
yang menunjang. Dalam proses perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat
dan teliti baik berkaitan dengan karakteristik sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, jumlahnya, jenisnya dan kendalanya (manfaat yang didapatkan),
beserta harganya. Berkaiatan dengan ini Jones (1969) menjelaskan bahwa
perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali
dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogaramkan di sekolah
menurut Sukarna (1987) adalah sebagai berikut :
1. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan
oleh setiap unit kerja dan atau mengiventarisasi kekurangan perlengkapan
sekolah.
2. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu,
misalnya untuk satu triwulan atau satau ajaran.
3. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan
yang tersedia sebelumya.
4. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang
tersedia. Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk
pengadaan semua kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi
terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan denagn
melihat urgensi setiap perlengkapan yang diperlukan. Semua perlengkapan yang
urgen didaftar dan didahulukan pengadaannya.
5. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan
dana atau anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi lagi dengan
melihat skala prioritas.
6. Penetapan rencana pengadaan akhir.

Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah


Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah
kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun oleh sekolah
sebelumnya.

Sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan


berbagai cara, antara lain adalah :
1. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan
pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan denagn
cara lain.
2. Pengadaan sarana dan prasarana sekola dengan cara membeli baik secara
langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.
3. meminta sumbangan dari wali murid atau mengjukan proposal bantuan
pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak
mengikat.
4. pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat
lain.
5. pengadaan perlengkapan sekolah denag cara tukar menukar barang yang
dimiliki dengan barang lainyang dibutuhkan sekolah.
Memilih sarana dan prasana pendidikan islam bukanlah berupa resep yang
lengkapa dengan petunjuk-petunjuknya, lalu pendidik menerima resep itu begitu
saja. Sarana pembelajaran hendakanya direncanakan, dipilih dan diadakan
dengan teliti sesuai dengan kebutuhan sehingga penggunaannya berjalan
dengan wajar. Untuk itu pendidik hendaknya menyesuaikan dengan sarana
pembelajaran dengan faktor-faktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah yang
hendak dicapai, media apa yang tersedia, pendidik mana yang akan
mempergunakannya, dan yang peserta didik mana yang di hadapi. Faktor lain
yag hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan sarana pembelajaran adalah
kesesuaian dengan ruang dan waktu.

Inventarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-barang
melik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuanketentuan taau pedoman-pedoman yang berlaku. Hal ini sesuai dengan
keputusan menteri keuangan RI Nomor Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang
milik negara beruapa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang
bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barangbarang dibawah penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang
berada di dalam maupun luar negeri.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut
Bafadal (2003) meliputi :
1. Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan didalam buku
penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.

2. Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang


inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau
menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang
inventaris. Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal
kembali semua perlengkapan pendidikan di sekolah baik ditinjau dari
kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis golongannya. Biasanya kode
barang itu berbentuk angka atau numerik yang menunjukkan departemen,
lokasi, sekolah, dan barang.
3. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris
harus dilaporkan. Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi
barang. Pelaporan dilakukan daalm periode tertentu, sekali dalam satu triwulan.
Dalam satu tahun ajaran misalnya, pelaporan dapat dilakukan pada bulan juli,
oktober, januari, dan april tahun berikutnya.

Pengawasan Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah


Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan
oleh pimpinan organisasi. Berkaitan denagn sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan.
Pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel
sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan
prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses
pembelakarandi sekolah.
Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan
aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang
dibutuhkan oleh persnel sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi sia pakai ini
akan sangat membantu terhadap kelancaran proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua perlengkapan yang ada di
sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan agar dapat
diperdayakan dengan sebaik mungkin.
Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah jika ditinjau
dari sifat maupun waktunya terdapat beberapa macam, yaitu : 1. ditinjau dari
sifatnya, yaitu : pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan
ringan dan perbaikan berat, 2. ditinjau dari waktu pemeliharaannya, yaitu :
pemeliharaan sehari-hari (membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan
pemeliharaan berkala seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku,
genteng, dan perabotan lainnya.

Pengahapusan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah


Pengahapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan meniadakan
barang-barang milik lembaga ( bisa juga milik negara) dari daftar inventaris

denagn cara berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah satu


aktivitas dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan, penghapusan
bertujuan untuk : 1. mencegah dan membatasi kerugian yang lebih besar
sebagai akibat pengeluaran dana untuk perbaikan yang perlengkapan yang
rusak. 2. mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan yang tidak
berguna lagi. 3. membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan
pengamanan. 4. meringankan beban inventaris.
Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan terhadap
perlengkapan sekolah. Namun perlengkapan yang akan dihapus harus
memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan. Demikian pula prosedurnya
harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Barang-barang
yang memenuhi syarat untuk dihapus adalah:
1. Barang-barang dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan
lagi.
2. Barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
3. Barang-barang kuno yang penggunaannya sudah tidak efisien lagi.
4. Barang-barang yang terkena larangan.
5. Barang-barang yang mengalami penyusustan di luar kekuasaaan pengurus
barang.
6. Barang-barang yang pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya.
7. Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi.
8. Barang-barang yang dicuri.
9. Barang-barang yang diselewengkan.
10. Barang-barang yang terbakar dan musnah akibat bencana alam.
Dalam penghapusan barang ini, kepala sekolah beserta stafnya hendaknya
mengelompokkan dan mendata barang-barang yang akan dihapus, kemudian
mengajukan usulan penghapusan beserta lampiran jenis barang yang akan
dihapus ke Diknas/Depag. Setelah SK dari kantor pusat tentang penghapusan
barang sesuai berita acara yang ada. Penghapusan barang ini dapat dilakukan
dengan cara pemusnahan atau pelelangan.
Lain-Lain
Masalah lain yang perlu diperhatikan ialah perusakan yang sering dilakukan leh
siswa gatal tangan. Perilaku ini banyak penyebabnya, antara lain adanya rasa
kurang aman, frustasi, balas dendam karena mersakan ketidak adilan, dan
perkelahian antar kelompok. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :

1. Bangkitkan rasa bangga akan keindahan, keunikan sekolah. Ini harus


dicontohkan oleh kepala sekolah, guru, dan aparat lainnya. Ajaran agama
tentang kebersihan dapat membantu disini.
2. Siapkan bangunan dalam kondisi prima padsa tahun ajaran baru. Itu dilakukan
dalam liburan sekolah. Dinding dibersihkan, bangku dan lain-lain demikian juga.
Anak-anak yang masuk pada hari-hari pertama tidak lagi melihat coret-coretan
pada dinding atau pada bangkunya. Ini akan ada pengaruhnya.
3. Ketertiban di kelas harus terkendali. Hal-hal kecil jangan di biarkan. Kadangkadang tanpa diketahui hal kecil itu berkembang menjadi persoalan besar.
4. Jangan mengatakan bahwa anak-anak itu nakal hanya karena membuat
coretan pada dinding. Lebih bijak memanggilnya, dan guru menghapus coretan
itu bersama anak itu tadi. Boleh dinasehati agar tidak membuat coretan lagi.
Dalam hal menggulangi kenakalan pelajaran, fungsi guru agama diperkirakan
cukup besar. Kerja sama guru agama dengan seleruh aparat sekolah perlu
dicatat.
Pemeliharaan sarana dan prasarana sebenarnya memerlukan dana yang cukup
besar, ini tidak bisa dihindari. Tujuannya antara lain supaya sarana dan
prasarana tidak cepat rusak, disebabkan pengaruhnya besar pada kesuksesan
Pendidikan Islam.

4. Minim, Perpustakaan di Tingkat Pendidikan Dasar

Selasa, 13 Januari 2009 | 22:52 WIB

http://www.kompas.com/read/

JAKARTA, SELASA Fasilitas perpustakaan sebagai salah satu sarana dan


prasarana di sekolah yang penting untuk meningkatkan mutu pendidikan masih
rendah. Kondisi perpustakaan yang memprihatinkan, baik soal ruangan
perpustakaan maupun koleksi buku-buku yang tersedia, justru terjadi di tingkat
pendidikan dasar.

Dari data Departemen Pendidikan Nasional, pada 2008 tercatat baru 32 persen
SD yang memiliki perpustakaan, sedangkan di tingkat SMP sebanyak 63,3
persen. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan penambahan ruang
perpustakaan di sekolah-sekolah pada jenjang pendidikan dasar sekitar 10
persen.

Yanti Sriyulianti, Koordinator Education Forum, di Jakarta, Selasa (13/1),


mengatakan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai standar
nasional merupakan tanggung jawab pemerintah. Masyarakat bisa menuntut
pemerintah pusat dan daerah jika terjadi kesenjangan mutu pendidikan akibat
sarana dan prasarana yang timpang di antara perkotaan dan pedesaan atau di
antara sekolah-sekolah yang ada.

Perpustakaan yang merupakan salah satu tempat untuk siswa dan guru mencari
sumber belajar belum dianggap penting. Keberadaan perpustakaan hanya
sekadar memenuhi syarat tanpa memperhatikan bagaimana seharusnya fasilitas
perpustakaan disediakan dan bagaimana menjadikan perpustakaan sebagai
tempat yang menyenangkan bagi siswa dan guru untuk menumbuhkan minat
baca.

Abbas Ghozali, Ketua Tim Ahli Standar Biaya Pendidikan Badan Standar Nasional
Pendidikan, mengatakan pendidikan dasar di Indonesia yang diamanatkan
konstitusi untuk menjadi prioritas pemerintah masih berlangsung ala kadarnya.
Pemerintah masih berorientasi pada menegejar angka statistik soal jumlah anak
usia wajib belajar yang bersekolah, sedangkan mutu pendidikan dasar masih
minim.

Padahal, soal sarana dan prasarana pendidikan di setiap sekolah untuk


meningkatkan mutu pembelajaran itu sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar nasional sarana dan prasarana. Peraturan
ini memberi arah soal keberadaan perpustakaan di setiap sekolah

Anda mungkin juga menyukai