Anda di halaman 1dari 63

Laporan Kerja Praktek

PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK


1. UJI FUNGSI HATI
a. SGOT
Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT) atau Aspartat Amino
Transferase / Aspartat Transaminase (AST / ASAT) adalah enzim yang
banyak terdapat di sel miokard dan hati serta dalam jumlah kecil di
muskuloskeletal, ginjal, pankreas, otak dan eritrosit.
Tes GOT adalah tes untuk menetapkan kadar GOT darah dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-

Membantu diagnosis dan evaluasi penyakit hati dan penyakit jantung.

Memantau efek obat yang hepatotoksik dan nefrotoksik.

Prosedur:
1. PRA ANALITIK
1.1 Persiapan Pasien : Hindari zat atau obat yang mempengaruhi kadar
protein total.
Hindari latihan fisik yang berat sebelum pengambilan sampel.

Hindari obat atau zat yang dapat mempengaruhi kadar GOT misalnya salisilat
dan alkohol.
1.2 Persiapan Sampel : Hindari hemolisis
1.3 Alat dan Bahan:

Alat autoanalyzer Pentra 400, pipet voumetrik, tabung sampel

Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia
R1: TRIS
pH 7.8 110 mmol/l
L-Aspartat
340 mmol/l
MDH(malate dehydrogenase) 900 mmol/l
LDH( lactate dehydrogenase 900 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
2. ANALITIK
3.1 Cara Kerja :

a. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
b. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
c. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
d. Letakkan cup sampel pada rak sampel
e. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
f. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
g. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
h. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
i. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
3.2 Nilai Rujukan :
6 30 U / I
3. PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Meninggi sekali pada kerusakan sel fase akut penyakit misalnya :
> 20 x pada virus hepatitis akut, trauma otot, post operasi, kerusakan hati
karena obat.
10 20 x pada infark miokard akut, mononukleus infeksiosa dan sirosis
karena alkohol.
5 10 x pada dermatomyositis dan sirosis hepatis kronik.
2 5 x pada anemia hemolitik, metastase Ca hepatis, pankreatitis akut
dan perlemakan hati.
5. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.

b. SGPT
Glutamat piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Amino Transferase
/ Alanin Transaminase (ALT / ALAT) adalah enzim yang banyak terdapat di
sitoplasma sel hati dan sedikit di sel ginjal,sel jantung dan otot skelet.
Tes GPT adalah tes untuk menetapkan kadar GPT darah dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-

Membantu diagnosis dan evaluasi penyakit hati

Memantau efek obat yang hepatotoksik dan nefrotoksik.

Prosedur:

1.
PRA ANALITIK
1.1 Persiapan Pasien : Hindari zat atau obat yang mempengaruhi kadar protein
total.
Hindari latihan fisik yang berat sebelum pengambilan sampel.

Hindari obat atau zat yang dapat mempengaruhi kadar GOT misalnya salisilat
dan alkohol.
1.2 Persiapan Sampel : Hindari hemolisis
1.3 Alat dan Bahan:

Alat autoanalyzer Pentra 400, pipet voumetrik, tabung sampel

Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia
R1: TRIS
pH 7.8 110 mmol/l
L-Alanin
340 mmol/l
MDH(malate dehydrogenase) 900 mmol/l
LDH( lactate dehydrogenase 900 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
2. ANALITIK
3.2 Cara Kerja :
j. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
k. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
l. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
m. Letakkan cup sampel pada rak sampel
n. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
o. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
p. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
q. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
r. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
3.3 Nilai Rujukan :
7 32 U / I
3. PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Meninggi sekali pada kerusakan sel fase akut penyakit misalnya :
20 - 50 x pada virus hepatitis atau karena obat
10 - 20 x pada hepatitis kronist, mononukleus infeksiosakolestasis atau
kolesistitis dan pada penyembuhan hepatitis.
<10 x pada sirosis hepatis akut, hepatitis karena alkohol
1 2 x pada infark miokard akut dan kongesti hepatic
5. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani
oleh analis yang bertugas.

c. PROTEIN TOTAL

Protein tersusun dari asamasam amino yang bergandengan dengan


ikatan peptida. Protein plasma yang utama adalah albumin, globulin dan
fibrinogen.
Protein plasma berfungsi untuk:
-

mempertahankan tekanan osmotik plasma.

media transportasi misalnya: tiroksin binding globulin, transferin,


transkobalamin, apolipoprotein.

sebagai proteksi misalnya : antibodi, sistim komplemen dan


hemostasis.
Tes protein total adalah tes untuk menetapkan kadar protein total

darah yaitu albumin dan globulin dengan menggunakan alat automatik.


Tujuan:
Menentukan adanya defisiensi protein, penyakit hati, penyakit ginjal,
penyakit gastrointestinal atau keganasan.
Prosedur:
1. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Hindari zat atau obat yang mempengaruhi kadar
protein total.
Yang dapat meningkatan protein total in vivo seperti steroid,
androgen, angiotensin, digitalis, epinefrin, hormon pertumbuhan, hormon
tiroid, insulin, klofibrat, kontrasepsi oral, progesteron kortikotropin.

Yang dapat menurunkan protein total in vivo seperti laksansia,


rifampisin, pirazinamid, dekstran dan estrogen.
1.2 Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan pemakaian tourniquet yang
lama.
1.3 Alat dan Bahan:
Alat : - Alat autoanalyzer Pentra 400
- Pipet volumetrik
- Tabung sampel
Bahan:
- Sampel : serum, plasma heparin atau plasma EDTA
- Reagensia siap pakai :
Potassium iodide
6 mmol/L

Potassium sodium tartrate 21 mmol/L


Copper sulphate
6 mmol/L
Sodium hydroxide
58 mmol/L
- Kalibrator
: ABX Pentra MultiCal
- Kontrol
: - ABX Pentra N Control
- ABX Pentra P Control
3. ANALITIK
1. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
2. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik
3. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
4. Letakkan cup sampel pada rak sampel
5. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
6. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
7. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
8. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
9. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam
bentuk print out
2. PASCAANALITIK
Nilai Rentang : 62 - 80 g/L
6,2 - 8,0 g/dL
Interpretasi:
Protein Total meningkat pada: inflamasi kronik misalnya artritis,
dehidrasi, Diabetes Mellitus (DM) asidosis, makroglobulinemia,
leukemia monositik, multipel mieloma, sarkoidosis.
a. Protein Total menurun pada: gangguan hati, malabsorbsi, malnutrisi,
nefrosis, luka bakar, DM, toksemia gravidarum, glomerulonefritis
kronik, syok berat.
5. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani
oleh analis yang bertugas.

d. ALBUMIN
Protein tubuh terdiri dari protein plasma, protein jaringan dan
hemoglobin. Albumin adalah salah satu protein plasma utama selain
globulin dan fibrinogen.
Tes Albumin adalah tes untuk menetapkan kadar albumin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:

Membantu diagnosis dan evaluasi penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit


gastrointestinal, keganasan, malnutrisi dan dehidrasi.
Prosedur:
2. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
3. PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien: Hindari zat atau obat yang mempengaruhi kadar
protein total.

Yang dapat meningkatan protein total in vivo seperti steroid,


androgen, angiotensin, digitalis, epinefrin, hormon pertumbuhan,
hormon tiroid, insulin, klofibrat, kontrasepsi oral, progesteron
kortikotropin.

Yang dapat menurunkan protein total in vivo seperti laksansia,


rifampisin, pirazinamid, dekstran dan estrogen.

2.2 Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan


pemakaian tourniquet yang
lama.
2.3 Alat dan Bahan:
Alat : - Alat autoanalyzer Pentra 400
- Pipet volumetrik
- Tabung sampel
Bahan:
- Sampel : serum, plasma heparin atau plasma EDTA
- Reagensia ABX Pentra Albumin CP siap pakai :
Succinate Acid
58 mmol/L
Azid, Succinate Acid H2O 29 mmol/L
Bromocresol green
0,14 g/L
Brij 35
7 ml/L
- Kalibrator
: ABX Pentra MultiCal
- Kontrol
: - ABX Pentra N Control
- ABX Pentra P Control
3. ANALITIK
1.Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontro sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
2. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik
3. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
4. Letakkan cup sampel pada rak sampel
5. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
6. Isi data pasien, pilih tes Albumin, klik OK
7. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
8. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
9. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam
bentuk print out

6.

PASCAANALITIK
Dewasa
18-60 thn
: 3,5 5,0 g/dl
> 60 thn
: 3,4 4,8 g/dl
Anak
4 hari 14 thn
: 3,8 5,4 g/dl
14 18 thn
: 3,2 4,5 g/dl
Bayi baru lahir
0 4 hari
: 2,8 _ 4,4 g/dl
Interpretasi:
Albumin meningkat pada: dehidrasi, multipel mieloma.
Albumin menurun pada:
Penyakit hati, ginjal, darah, keganasan, malnutrisi, AIDS, penyakit
kolagen, inflamasi gastrointestinal, hipertiroid, diare kronik (Colitis
ulseratif, Crohn,s desease).

e. ALP
Alkali Fosfatase atau Alkaline Phosphatase

(ALP) adalah enzim

yang dijumpai dalam konsentrasi yang tinggi di sel jaringan hepatobilier,


tulang, usus dan plasenta. Sel kanker tertentu juga memproduksi enzim
ini. Selain itu ALP dijumpai juga di ginjal, glandula mama yang laktasi, dan
sel granulosit.
Tes ALP adalah tes untuk menetapkan kadar ALP darah dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui adanya:
penyakit hepatobilier: kolestasis / obstruksi, tumor, batu

atau abses.
-

penyakit tulang dengan aktivitas osteoblastik atau respon


terapi vitamin D pada riketsia.

proses keganasan (metastasis ke hati).

Prosedur:
4. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
5. PRA ANALITIK
2.1 Persiapan Pasien :

Puasa minimal 8 jam untuk menyingkirkan peningkatan kadar ALP karena


makanan.

Hindari obat yang dapat mempengaruhi kadar ALP misalnya Allopurinol yang
meningkatkan dan Propanolol yang menurunkan kadar ALP.
2.2 Persiapan Sampel :
- Hindari sampel yang keruh, ikterik, dan hemolisis.
- Sampel hendaknya dianalisis dalam beberapa jam setelah pengambilan
karena ureum akan hilang akibat aktivitas bakteri atau disimpan didalam
lemari pendingin.
2.3 Alat dan Bahan:

Alat autoanalyzer Pentra 400, pipet voumetrik, tabung sampel

Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia:
R1. :
2-Amino-2-methyl-1-propanol pH 10,4 440 mmol/l
Magnesium klorida
2,0 mmol/l
Zinc sulphate
1,25 mmol/l
HEDTA
2,5 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
R2. :
p-Nitrophenyl phosphate
80 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
Kalibrator : ABX Pentra MultiCal
Kontrol
: ABX Pentra N Control
ABX Pentra P Control
6. ANALITIK
s. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan kontrol
sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap dioperasikan.
t. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
u. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
v. Letakkan cup sampel pada rak sampel

w. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
x. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
y. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
z. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
aa. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk print out
Nilai Rujukan : Nilai rujuk pada Pentra 400 ( suhu 37oC )(10)
Umur
Kadar ALP (U/L)
7.
PASCA
Perempuan
Laki-laki
ANALITIK
1-30 hari
48 406
75 319
Interpretasi :
1 bln-1 thn
124 341
82 383
Penin
gkata
1-3 thn
108 317
104 345
n
4-6 thn
96 297
93 309
tegas
(5 kali
7-9 tahn
69 325
86 315
atau
10-12 thn
51 332
42 362
lebih
dari
13-15 thn
50 162
74 390
nilai
16-18 thn
47 119
52 171
20-50 thn

42-98

53-128

>60 thn
53-141
56-119
rujukan ):
- Kehamilan lanjut
- Osteitis deformans
- Obstruksi traktus biliaris
- Sarkoma osteogenik
- Atresia biliaris
- Hiperparatiroid (primer atau sekunder)
- Sirosis
- Pagets disease
Peningkatan sedang (3 5 kali nilai rujukan ):
- Penyakit hati granulomatosa atau infiltratif
- Mononukleosis infeksiosa
- Obstruksi duktus ekstrahepatik
- Metastasis tumor ke tulang.
- Penyakit metaboliktulang:- Hepatitis virus sebelum
Rickets, Osteomalasia peningkatan bilirubin

Peningkatan ringan (sampai dengan 3 kali nilai rujukan ):


- Hepatitis virus
- Awal kehamilan (banyak isoenzim plasenta)
- Hepatitis kronik aktif
- Anak dalam masa pertumbuhan.
- Sirosis (alkoholik)
- Konsumsi Vitamin D dosis tinggi.
- Masa penyembuhan fraktur.
- Penyakit jantung kongestif.
Penurunan ALP dapat terjadi pada:
- Kretinisme
- Akondroplasia
- Retardasi pertumbuhan sekunder - Hipofosfatasia
- Scurvy
- Defisiensi protein dan magnesium

6. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh analis
yang bertugas.

f. BILIRUBIN DIREK
Bilirubin adalah produk utama katabolisma hemoglobin. Ada dua
bentuk bilirubin serum yaitu bilirubin terkonyugasi (bilirubin direk) yang
larut dalam air dan bilirubin tak terkonyugasi (bilirubin indirek) yang tidak
larut dalam air.
Tes bilirubin adalah tes untuk menetapkan kadar bilirubin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-

Mengevaluasi fungsi

hepatobilier

(gangguan ekskresi fungsi hati)

dan eritropoetik.
-

Diagnosis banding ikterus dan memantau progresivitasnya.

Diagnosis banding obstruksi bilier (bilirubin direk) dan anemia hemolitik


(bilirubin indirek).
Prosedur:

8.

PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Puasa, tetapi puasa yang terlalu lama dapat
meningkatkan kadar bilirubin serum (1,3 kali setelah puasa 24 jam
dan 2,2 kali setelah puasa 48 jam).
1.2 Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan cahaya matahari langsung.
Tes dilakukan dalam waktu < 2 jam setelah pengambilan sampel.
1.3 Alat dan Bahan:
Alat automatik Pentra 400, pipet volumetrik 500 l,cup sampel, rak
sampel, kuvet.
Bahan:

Sampel: serum, plasma heparin.


Reagensia: ABX Pentra Bilirubin, Direct CP siap pakai
R1:
EDTA-Na2
0.1 mmol/L
NaCl
150 mmol/L
Sulfamic Acid
100 mmol/L
R2 :
2,4- Diclorophenyl-Diazonium salt 0.5 mmol/L
HCL
900 mmol/L
EDTA-Na2
0.13 mmol/L

2. ANALITIK
2.1 Cara kerja:
- Tekan On/Off, periksa washer, rinse, rak kuvet, reagen dan lakukan
control sebelum
alat digunakan, setelah selesai, alat siap dioperasikan.
- Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l. Masukkan
kedalam cup
sample. Beri label sesuai identitas pasien.
- Letakkan cup sample pada rak sample.
- Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New(+)
- Isi data pasien pilih tes Bil D, klik OK
- Letakkan rak sampel pada sampel try di alat Pentra 400. Pada saat
meletakkan rak,
lampu pada sampel try harus berwarna hijau. Apabila masih berwarna
merah tekan tombol pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.
- Klik start, tes akan dijalankan secara otomatis.
- Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat di print out.
2.2 Nilai rujukan:
Bilirubin Direk :
Dewasa dan anak : 0 0.2 mg/dl (0 3.4 mol/l)
Bilirubin Indirek = bilirubin total bilirubin direct
3. PASCAANALITIK
Interpretasi
Peninggian bilirubin direk dijumpai pada:
- Gangguan transport bilirubin: Sindroma Dubin Johnson, Sindroma Rotor,
- Kerusakan hepatoseluler: hepatitis virus, obat-obatan, alkohol, sirosis
hati, neoplasma.
- Obstruksi bilier ekstrahepatik: batu kandung empedu, pankreatitis,
kolangitis sklerosis, striktur bilier, neoplasma.
- Obstruksi bilier intrahepatik: obat-obatan, alkohol, sirosis hati, kolestasis
pasca bedah, sirosis hati bilier primer, atresia bilier, parasit.
Peninggian bilirubin indirek dijumpai pada:
- Peninggian produksi bilirubin: hemolisis, eritropoesis yang tidak efektif,
Primary Shunt Hyperbilirubinemia.
- Gangguan transport bilirubin: Sindroma Gilbert, Sindroma Crigler Najjar.
- Campuran : hiperbilirubinemia neonatus, obat-obatan.

4. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani


oleh analis yang bertugas

g. Bilirubin Total
Bilirubin adalah produk utama katabolisma hemoglobin. Ada dua
bentuk bilirubin serum yaitu bilirubin terkonyugasi (bilirubin direk) yang
larut dalam air dan bilirubin tak terkonyugasi (bilirubin indirek) yang tidak
larut dalam air.
Tes bilirubin adalah tes untuk menetapkan kadar bilirubin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-

Mengevaluasi fungsi

hepatobilier

(gangguan ekskresi fungsi hati)

dan eritropoetik.
-

Diagnosis banding ikterus dan memantau progresivitasnya.

Diagnosis banding obstruksi bilier (bilirubin direk) dan anemia hemolitik


(bilirubin indirek).

Prosedur:
9. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Puasa, tetapi puasa yang terlalu lama dapat meningkatkan
kadar bilirubin serum (1,3 kali setelah puasa 24 jam dan 2,2 kali setelah puasa
48 jam).
1.2
Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan cahaya matahari langsung. Tes
dilakukan dalam waktu < 2 jam setelah pengambilan sampel.
10. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Puasa, tetapi puasa yang terlalu lama dapat meningkatkan
kadar bilirubin serum (1,3 kali setelah puasa 24 jam dan 2,2 kali setelah puasa
48 jam).
1.2
Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan cahaya matahari langsung. Tes
dilakukan dalam waktu < 2 jam setelah pengambilan sampel.
3. ANALITIK
2.1 Cara kerja:

- Tekan On/Off, periksa washer, rinse, rak kuvet, reagen dan lakukan control sebelum
alat digunakan, setelah selesai, alat siap dioperasikan.
- Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l. Masukkan kedalam cup
sample. Beri label sesuai identitas pasien.
- Letakkan cup sample pada rak sample.
- Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New(+)
- Isi data pasien pilih tes yang akan dikerjakan (BIL.T atau BIL.D ), klik OK
- Letakkan rak sampel pada sampel try di alat Pentra 400. Pada saat meletakkan
rak, lampu pada sampel try harus berwarna hijau. Apabila masih berwarna merah
tekan tombol pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.
- Klik start, tes akan dijalankan secara otomatis.
- Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat di print out.
2.2 Nilai rujukan:
Bilirubin total :
mg/dl
mol/l
Neonatus :
1 hari (24 jam)
< 8.8
< 150
2 hari
1.3 11.3
22 193
3 hari
0.7 12.7
12 217
4 6 hari
0.1 - 12.6
1.7-216
Anak
0.2 1.0
3.4 - 17
Dewasa
0.12 1.2
1.7 - 21
3.PASCAANALITIK
Interpretasi
Peninggian bilirubin direk dijumpai pada:
- Gangguan transport bilirubin: Sindroma Dubin Johnson, Sindroma Rotor
- Kerusakan hepatoseluler: hepatitis virus, obat-obatan, alkohol, sirosis hati,
neoplasma
- Obstruksi bilier ekstrahepatik: batu kandung empedu, pankreatitis, kolangitis
sklerosis, striktur bilier, neoplasma.
- Obstruksi bilier intrahepatik: obat-obatan, alkohol, sirosis hati, kolestasis
pasca bedah, sirosis hati bilier primer, atresia bilier, parasit.

2 DIABETES MELITUS
a. GDP
Tes Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Puasa (GDP), Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes
Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) dan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).

Tes GDP adalah tes untuk menetapkan kadar GDP dengan


menggunakan alat automatik. Tes GDP dapat berupa tes saring, tes
diagnostik dan tes monitoring untuk DM.
Tujuan:
Sebagai tes saring untuk:
mendeteksi kasus DM sedini mungkin sehingga dapat dicegah

kemungkinan terjadinya komplikasi kronik akibat penyakit ini.


Sebagai tes diagnostik untuk:
memastikan diagnosis DM pada individu dengan keluhan klinis khas

DM atau mereka yang terjaring pada tes saring.


Sebagai tes monitoring untuk:
memantau

keberhasilan

pengobatan

dan

mencegah

terjadinya

komplikasi kronik DM.


Tujuan:
1
2

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien:

Pasien dipuasakan 8 12 jam sebelum pengambilan sampel.

Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada
blanko permintaan tes.
2.2 Persiapan Sampel:

Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena adanya variasi
diurnal.

Sampel plasma, stabil selama < 1 jam, bila > 1 jam konsentrasi glukosa turun
karena adanya glikolisis ex vivo.

Untuk tes saring dan tes pengendalian DM, sampelnya adalah plasma vena,
serum, atau darah kapiler. Untuk tes diagnostik sampel yang dianjurkan adalah
plasma vena, akan tetapi dapat juga digunakan sampel whole blood, darah
vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang
berbeda.

Pada sampel simpan tambahkan glikolisis inhibitor (Natrium Fluorida 2,5


mg/mL darah). Sampel ini stabil pada suhu 15-25C selama 24 jam, dan pada
suhu 4C stabil selama 10 hari.

Sampel serum stabil selama < 2 jam.


2.3 Alat dan Bahan:
- Alat automatic ABX Pentra 400, pipet volumetrik 500 l, Cup Sample, Rak
Sample, Kuvet.
- Bahan:
Heparin Iodine Asetat
Reagensia:
Phosphate buffer, pH 7.40 13.8 mmol/l
Phenol
10 mmol/l
4 Aminoantipyrine
0.3 mmol/l
Glukosa Oksidase
10.000 u/l
Peroxidase
700 u/l
Sodium acide
< 0.1 %
3. ANALITIK
3.1 Cara kerja:

Tekan On/Of, periksa washer, Rinse, Rak cuvet, Reagen dan dilakukan
kontrol
Sebelum alat digunakan, setelah semua selesai, alat siap dioperasikan.
Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 ul.
3 Masukkan serum kedalam cup sample.
Letakkan cup sample pada rak.
Pada main menu, klik work list, klik patien, klik Add New ( + )
Isi data pasien, pilih test yang akan dikerjakan ( GLUK ), klik Ok.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat Pentra 400. Pada saat
meletakkan rak, lampu pada sample tray harus berwarna hijau. Apabila masih
berwarna merah tekan tombol Pause dan tunggu sampai lampu berwarna
hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat
diprint out.

3.2 Nilai rujukan:


Tes
Sampel
GDP

Plasma vena
Darah kapiler

4. PASCAANALITIK
Interpretasi:
Bukan DM
Te Sam
s
pel
(mg/ (mmol
dL)
/L)

(mg/dL)

(mmol/L)

< 110
< 90

< 6,1
< 5,0

Belum Pasti
DM
(mg/ (mmol
dL)
/L)

DM
(mg/
dL)

(mmol
/L)

GD Plas
P
ma
vena
Dara
h
kapil
er

< 110

< 6,1

110
125

6,1
7,0

> 126

> 7,0

< 90

< 5,0

90
109

5,0
6,1

> 110

> 6,1

5 Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh analis
yang bertugas.

b. GDS
Tes Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes Glukosa Darah Puasa (GDP), Tes
Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) dan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).
Tes GDS adalah tes untuk menetapkan kadar GDS dengan
menggunakan alat automatik. Tes GDS dapat berupa tes saring dan tes
diagnostik untuk DM.
Tujuan:
Sebagai tes saring untuk:
-

mendeteksi kasus DM sedini mungkin sehingga dapat dicegah


kemungkinan terjadinya komplikasi kronik akibat penyakit ini.

Sebagai tes diagnostik untuk:


-

memastikan diagnosis DM pada individu dengan keluhan klinis khas


DM atau mereka yang terjaring pada tes saring.

Prosedur:
3 Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
4 PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien: Tidak memerlukan persiapan khusus.
2.2 Persiapan Sampel:

Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena


adanya variasi diurnal.

Sampel plasma, stabil selama < 1 jam, bila > 1 jam konsentrasi
glukosa turun karena adanya glikolisis ex vivo.
Untuk tes saring DM, sampelnya adalah plasma vena, serum, atau
darah kapiler. Untuk tes diagnostik sampel yang dianjurkan adalah plasma vena,
akan tetapi dapat juga digunakan sampel whole blood, darah vena ataupun
kapiler dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang berbeda.

Pada sampel simpan tambahkan glikolisis inhibitor (Natrium Fluorida


2,5 mg/mL darah). Sampel ini stabil pada suhu 15-25C selama 24
jam, dan pada suhu 4C stabil selama 10 hari.
2. 2.3 Alat dan Bahan:

Alat automatic ABX Pentra 400, pipet volumetrik 500 l, Cup Sample,
Rak
Sample, Cuvet
.
Bahan:
Heparin Iodine Asetat
Reagensia:
Phosphate buffer, pH 7.40 13.8 mmol/l
Phenol
10 mmol/l
4 Aminoantipyrine
0.3 mmol/l
Glukosa Oksidase
10.000 u/l
Peroxidase
700 u/l
Sodium acide
< 0.1 %

3 ANALITIK
1. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol
sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap dioperasikan.
2. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik
3. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
4. Letakkan cup sampel pada rak sampel
5. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
6. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
7. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
8. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
9. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam
bentuk print out
Serum, plasma : 0.70 1.05 g/l
70 105 mgdl
3.89 5.84 mmol/l
Urine : < 0.1 mmol/l
4. PASCAANALITIK
Interpretasi:

c. G2PP

Tes Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes Glukosa Darah Puasa (GDP), Tes
Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) dan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).
Tes GD2PP adalah tes untuk menetapkan kadar GD2PP dengan
menggunakan alat automatik. Tes GD2PP dapat berupa tes diagnostik dan
tes monitoring untuk DM.
Tujuan:
Sebagai tes diagnostik untuk:
- memastikan diagnosis DM pada individu dengan keluhan klinis khas
DM atau mereka yang terjaring pada tes saring.
Sebagai tes monitoring untuk:
-

memantau

keberhasilan

pengobatan

dan

mencegah

terjadinya

komplikasi kronik DM.


5

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.

PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien:

Dilakukan 2 jam setelah tes GDP.

Pasien diberikan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes
dilakukan
2.2 Persiapan Sampel:

Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena adanya variasi
diurnal.

Sampel plasma, stabil selama < 1 jam, bila > 1 jam konsentrasi glukosa turun
karena adanya glikolisis ex vivo.

Untuk tes saring dan tes pengendalian DM, sampelnya adalah plasma vena,
serum, atau darah kapiler dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang
berbeda.

Pada sampel simpan tambahkan glikolisis inhibitor (Natrium Fluorida 2,5 mg/mL
darah). Sampel ini stabil pada suhu 15-25C selama 24 jam, dan pada suhu 4C
stabil selama 10 hari.

Sampel serum stabil selama < 2 jam.


2.3 Alat dan Bahan:

Alat automatic ABX Pentra 400, pipet volumetrik 500 l, Cup Sample, Rak Sample,
Cuvet
Bahan:
Heparin Iodine Asetat
Reagensia:
Phosphate buffer, pH 7.40
13.8 mmol/l
Phenol
10 mmol/l
4 Aminoantipyrine
0.3 mmol/l
Glukosa Oksidase
10.000 u/l
Peroxidase
700 u/l
Sodium acide
< 0.1 %
3. ANALITIK
3.1 Cara kerja:
Tekan On/Of, periksa washer, Rinse, Rak cuvet, Reagen dan dilakukan kontrol
Sebelum alat digunakan, setelah semua selesai, alat siap dioperasikan.
Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 ul.
Masukkan serum kedalam cup sample.
Letakkan cup sample pada rak.
Pada main menu, klik work list, klik patien, klik Add New ( + )
Isi data pasien, pilih test yang akan dikerjakan ( GLUK ), klik Ok.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat Pentra 400. Pada saat
Meletakkan rak, lampu pada sample tray harus berwarna hijau. Apabila masih
berwarna merah tekan tombol Pause dan tunggu sampai lampu berwarna
hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat diprint
out.
Nilai rujukan:
Tes
Sampel
(mg/dL)
(mmol/L)
GD2PP
Plasma vena < 140
< 7,8
Darah kapiler < 120
< 6,7
4. PASCAANALITIK
Interpretasi:

3 PROFIL LIPID
a. KOLESTEROL TOTAL

Lipid darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam


lemak bebas.
Agar dapat diangkut dalam peredaran darah, lipid harus terikat
dengan protein dalam bentuk lipoprotein. Menurut berat jenisnya,
lipoprotein dibagi menjadi:
a) kilomikron
b) kolesterol-VLDL (very low density lipoprotein-cholesterol)
c) kolesterol-LDL (low density lipoprotein-cholesterol)
d) kolesterol-HDL (high density lipoprotein-cholesterol)
Dislipidemia merupakan

kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Tes


saring untuk dislipidemia adalah tes kadar kolesterol total, kolesterol-LDL,
kolesterol-HDL dan trigliserida.
Tes Kolesterol Total adalah tes untuk menetapkan kadar Kolesterol
Total darah dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia
Prosedur:
11.
12.

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


PRA ANALITIK
2.4 Persiapan Pasien :

Puasa 10 14 jam termasuk menghentikan merokok dan olahraga


tetapi diperbolehkan minum air putih.

Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu


terakhir.

Pasien dalam keadaan stabil, tidak ada perubahan berat badan, pola
makan, kebiasaan merokok, minum kopi dan alkohol dalam 2 minggu
terakhir sebelum dites.

Pasien tidak sedang mengalami stres oleh penyakit akut

2.5 Persiapan Sampel :

Waktu pengambilan sampel darah pasien dalam posisi duduk yang


sudah dilakukan selama 5 menit.

Pada saat pengambilan darah , pemasangan torniquet sebaiknya


tidak lebih 1 menit

Serum sebaiknya dipisahkan dari sel darah merah sesegera mungkin.

Sampel sebaiknya segera dites, tidak disimpan atau tidak dibekukan.


Bila digunakan plasma sebaiknya menggunakan antikoagulan EDTA.

Hindari sample yang ikterus dan hemolisis karena dapat terjadi


peningkatan palsu pada hasil tes.
2.6 Alat dan Bahan:

Alat ABX Pentra 400 Analyzer, pipet volumetrik 500 l, cap sample
dan rak sample,cuvette
Bahan:
Sampel: serum, plasma Heparin atau plasma EDTA
Reagensia:
Goods Buffer pH 6.7 50 mmol/l, Phenol 5 mmol/l, 4-Aminoantipyrine
0,3 mmol/l, Cholesterol esterase (CHE) 200 U/l, Cholesterol
oxidase (CHO) 50 U/l, Peroxidase 3kU/l, Sodium azide 0.95 g/l

13.

ANALITIK

Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan


dilakukan kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai
alat siap dioperasikan.

Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l .

Masukkan serum ke dalam cupo sampel. Beri label sesuai


identitas pasien.

Letakkan cup sampel pada rak sample.

Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New (+)

Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (CHOL T), klik OK.

Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat pentra


400. Pada saat meletakkan rak, lampu pada sample tray harus
berwarna hijau. Apabila masih berwarna merah tekan tombol
pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.

Klik start, program dijalankan secara otomatis.

Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan


dapat di print out.

14.

Nilai rujukan: 200 mg/dl

PASCA ANALITIK

Interpretasi :
200 mg/dl

nilai yang disarankan

200 240 mg/dl


> 240 mg/l

waspada PJK
resiko tinggi PJK

7. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.

b. KOLESTEROL HDL
Tes Kolesterol HDL adalah tes untuk menetapkan kadar kolesterol
HDL dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia.
Prosedur:

15.
Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
16.
PRAANALITIK.
2.1 Persiapan Pasien:

Puasa 10 14 jam termasuk menghentikan merokok dan olahraga


tetapi diperbolehkan minum air putih.

Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu


terakhir.

Pasien dalam keadaan stabil, tidak ada perubahan berat badan, pola
makan, kebiasaan merokok, minum kopi dan alkohol dalam 2 minggu
terakhir sebelum dites.

Pasien tidak sedang mengalami stres oleh penyakit akut


2.2 Persiapan Sampel:

Waktu pengambilan sampel darah pasien dalam posisi duduk yang


sudah dilakukan selama 5 menit.

Pada saat pengambilan darah, pemasangan torniquet sebaiknya


tidak lebih 1 menit.

Serum sebaiknya dipisahkan dari sel darah merah sesegera mungkin.


Sampel sebaiknya segera dites, tidak disimpan atau tidak dibekukan.

Hindari sampel yang ikterus dan hemolisis karena dapat terjadi


peningkatan palsu pada hasil tes.
2.3 Alat dan Bahan:
Alat ABX Pentra 400 Analyzer, pipet volumetrik 500 l, cap sampel
dan rak sampel, kuvet

Bahan:
Sampel: serum, plasma EDTA atau plasma

heparin
Reagen :
Reagen 1 : Goods Buffer < 1000 U/l, Cholesterol oxidase < 1300
ppg U/l, N, N-bis (4-sulphobutyl)-m-toluidine-disodium (DSBmT) < 1
mM , Accelerator < 1 mM, Preservative < 0.06 %
Reagen 2 : Goods Buffer, Cholesterol esterase < 1500 U/l, 4Aminoantipyrine (4-AAP) < 1 mM, Detergent < 2 %, Restrainer <
0.15 %, Preservative < 0.06 %, Ascorbic acid oxidase < 3000 U/l
3. ANALITIK
3.1 Cara kerja:

Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan


dilakukan kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai
alat siap dioperasikan.

Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l .

Masukkan serum ke dalam cupo sampel. Beri label sesuai


identitas pasien.

Letakkan cup sampel pada rak sampel.

Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New (+)

Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (HDL-C), klik OK.

Kemudian letakkan rak sample pada sample

tombol pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.

Klik start, program dijalankan secara otomatis.

Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan


dapat di print out.
3.2 Nilai rujukan:
Laki-laki 0.77 - 1.81 mmol/l (30 70 mg/dl)
Perempuan 0.77 - 2.19 mmol/l (30 85 mg/dl)
4. PASCA ANALITIK:
Interpretasi:

1.033 mmol/l (40 mg/dl) nilai yang disarankan

1.033 mmol/l (40 mg/dl) resiko PJK


6 Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.

c. KOLESTEROL LDL
Tes Kolesterol LDL adalah tes untuk menetapkan kadar kolesterol
LDL dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia.

Prosedur:
17.

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.

18.

PRAANALITIK

2.1 Persiapan Pasien:


Puasa 10 14 jam termasuk menghentikan merokok dan
olahraga tetapi diperbolehkan minum air putih.
Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2
minggu terakhir.
Pasien dalam keadaan stabil, tidak ada perubahan berat
badan, pola makan, kebiasaan merokok, minum kopi dan
alkohol dalam 2 minggu terakhir sebelum dites.
Pasien tidak sedang mengalami stres oleh penyakit akut

Persiapan Sampel:
Waktu pengambilan sampel darah pasien dalam posisi duduk
yang sudah dilakukan selama 5 menit.
Pada saat pengambilan darah, pemasangan torniquet
sebaiknya tidak lebih 1 menit.
Serum sebaiknya dipisahkan dari sel darah merah sesegera
mungkin. Sampel sebaiknya segera dites, tidak disimpan atau
tidak dibekukan.
Hindarsampel yang ikterus dan hemolisis karena dapat terjadi
peningkatan palsu pada hasil tes.

2.3 Alat dan Bahan:

Alat ABX Pentra 400 Analyzer, pipet volumetrik 500 l, cap


sampel dan rak sampel, kuvet

Bahan:
Sampel: serum, plasma EDTA atau plasma heparin
Reagen :
Reagen 1 :
MES Buffer (pH) 6.3
Detergent 1

< 1.0

Cholesterol Esterase

<

Cholesterol Oxidase

<

%
1500 U/L
1500 U/L

Peroxidase

< 1300

ppg U/L
4-aminoantipiryrine

< 0.1

Ascorbic acid oxidase

<

%
3000 U/L
Reagen 2 :
MES Buffer (pH 6.3)
Detergent 2

< 1.0

N,N-bis (4-sulfobutyl)-toluidine, disodium (DsBmT)

< 1.0

%
mM
Preservative
ANALITIK

3.1 Cara kerja:

Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen


dan dilakukan kontrol sebelum alat digunakan, setelah
semua selesai alat siap dioperasikan.
Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500
l .
Masukkan serum ke dalam cupo sampel. Beri label sesuai
identitas pasien.
Letakkan cup sampel pada rak sampel.
Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New
(+)
Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (LDL-C), klik
OK.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat
pentra 400. Pada saat meletakkan rak, lampu pada
sample tray harus berwarna hijau. Apabila masih
berwarna merah tekan tombol pause dan tunggu
sampai lampu menjadi hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada
monitor dan dapat di print out.

3.2 Nilai rujukan:

LDL-kolesterol < 130 mg/dl


4. PASCA ANALITIK:
Interpretasi:

< 130 mg/dl nilai yang disarankan

> 131 mg/dl resiko PJK


7

Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian


ditandatangani oleh analis yang bertugas.

Tes dapat dilakukan setiap hari di Subdivisi Kimia RSP UNHAS


selama 24 jam sesuai permintaan.

d. TRIGLISERIDA
Lipid darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak bebas. Lipid di dalam serum diukur sebagai lipoprotein dan
trigliserida. Trigliserida merupakan ester gliserol alkohol trihidrik dengan 3
rantai panjang asam lemak, yang sebagian besar disintesis di dalam hati
dan jaringan adiposus. Tes saring untuk dislipidemia adalah tes kadar
kolesterol total, kolesterol-LDL, kolesterol-HDL dan trigliserida.
Tes Trigliserida adalah tes untuk menetapkan kadar trigliserida darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia
Prosedur:
19.
20.

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


PRA ANALITIK
2.7 Persiapan Pasien :

Puasa 10 14 jam termasuk menghentikan merokok dan olahraga


tetapi diperbolehkan minum air putih. Puasa diperlukan terutama untuk

menghindari terjadinya lipemia dan pada pasien yang diindikasikan


untuk tes trigliserida.
Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2 minggu
terakhir.
Pasien dalam keadaan stabil, tidak ada perubahan berat badan, pola
makan, kebiasaan merokok, minum kopi dan alkohol dalam 2 minggu
terakhir sebelum dites.
Pasien tidak sedang mengalami stres oleh penyakit akut

2.8 Persiapan Sampel :

Waktu pengambilan sampel darah pasien dalam posisi duduk yang


sudah dilakukan selama 5 menit.

Pada saat pengambilan darah , pemasangan torniquet sebaiknya


tidak lebih 1 menit

Serum sebaiknya dipisahkan dari sel darah merah sesegera mungkin.


Sampel sebaiknya segera dites , tidak disimpan atau tidak dibekukan.
Bila digunakan plasma sebaiknya menggunakan antikoagulan EDTA.

Hindari sample yang ikterus dan hemolisis karena dapat terjadi


peningkatan palsu pada hasil tes

2.9 Alat dan Bahan:

Alat ABX Pentra 400 Analyzer, pipet volumetrik 500 l, cap sample
dan rak sample,cuvette
Bahan:
Sampel: serum, plasma Heparin atau plasma EDTA
Reagensia:
Pipes free acid 50 mmol/l, Sodium hydroxide 3.36 g/l, Triton X-100
1 ml/l, Magnesium salt 14.8 mmol/l, p-chlorophenol 2.69 mmol/l,
ATP 3.14 mmol/l, Sodium azide 7.99 mmol/l, Potassium
ferrocyanide 0.31 mmol/l. 4-aminoantipyrine 0.31 mmol/l,
Lipoprotein lipase 1.90 U/l, Glycerokinase 0.5050 KU/l, Glycerol
phosphate Oxidase 4.15 KU/l, Peroxidase 0.4950 KU/l, Distilled
water qs 1 l/l

21.

ANALITIK

Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan


dilakukan kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai
alat siap dioperasikan.

Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l .

Masukkan serum ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas


pasien.

Letakkan cup sampel pada rak sampel.

Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New (+)

Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (TG), klik OK.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat pentra
400. Pada saat meletakkan rak, lampu pada sample tray harus
berwarna hijau. Apabila masih berwarna merah tekan tombol
pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan
dapat di print out.

Nilai rujukan:

22.

Laki-laki : 0.60 - 1.65 g/l = 60 - 165 mg/dl = 0.68 - 1.88 mmol/l


Perempuan : 0.40- 1.40 g/l = 40 - 140 mg/dl = 0.46 1.60
mmol/l

PASCA ANALITIK

Interpretasi :
Laki-laki : > 165 mg/dl diwaspadai terjadinya PJK
Perempuan : > 140 mg/dl diwaspadai terjadinya PJK
8. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.

4 Uji Fungsi Ginjal


a. ASAM URAT
Asam Urat dibentuk dari perombakan asam nukleat dan merupakan
hasil akhir dari metabolisme purin. Produksi asam urat yang berlebihan
terjadi jika:
-

adanya pemecahan sel dan katabolisme asam nukleat yang berlebihan


misalnya pada gout.

adanya produksi dan destruksi sel yang berlebihan misalnya pada


leukemia.

adanya ketidakmampuan mengekskresi produksi asam urat misalnya


pada gagal ginjal.

Tes Asam Urat adalah tes untuk menetapkan kadar asam urat darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Evaluasi penyakit gout, leukemia dan ginjal.
Prosedur:

7 Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


8 PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien: Tidak memerlukan persiapan khusus.
2.2 Persiapan Sampel: Hindari hemolisis.
2.3 Alat dan Bahan:
Alat autoanalyzer Pentra 400, pipet volumetrik, tabung sampel.
Bahan:
Sampel
: serum, plasma EDTA, plasma heparin
Reagensia :
R1
: Phosphate buffer, pH 7.00 125 mmol/L
EHSPT
1,38 mmol/L
Ascorbate oxidase
1100 U/L
Bovine albumine
0,2 %
Sodium azide
< 0,1 %
R2
: 4-aminoantipyrine
1,8 mmol/L
Uricase
700 U/L
Peroxidase
7,500
Ferrocyanide
250 mol/L
Bovine albumine
0,2 %
Sodium azide
< 0,1 %
Kalibrator
: ABX Pentra MultiCal
Kontrol
: ABX Pentra N Control
3 ANALITIK
1. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol
sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap dioperasikan.
2. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik
3. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
4. Letakkan cup sampel pada rak sampel
5. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
6. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
7. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
8. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
9. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam
bentuk print out

4. PASCA-ANALITIK
Nilai rujukan:
Wanita: 26 60 mg/L
155 357 mol/L
Pria : 35 72 mg/L
Interpretasi.
Meningkat pada (hiperurikemia):
- Gout
Starvasi
- Penyakit ginjal dan gagal ginjal
- Asidosis
metabolik
- Alkoholisme
Toxemia pada kehamilan
- Dehidrasi
Hiperlipidemia
- Leukemia
Mononucleosis
- Limpoma
Hipoparatiroidisme
- Anemia hemolitik
- Kemoterapi dan radioterapi
Menurun pada:
- Sindroma Fanconi
- Wilsons Disease
- SIADH (Syndrome of Inappropriate secretion of Anti Diuretic
Hormone)
- Keracunan logam berat
- Beberapa keganasan (Penyakit Hodgkin, Multiple Mieloma)
- Xanthinuria (defisiensi xanthine oksidase)

b. UREUM
Ureum dibentuk di hati merupakan hasil akhir metabolisme protein
yang difiltrasi oleh glomerulus. Kadar urea menggambarkan intake protein
dan kemampuan ekskresi ginjal. Peninggian kadar urea disamping
menunjukkan adanya gangguan ginjal juga dapat disebabkan adanya
obstruksi saluran kemih dan peningkatan katabolisma protein.
Tes Ureum adalah tes untuk menetapkan kadar ureum darah dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:

Membantu diagnosis dan evaluasi gangguan ginjal.


Prosedur:
23.
24.

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


PRA ANALITIK
2.10
Persiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus
2.11
Persiapan Sampel :
- Hindari sampel yang keruh, ikterik, dan hemolisis.
- Sampel hendaknya dianalisis dalam beberapa jam setelah
pengambilan karena ureum akan hilang akibat aktivitas bakteri atau
disimpan didalam lemari pendingin.
2.12
Alat dan Bahan:

Alat autoanalyzer Pentra 400, pipet voumetrik, tabung sampel


Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia siap pakai :
R1
: TRIS pH 7,8
150 mmol/L
2-Oxoglutarate
8,75 mmol/L
ADP
0,75 mmol/L
Urease
7,5 kU/L
Glutamate dehydrogenase
1,25 kU/L
Sodium azide
< 1 g/L
R2 : NADH
1,32 mmol/L
Sodium azide
< 1 g/L
Kalibrator : ABX Pentra MultiCal
Kontrol
: ABX Pentra N Control
ABX Pentra P Control

25.
ANALITIK
ab. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
ac. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
ad. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
ae. Letakkan cup sampel pada rak sampel
af. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
ag. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
ah. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
ai. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
aj. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
Nilai Rujukan :
Umum

[mg/dL]
17 43

[mmol/L]
2,8 7,2

Wanita < 50 tahun


Wanita > 50 tahun
Pria < 50 tahun
Pria > 50 tahun
1 3 tahun
4 13 tahun
14 19 tahun

15 40
2,6 6,7
21 43
3,5 7,2
19 44
3,2 7,3
18 55
3,0 9,2
11 361,8 6,0
15 36
2,5 6,0
18 45
2,9 7,3

26.
PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Peningkatan ureum dalam darah ditemukan pada :
- gangguan fungsi ginjal
- penyakit jantung kongestif
- shock
- dehidrasi
- perdarahan di traktus gastrointestinalis
- infark miokardial akut
- stress
- intake protein yang banyak/peningkatan katabolisme protein
Penurunan ureum dalam darah ditemukan pada :
- liver failure
- akromegali
- malnutrisi
- pemakaian anabolik steroid
- overhidrasi (IV feeding)
- kegagalan absorpsi (penyakit celiac)
- sindroma nefrotik
- SIADH (Syndrome of Inappropriate secretion of Anti Diuretic
Hormone)
9. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.

c. KREATININ
Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin adalah
senyawa nitrogen yang terutama disintesis di hati dan disimpan di dalam
otot. Kreatinin diekskresikan ke urin melalui filtrasi glomerulus.
Tes Kreatinin adalah tes untuk menetapkan kadar kreatinin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:

Membantu diagnosis dan evaluasi gangguan ginjal melalui perkiraan


nilai laju filtrasi glomerulus.
Prosedur:
27.
28.

Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


PRA ANALITIK
2.13
Persiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus
2.14
Persiapan Sampel :
- Hindari sampel yang keruh, ikterik, dan hemolisis.
- Sampel hendaknya dianalisis dalam beberapa jam setelah
pengambilan karena ureum akan hilang akibat aktivitas bakteri atau
disimpan didalam lemari pendingin.
2.15
Alat dan Bahan:

Alat autoanalyzer Pentra 400, pipet voumetrik, tabung sampel


Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Sampel : serum atau plasma heparin.
Reagensia: siap pakai
R1
: Picric acid
8,73 mmol/L
R2
: Sodium hydroxide 312,5 mmol/L
Disodium phosphate 12,5 mmol/L
< 1 g/L
Kalibrator : ABX Pentra MultiCal
Kontrol
: ABX Pentra N Control
ABX Pentra P Control

29.
ANALITIK
ak. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
al. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
am. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
an. Letakkan cup sampel pada rak sampel
ao. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
ap. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
aq. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
ar. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
as. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
Nilai Rujukan :
Pria

: 7,0 13,6 mg/L

0,7 1,36 mg/L


62 - 120 mol/L
Wanita: 6,0 11,3 mg/L
0,6 1,13 mg/dL
53 - 100 mol/L
30.
PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Kadar kreatinin darah menurun pada keadaan:

Distrofi muskular

Penyakit hati lanjut

Malnutrisi: intake protein yang tidak adekuat

Ketoasidosis diabetika

Penggunaan obat-obatan: cefoxitin sodium, klorpromazin,


marijuana, diuretika: tiazid dan vankomisin serta adanya bilirubin
dan glukosa.

Kadar kreatinin darah meningkat pada keadaan:


-

Gangguan ginjal: gagal ginjal akut dan kronik, nefritis kronik.

Obstruksi traktus urinarius

Shock yang lama

Dehidrasi

Kanker

Lupus Eritematosus Sistemik

Nefropati diabetika

Gagal jantung kongestif

Amyotrophic lateral sclerosis

Intake protein yang banyak misalnya pada diet tinggi: daging,


unggas dan ikan (efeknya minimal).

Penyakit otot: Akromegali,


Poliomielitis

Penggunaan obat-obatan seperti: antibiotik: chepalosporin, asam


askorbat,
simetidin, L-dopa, metil-dopa dan litium karbonat.

Gigantisme, Myasthenia Gravis,

10. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT
a. NATRIUM
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh, dapat berupa
kation atau anion. Pada cairan ekstrasel kation utamanya adalah Natrium
(Na+).
Natrium adalah elektrolit penentu utama osmolaritas dalam darah
dan pengaturan volume ekstra sel. Perubahan konsentrasi Natrium pada
sirkulasi berefek pada syaraf dan fungsi neuro-muskuler.
Tes Natrium adalah tes untuk menetapkan kadar ion Na + dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Merupakan pedoman untuk

menetapkan kadar elektrolit

berguna untuk:
-

diagnosis penyebab gangguan elektrolit.

pemberian terapi.

yang

memonitor hasil terapi.

mencegah komplikasi .
Prosedur:

Prosedur:
31. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus.
1.2 Persiapan Sampel:

Darah lengkap:
- Sampel darah yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Tes dilakukan segera < 1 jam setelah pengambilan sampel.
Plasma:
- Sampel plasma yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Sampel dapat disimpan lebih lama daripada darah lengkap.
- Bila harus disimpan beberapa saat, sampel harus ditutup dan
disimpan di lemari pendingin. Sebelum dianalisis, biarkan
sampel pada suhu ruangan.
Serum:
- Sampel dianalisis tanpa antikoagulan, biarkan membeku
kemudian
dipisahkan segera. Penanganan lainnya sama dengan sampel
plasma.
Urin:
-

Sampel urin harus diencerkan terlebih dahulu dengan urin


diluen
(aquabides) dengan perbandingan 1: 2, kemudian dicampur
dengan baik.

1.3 Alat dan Bahan:

Alat automatik AVL Electrolyte Analyzer, pipet volumetrik 200 l,


tabung mikro.
Bahan:
Sampel: darah lengkap, plasma, serum, urin.
Reagensia: ISE SnapPak yang terdiri dari:
* Standar A:
350 ml
mengandung : Natrium 150,0 mmol /L

Kalium
Klorida
* Standar B:
mengandung : Natrium
Kalium
Klorida

5,0 mmol/L
115,1 mmol /L
85 ml
50,0 mmol/L
1,8 mmol/L
59,8 mmol/L

* Larutan Referens
mengandung: Kalium Klorida 1,2 mmol/L
ISE SnapPak ini tidak boleh dibekukan dan isinya akan stabil bila
disimpan pada suhu 150 -300 C sampai batas kadaluarsa yang
tercantum pada label.
2.

ANALITIK
2.1 Cara kerja:

Masukkan 200 l sampel ke dalam tabung mikro.


Angkat pintu komponen pengambilan sampel.
Biarkan jarum pada alat yang akan mengisap sampel (100 l)
sampai kontrol
panel memberikan perintah untuk menutup pintu sampel.

Selanjutnya alat akan melakukan pengukuran secara automatik.


Hasil tes keluar berupa lembar print out.

2.2 Nilai rujukan Na+:


Darah :

136 145 mmol/L

sekresi dalam urin:

40 220 mmol/hari

PASCA-ANALITIK

Interpretasi.

Hipernatremia (peningkatan konsentrasi Na+ plasma):

- kekurangan minum air.


kehilangan banyak cairan (osmotik diuresis, Diabetes Insipidus,
diare, keringat, hiperpnu, muntah berlebihan).
gangguan fungsi ginjal.
intake natrium berlebihan
retensi natrium.
penurunan produksi antidiuretik hormon (ADH).
penurunan sensitifitas tubuler terhadap ADH.

Hiponatremia (penurunan konsentrasi Na+ ):


-

intake natrium kurang.


muntah lama dan hebat
- terapi diuretika.

diare persisten.
luka bakar.
Renal Tubular Asidosis
insufisiensi ginjal kronik dengan asidosis.
metabolik asidosis (diabetik
ketoasidosis).

6. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
7. Tes dapat dilakukan setiap hari di Laboratoium UPL RS UNHAS selama 24
jam sesuai permintaan

b. KALIUM
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh, dapat berupa
kation atau anion. Pada cairan intrasel kation utamanya adalah Kalium
(K+).
Kalium adalah elektrolit yang amat penting untuk mempertahankan
membran potensial elektrik. Perubahan pada ion ini akan berdampak
terutama pada sistem kardiovaskuler, neuromuskuler dan gastrointestinal.
Tes Kalium adalah tes untuk menetapkan kadar ion K +

dengan

menggunakan alat automatik.


Tujuan:
Merupakan pedoman untuk menetapkan kadar elektrolit yang berguna
untuk:
-

diagnosis penyebab gangguan elektrolit.

pemberian terapi.

memonitor hasil terapi.


- mencegah komplikasi.

Prosedur:

Prosedur:
32. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus.
1.2 Persiapan Sampel:

Darah lengkap:
- Sampel darah yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Tes dilakukan segera < 1 jam setelah pengambilan sampel.
Plasma:
- Sampel plasma yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Sampel dapat disimpan lebih lama daripada darah lengkap.
- Bila harus disimpan beberapa saat, sampel harus ditutup dan
disimpan di lemari pendingin. Sebelum dianalisis, biarkan
sampel pada suhu ruangan.
Serum:
- Sampel dianalisis tanpa antikoagulan, biarkan membeku
kemudian
dipisahkan segera. Penanganan lainnya sama dengan sampel
plasma.
Urin:
-

Sampel urin harus diencerkan terlebih dahulu dengan urin


diluen
(aquabides) dengan perbandingan 1: 2, kemudian dicampur
dengan baik.

1.3 Alat dan Bahan:

Alat automatik AVL Electrolyte Analyzer, pipet volumetrik 200 l,


tabung mikro.
Bahan:
Sampel: darah lengkap, plasma, serum, urin.
Reagensia: ISE SnapPak yang terdiri dari:
* Standar A:
350 ml
mengandung : Natrium 150,0 mmol /L
Kalium 5,0 mmol/L
Klorida 115,1 mmol /L
* Standar B:
mengandung : Natrium
Kalium

85 ml
50,0 mmol/L
1,8 mmol/L

Klorida

59,8 mmol/L

* Larutan Referens
mengandung: Kalium Klorida 1,2 mmol/L
ISE SnapPak ini tidak boleh dibekukan dan isinya akan stabil bila
disimpan pada suhu 150 -300 C sampai batas kadaluarsa yang
tercantum pada label.
2.

ANALITIK
2.1 Cara kerja:

Masukkan 200 l sampel ke dalam tabung mikro.


Angkat pintu komponen pengambilan sampel.
Biarkan jarum pada alat yang akan mengisap sampel (100 l)
sampai kontrol
panel memberikan perintah untuk menutup pintu sampel.
Selanjutnya alat akan melakukan pengukuran secara automatik.
Hasil tes keluar berupa lembar print out.

2.2 Nilai rujukan K+:


Darah :

3.5 5.1 mmol/L

sekresi dalam urin:

25 125 mmol/hari

PASCA-ANALITIK

Interpretasi.

Hiperkalemia (peningkatan konsentrasi K+ plasma):


-

infus K+ intravena > 20 mmol / jam


terapi larutan K+ dengan konsentrasi > 40 mmol / l atau dosis > 80
mmol / hr.
- dehidrasi
- diabetik ketoasidosis
- hemolisis intravaskuler dan ekstrakorporeal
- luka bakar berat
- status epilepsi
- trombositosis
- lekositosis
- gagal ginjal
- infark miokard
- Penyakit Addison

Hipokalemia (penurunan konsentrasi K+ plasma):

Intake berkurang:

kelaparan lama
terapi pasca operasi dengan cairan kurang mengandung
kalium.

Perpindahan kalium ekstrasel ke cairan intrasel:


-

terapi insulin pada hiperglikemia diabetik.


pengambilan glukosa seluler disertai pengambilan K+ dan
air.
alkalosis.

Kehilangan cairan tubuh yang banyak mengandung kalium:


-

muntah berlebih
diare
fistel usus
Renal Tubular Asidosis
Sindroma Cushing
penggunaan obat-obatan
terapi diuretik

8. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian


ditandatangani oleh analis yang bertugas.
9. Tes dapat dilakukan setiap hari di Laboratoium UPL RS UNHAS selama 24
jam sesuai permintaan.

c. KLORIDA
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh, dapat berupa
kation atau anion. Pada cairan ekstrasel salah satu anion utamanya
adalah Klorida (Cl-).
Klorida adalah elektrolit yang berfungsi mempertahankan tekanan
osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan
anion dan kation dalam cairan ekstrasel.
Tes Klorida adalah tes untuk menetapkan kadar ion Cl menggunakan alat automatik.
Tujuan:

dengan

Merupakan pedoman untuk menetapkan kadar elektrolit yang berguna


untuk:
-

diagnosis penyebab gangguan elektrolit.

pemberian terapi.

memonitor hasil terapi.


mencegah komplikasi

Prosedur:

Prosedur:
33. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus.
1.2 Persiapan Sampel:

Darah lengkap:
- Sampel darah yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Tes dilakukan segera < 1 jam setelah pengambilan sampel.
Plasma:
- Sampel plasma yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Sampel dapat disimpan lebih lama daripada darah lengkap.
- Bila harus disimpan beberapa saat, sampel harus ditutup dan
disimpan di lemari pendingin. Sebelum dianalisis, biarkan
sampel pada suhu ruangan.
Serum:
- Sampel dianalisis tanpa antikoagulan, biarkan membeku
kemudian
dipisahkan segera. Penanganan lainnya sama dengan sampel
plasma.
Urin:
-

Sampel urin harus diencerkan terlebih dahulu dengan urin


diluen
(aquabides) dengan perbandingan 1: 2, kemudian dicampur
dengan baik.

1.3 Alat dan Bahan:

Alat automatik AVL Electrolyte Analyzer, pipet volumetrik 200 l,


tabung mikro.
Bahan:
Sampel: darah lengkap, plasma, serum, urin.
Reagensia: ISE SnapPak yang terdiri dari:
* Standar A:
350 ml
mengandung : Natrium 150,0 mmol /L
Kalium 5,0 mmol/L
Klorida 115,1 mmol /L
* Standar B:
mengandung : Natrium
Kalium
Klorida

85 ml
50,0 mmol/L
1,8 mmol/L
59,8 mmol/L

* Larutan Referens
mengandung: Kalium Klorida 1,2 mmol/L
ISE SnapPak ini tidak boleh dibekukan dan isinya akan stabil bila
disimpan pada suhu 150 -300 C sampai batas kadaluarsa yang
tercantum pada label.
2.

ANALITIK
2.1 Cara kerja:

Masukkan 200 l sampel ke dalam tabung mikro.


Angkat pintu komponen pengambilan sampel.
Biarkan jarum pada alat yang akan mengisap sampel (100 l)
sampai kontrol
panel memberikan perintah untuk menutup pintu sampel.

Selanjutnya alat akan melakukan pengukuran secara automatik.


Hasil tes keluar berupa lembar print out.

2.2 Nilai rujukan Cl-:


Darah :

97 111 mmol/L

sekresi dalam urin:

110 250 mmol/hari

PASCA-ANALITIK

Interpretasi.

Hiperkloremia (peningkatan konsentrasi Cl - plasma):


-

Dehidrasi Berat

- Gagal Ginjal Akut

Aldosteronisme Primer

Diabetes Insipidus

Aetensi Klorida

Intoksikasi Salisilat

Renal Tubular Asidosis

Hipokloremia (penurunan konsentrasi Cl- plasma):

- Pielonefritis kronik
- Hiperaldosteronisme
Gagal ginjal
Intoksikasi bromida
Ketoasidosis diabetik
Alkalosis metabolik
- Muntah berlebihan (biasanya bersama Na + & K+)
10. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
11. Tes dapat dilakukan setiap hari di Laboratoium UPL RS UNHAS selama 24
jam sesuai permintaan

PEMERIKSAAN IMUNOLOGI
1. Imunologi Rapid
a. HbsAg
Hepatitis B adalah penyakit Hepatitis kronik. Perubahan serologik
pada VHB dimulai dengan timbulnya HbsAg dalam darah/ serum yang
sering mendahului peningkatan aktivitas transaminase.
Tujuan:
Tes HbsAg digunakan untuk memantau penyakit Hepatits B
Prosedur:
1. TES HbSAg (rapid tes)
1.1 Pra analitik
Persiapan pasien
: tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: hindari hemolisis
Alat dan Bahan
1.Kit ACON HbsAg terdiri dari: alat tes dan
pipet tetes
2.Serum/ Plasma ( EDTA / heparin / sitrat )
1.2 Analitk
Cara Kerja
1.
Alat tes dilepaskan dari tutupnya pada suhu ruang.
2.
Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.Pipet tetes
dipegang secara
vertikal lalu teteskan serum / plasma 3 tetes
kedalam sumur spesimen (S).
3.
Tunggu sampai garis merah muncul. Hasil dibaca dalam waktu 10
menit
1.3 Pasca analitik
Interpretasi hasil
Positif (reaktif) jika nampak 2 garis merah pada garis kontrol (C) dan
garis tes (T)
Negatif (reaktif) hanya nampak 1 garis merah pada bagian kontol (C)
Invalid tidak tampak garis merah sama sekali atau nampak hanya pada bagian
tes (T)

b. A-HCV

Hepatitis C adalah penyakit Hepatitis kronik. Perubahan serologik


pada VHB dimulai dengan timbulnya HbsAg dalam darah/ serum yang
sering mendahului peningkatan aktivitas transaminase.
Tujuan:
Tes Anti HCV digunakan untuk memantau penyakit Hepatits C.
Prosedur:
2. TES Anti HCV (rapid tes)
1.1 Pra analitik
Persiapan pasien
: tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: hindari hemolisis
Alat dan Bahan
1.Kit ACON Anti HCV terdiri dari: alat tes dan
pipet tetes
2.Serum/ Plasma ( EDTA / heparin / sitrat )
1.2 Analitk
Cara Kerja
4.
Alat tes dilepaskan dari tutupnya pada suhu ruang.
5.
Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.Pipet tetes
dipegang secara vertikal lalu teteskan serum / plasma 5 ul kedalam
sumur spesimen (S), ditambahkan 2 tetes buffer ke dalam sumur
spesimen.
6.
Tunggu sampai garis merah muncul. Hasil dibaca dalam waktu 10
15 menit
2.3 Pasca analitik
Interpretasi hasil
Positif (reaktif) jika nampak 2 garis merah pada garis kontrol (C) dan
garis tes (T)
Negatif (reaktif) hanya nampak 1 garis merah pada bagian kontol (C)
Invalid tidak tampak garis merah sama sekali atau nampak hanya pada bagian
tes (T)

c. A-HIV

Human Immunodeficiency Virus ( HIV) adalah suatu retrovirus yang


menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome ).
Tujuan:
Sebagai tes saring

untuk mendeteksi antibodi HIV- 1 dan atau HIV-2

dalam serum atau plasma.


Prosedur:

Alat dan bah

3. TES ANTI HIV -1 / HIV 2 (rapid tes)


1.1 Pra analitik
Persiapan pasien
: tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: hindari hemolisis
Alat dan Bahan
1.Kit ACON HIV-1/2 terdiri dari: alat tes, Buffer,
pipet tetes
2.Serum/ Plasma ( EDTA / heparin / sitrat )
1.2 Analitk
Cara Kerja
7.
Alat tes dilepaskan dari tutupnya pada suhu ruang.
8.
Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.Pipet tetes
dipegang secara
vertikal lalu teteskan serum / plasma 1 tetes
kedalam sumur spesimen (S), kemudian tambahkan 2 tetes buffer.
Hindari gelembung udara.
9.
Tunggu sampai garis merah muncul. Hasil dibaca dalam waktu 10
menit
3.3 Pasca analitik
Interpretasi hasil
Positif (reaktif) jika nampak 2 garis merah pada garis kontrol (C) dan
garis tes (T)
Negatif (reaktif) hanya nampak 1 garis merah pada bagian kontol (C)
Invalid tidak tampak garis merah sama sekali atau nampak hanya pada
bagian tes (T)
Interpretasi Klinik : Anti Hiv-1 / 2 (+ ) berarti terinfeksi HIV

d. CRP
Tes C-Reaktif Protein adalah tes untuk mengukur kadar C-Reaktif
Protein didalam darah

Tujuan:
1. Mendeteksi proses inflamasi sistemik
2. Mendiagnosis dan mengevaluasi hasil pengobatan pada penyakit
infeksi
3. Memantau pengobatan penyakit rematik dan menilai hasil pengobatan
anti inflamasi
4. Mendeteksi infeksi intrauteri yang disertai amnioreksi dini
5. Menetapkan adanya penyulit pasca operasi pada tingkat dini
6. Menentukan risiko penyakit kardiovaskular
Prosedur:
Pra analitik
Persiapan pasien
Persiapan sampel

: pasien dipuasakan 12 jam sebelum pengambilan sampel


:
1. Serum segar yang telah disentrifus selama 5 menit
dengan kecepatan 2500 rpm
2. Sampel segera diperiksa
3. Sampel dapat disimpan selama 2-8 c kurang dari 24
jam
4. Hindari hemolisis
:

Alat dan bahan


ALAT :
1. Pengaduk
2. Pipet (50 l)
3. Test slide, plastik slide ( warna hitam)
4. Rotator mekanik
5. Tabung Reaksi
BAHAN :
1. Serum Pasien
2. Reagen;
latex reagen CRP
serum kontrol positif (prediluted)
serum kontrol negatif (prediluted)
NaCl 0.9%
Analitik :
Cara Kerja

1.
2.
3.
4.
5.

Tempatkan reagen dan serum pada suhu ruangan


Kocok perlahan reagen lateks sampai partikel-partikelnya tercampur
Teteskan 40 L serum pada slide aglutinasi
Teteskan 1 tetets reagen lateks di atas serum pada slide aglutinasi
Campurkan secara merata sampel dan reagen lateks dengan pengaduk,
lakukan hal yang
6. sama pada kontrol positif dan negatif
7. Observasi adanya aglutinasi atau tidak (tidak lebih dari 3 menit)
8. Jika terdapat aglutinasi lanjutkan dengan metode semi kuantitatif
Metode semi kuantitatif
1. Siapkan 4 tabung reaksi, beri nomor 1,2,3,4 dan 5
2. Pipetkan NaCl 0.9% sebanyak 100 L ke dalam tabung 1 sampai tabung
5
3. Tambahkan 100 L serum sampel ke tabung 1 kemudian campur isi
tabung tersebut
4. Pindahkan 100 L isi tabung 1 ke tabung 2 kemudian campur isi tabung
tersebut dan seterusnya pindahkan 100 L isi tabung 2 ke tabung 3,
begitu pula isi tabung 3 ke tabung 4 dan isi tabung 4 ke tabung 5
5. Setiap tabung (pengenceran) dilakukan tes seperti diuraikan pada poin 3
sampai 6 cara kerja tes aglutinasi lateks di atas
Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
- Negatif: jika tidak ada aglutinasi (kadar CRP 7.5 mg/L)
- Positif: jika terbentuk aglutinasi (kadar CRP > 7.5 mg/L)
Nilai Rujukan : normal 7,5 mg/L

e. ASTO
Streptolisin

O adalah

toksin

hemolitik yang

diproduksi

oleh

kebanyakan strain Streptokokus patogenik . Toksin ini imunogenik


sehingga merangsang pembentukan anti streptolisin O .
Tujuan:
Untuk melihat peningkatan titer antibodi terhadap produk ekstra seluler
Streptokokus antara lain ; anti streptolisin O (ASTO), anti hyaluronidase
(AHase) dan anti deoxyribonuclease-B (ADNase-B).

f. RF
Tes Faktor Reumatoid adalah tes untuk mengukur kadar faktor
reumatoid didalam darah
Tujuan:
Untuk membantu menegakkan diagnosis Reumatiod Artritis
Prosedur:
Pra analitik
Persiapan pasien
Persiapan sampel

: tidak ada persiapan khusus


:
5. Serum segar yang telah disentrifus selama 5 menit dengan
kecepatan 2500 rpm
6. Sampel segera diperiksa
7. Sampel dapat disimpan selama 1-3 minggu pada suhu -10OC
8. Hindari hemolisis
:

Alat dan bahan


ALAT :
6. Aplikator
7. Pipet (50 l)
8. Test slide, plastik slide ( warna hitam)
9. Rotator mekanik

BAHAN :
3. Serum Pasien
4. Reagen;
latex reagen RF
serum kontrol positif (prediluted)
serum kontrol negatif (prediluted)
Analitik :
Cara Kerja
1. Tempatkan reagen dan serum pada suhu kamar
2. Kocok perlahan reagen lateks sampai partikel-partikelnya tercampur
3. Teteskan 40 L serum ke dalam lingkaran slide
4. Tambahkan satu tetes reagen lateks di samping tetesan sampel
5. dicampurkan serum dengan lateks reagen secara merata dengan ujung
pengaduk sampai batas lingkaran slide
6. Goyangkan slide selama 3 menit secara perlahan-lahan ke depan dan ke
belakang atau dengan menggunakan shaker
7. diamati aglutinasi yang timbul
8. Konfirmasi tes dengan kontrol positif atau kontrol negatif

Pasca Analitik
Nilai Rujukan :
- Negatif
: jika tidak ada aglutinasi (kadar RF<8 IU/ml)
- Positif
: jika terbentuk aglutinasi (kadar RF8 IU/ml)

g. ICT MALARIA
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama
prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus
Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia
ditularkan oleh nyamuk .
Tujuan:
Uji ICT dapat mendeteksi plasmodium falciparum, dan non falciparum,
tetapi tidak dapat membedakan antara plasmodium vivax, oval, dan
malariae. Mampu membedakan infeksi falciparum murni dari infeksi
campuran yang termasuk plasmodium falciparum.

Alat dan bah

4. TES MALARIA (ICT TEST)


1.1 Pra analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel : menggunakan sampel whole blood
Alat dan Bahan
1.Kit Entebe Malaria Test terdiri dari: alat tes, Buffer,
Loop
2.Tabung Reaksi Kecil
3.sampel Whole Blood
1.2 Analitk
Cara Kerja
10.
Alat tes dilepaskan dari bungkusnya kemudian disesuaikan pada
suhu ruangan.
11.
Diteteskan 3 tetes buffer ke dalam tabung reaksi
12.
Diteteskan 4 ul darah pada ujung strip dengan menggunakan loop
13.
Diinkubasi strip ke dalam buffer dalam tabung reaksi
14.
Hasil dibaca antara menit ke 10 15

4.3 Pasca analitik


Interpretasi hasil
Positif (reaktif) jika nampak 2 atau 3 garis merah pada garis kontrol (C)
dan garis tes (T)
Negatif (reaktif) hanya nampak 1 garis merah pada bagian kontol (C)
Invalid tidak tampak garis merah sama sekali atau nampak hanya pada
bagian tes (T)
Interpretasi Klinik :

P.F (+ ) berarti terinfeksi


Falcifarum
P.nf (+) berarti terinfeksi
Vivax/Ovale/Malariae

Plasmodium
Plasmodium

h. WIDAL
Pemeriksaan ini Merupakan tes metode serologi dengan memeriksa
reaksi antara antibody aglutinin dalam serum penderita yang telah
mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan
flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi
aglutinasi.
Tujuan:
Untuk Identifkasi antibodi tubuh terhadap penyakit tifus.
Prosedur:

Alat dan bah

5. Pemeriksaan Widal Metode Kualitatif


1.1 Pra analitik
Persiapan pasien
: pasien sebaiknya belum menggunakan terapi
antibiotik
Persiapan sampel : Pengambilan darah sebaiknya dilakukan pada fase
akut dan konvalesen.
Alat dan Bahan
a. Serum penderita suspek demam tifoid
b. Antigen O dan Antigen H
c. Larutan NaCl 0,9%
d. Satu buah microplate plastik dengan 96 sumur
kecil
e. Micropipete dengan tipsnya

f.

Mesin penggoyang (shaker.

1.2 Analitk
Cara Kerja
1. Siapkan 2 slide kemudian diberi tanda O dan lainnya tanda H
2. Teteskan 8 l serum pasien pada masing-masing slide
3. Pada slide O tambahkan 1 tetes suspensi antigen O dan slide H
tambahkan 1 tetes antigen H.
4. Campur serum dan suspensi antigen dengan menggunakan
aplikator bersih pada masing-masing slide, digoyang pelan-pelan
dengan menggunakan tangan selama 3 menit.
5. Amati adanya aglutinasi lebih atau sama dengan 50%
6. Baik slide O maupun slide H jika terjadi aglutinasi lebih atau sama
dengan 50%, maka tes dilanjutkan untuk menunjukkan titer
antibodi dengan menggunakan metode slide atau metode tabung.
Metode Slide
1. Buat seri slide O dan slide H pada mikroplate
2. Isi serum pasien pada seri slide O dan slide H secara berturut-turut : 8
ml, 4 ml, 2 ml, 1 ml, 0,5 ml dan seterusnya serum terlebih dahulu
diencerkan denga larutan NaCl 0,9% 1:10, dari hasil pengenceran ini
slide berikutnya diisi sebanyak 8 ml, 4 ml dan slide 8 sebagai kontrol 8
ml NaCl 0,9% sehingga didapatkan pengenceran secara berturutturut, 1:20, 1:40, 1:80, 1:160, 1:320, 1:640 dan 1: 1280.
3. Tambahkan masing-masing slide O dengan 1 tetes antigen O dan
slide H dengan 1 tetes antigen H, termasuk kontrol.
4. Campur serum dan suspensi antigen dengan menggunakan aplikator
bersih pada masing-masing slide, selanjutnya mikroplate digoyang
pelan-pelan dengan menggunakan tangan selama 3 menit.
5. Amati adanya aglutinasi lebih atau sama dengan 50% pada masingmasing slide dengan syarat kontrol tidak terjadi aglutinasi.
1.3 Pasca analitik
Nilai Rujukan : Negatif jika tidak terjadi reaksi aglutinasi.
Interpretasi :
Dinyatakan menderita demam tifoid jika terjadi reaksi aglutinasi pada
pengenceran: untuk anti O 1:640 dan lebih tinggi lagi untuk anti H. Jika gejala
klinik khas maka anti O cukup 1:320. Baik anti O maupun anti H akan meningkat
sesudah vaksinasi tetapi aglutinin akan turun lebih dahulu dan umumnya negatif
setelah beberapa bulan, sedang aglutinin H bertahan setelah beberapa tahun.
Pemberian antibiotik dan kortikosteroid dini dapat mencegah kenaikan titer. Un
tuk memberi tes widalyang baik, tes widal diulang sedikitnya dua kali dengan
jangka waktu 5-7 hari.

i. DHF IgM&IgG

Tes ini merupakan tes metode serologi dengan memeriksa reaksi


antara antibody IgG dan IgM dalam serum penderita dengan prinsip
chromatograpik imunoassay serta untuk membedakan antara

infeksi

dengue primer atau sekunder.


Tujuan:
Untuk deteksi kualitatif antibodi IgG atau IgM terhadap virus dengue dalam
serum atau darah manusia serta untuk membedakan antara infeksi
dengue primer dan sekunder.
Prosedur:
6. TES DHF Ig G & Ig M (rapid tes)
1.1 Pra analitik
Persiapan pasien
: tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: sampel yang digunakan adalah Serum atau darah
manusia dari darah vena, serum atau darah
manusia yang segar akan memberikan hasil yang
terbaik..
Alat dan bah

Alat dan Bahan


1.Kit Panbio DHF IgG & Ig M terdiri dari: alat tes
dan pipet tetes, Buffer
2.Serum/ Plasma ( EDTA / heparin / sitrat ), whole
blood
1.2 Analitk
Cara Kerja
15.
Alat tes dilepaskan dari tutupnya pada suhu ruang.
16.
Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.Pipet tetes
dipegang secara vertikal lalu teteskan serum / plasma 5 ul atau whole
blood 10 ul kedalam sumur spesimen (S). Ditambahkan 2 Tetes Buffer
kedalam sumur test.
17.
Tunggu sampai garis merah muncul. Hasil dibaca dalam waktu 10
15 menit
6.3 Pasca analitik
Interpretasi hasil
DHF sekunder

G
M
C

DHF sekunder

G
M
C

DHF primer

G
M
C

G
M
C

Negatife

Invalid

G
M
C

I. Positif
Tampak 1 atau 2 garis biru pada salah satu atau kedua area dan garis
merah pada area kontrol dari Dengue IgG/IgM .
I.1 Infeksi Dengue Primer
Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue primer apabila IgM positif
(garis biru pada area 1), IgG negative (tidak tampak garis pada area 2)
dan adanya garis merah pada area Kontrol (C).
I.2. Infeksi Dengue Sekunder
Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue sekunder apabila IgM
positif (garis biru pada area 1), IgM positif (garis biru pada area 2) dan
adanya garis merah pada control (C) atau IgM negatif (tidak tampak garis
pada area 1), IgG positif (garis biru pada area 2) dan adanya garis merah
pada area control (C).
2. Negatif
Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya terdapat garis merah
pada area control (C) yang terlihat pada saat 15 sampai 30 menit.
Pemeriksaan diulangi dalam 4 sampai 7 hari apabila gejala klinis tetap
muncul.
3. Invalid
Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila IgM positif (terdapat garis biru
pada area 1), IgG positif (terdapat garis biru pada area 2) dan tidak
terdapat garis merah pada area Kontrol

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Imunologi Elisa
HbSAg
FT4
TSHS
PSA
Ca 15-3
Ca 125
CEA

URINALISIS

Urinalisis atau analisis urin adalah tes laboratorium terhadap spesimen urin
yang dapat memberikan informasi keadaan ginjal dan saluran kemih, baik
prerenal renal maupun post renal.
Urinalisis terdiri dari tes makroskopik, mikroskopik dan kimia.
Tujuan:
Untuk skrining, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit,
efektifitas pengobatan, dan komplikasi penyakit.
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu
dikonfirmasi oleh dokter yang bertugas
2. Pra analitik
2.1.
Persiapan pasien :. tidak ada persiapan khusus, kecuali untuk tes urin
post prandial, pasien berkemih setelah makan 1 - 3 jam
2.2. Persiapan Sampel
:
- wadah penampung bersih dan kering
- identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur,
- urin diperiksa dalam waktu 2 jam setelah
dikemihkan
- sampel urin sewaktu, untuk tes Esbach: urin 24
jam atau 12 jam
2.3. Alat dan Bahan:
- Wadah penampung urin bersih dan kering
atau steril untuk tes mikrobiologi
- Gelas volume / gelas takar
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Mikroskop
- Kaca obyek dan kaca penutup
- Sentrifus
- Alat Uriscan dan reagen stripnya.
-Tabung Esbach, reagen Esbach, asam
sulfosalisilat 20% untuk tes protein
kuantitatif
- Termometer, asam asetat 50%, untuk tes
Protein Bence Jones
3. Analitik
Cara kerja:
3.1. Tes Makroskopik:
Perhatikan warna/kejernihan dan bau
Ukur volume urin menggunakan gelas takar

3.2.Tes Kimia
- Celup 1 lembar reagen strip ke dalam urin sampai urin mengenai area
reaksi.
- Letakkan pada alat Uriscan, jalankan sesuai prosedur
- Hasil keluar dalam bentuk lembar print out, berupa: Berat jenis (BJ),
pH, Lekosit, Nitrit, Protein, Glukosa, Keton, Urobilinogen, Bilirubin, dan
Hemoglobin, Vitamin C.
3.3.Tes Mikroskopik/Sedimen
- Masukkan 10-15 ml urin ke dalam tabung reaksi, sentrifus selama
5 menit pada 1500-2000 rpm
- Buang cairan di bagian atas tabung, sehingga volume cairan dan
sedimen tinggal 0,5-1 ml.
- Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
- Letakkan 2 tetes suspensi tersebut di atas kaca obyek lalu tutup
dengan kaca penutup
- Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 10x
untuk Lapangan Pandang Kecil (LPK) untuk melaporkan jumlah
rata-rata sedimen, serta lensa obyektif 40x untuk Lapangan
Pandang Besar (LPB) untuk melaporkan jumlah rata-rata eritrosit
dan lekosit.
- Tulis hasil yang diperoleh berupa: Elemen organik yaitu jumlah sel
eritrosit, lekosit, epitel, silinder, bakteri, jamur, parasit; dan elemen
anorganik berupa kristal, zat lemak.
3.4.Tes protein kuantitatif secara Esbach
- Tambahkan 3-5 tetes asam asetat glasial ke dalam urin hingga
reaksinya asam.
- Isi tabung Esbach dengan sampel urin sampai garis bertanda U.
- Tambahkan reagen Esbach pada sampel tersebut hingga garis
bertanda R.
- Tutup tabung lalu bolak-balikkan tabung 12 kali ( jangan dikocok).
- Letakkan tabung pada rak dalam posisi tegak dan biarkan selama 18
24 jam.
- Tinggi kekeruhan dibaca dan menunjukkan banyaknya gram protein
perliter urin.
3.5. Tes Protein Bence Jones
- Sebelumnya lakukan penetapan ada tidaknya protein dengan tes asam
sulfosalisilat yaitu dengan cara :
1. Masukkan masing-masing 2 ml urin yang jernih ke dalam 2
tabung reaksi.
2. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % ke dalam salah satu
tabung lalu kocok.
3. Bandingkan kedua tabung, jika tetap sama jernihnya, maka hasil
tes negatif.
Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua,
maka panasi tabung tersebut di atas nyala api sampai
mendidih lalu dinginkan kembali dengan air mengalir
- Jika kekeruhan tetap ada saat pemanasan dan terus
menetap sampai dingin kembali, maka tes terhadap protein
positif. Protein itu mungkin albumin atau globulin atau
keduanya.

4.
-

Jika kekeruhan hilang saat pemanasan tetapi timbul


kembali setelah dingin, lanjutkan dengan tes Protein Bence
Jones.
Jika tes protein dengan asam sulfosalisilat negatif, maka
Protein Bence Jones pasti tidak ada.
Lakukan tes Protein Bence Jones
1. Masukkan kira-kira 5 ml urin dan sebatang termometer ke dalam
tabung reaksi, lalu masukkan tabung itu ke dalam gelas kimia
berisi air.
2. Panasi gelas kimia tersebut dan perhatikan suhu pada
termometer.
3. Catat suhu saat mulai timbul kekeruhan sampai kekeruhan
maksimal.
4. Angkat tabung reaksi dari air lalu panaskan langsung di atas nyala
api sampai isinya mendidih dan perhatikan kekeruhannya :
a. Jika kekeruhan lenyap, biarkan urin itu mendingin dan
catat suhu saat kekeruhannya timbul lagi.
b. Jika kekeruhan tidak hilang saat dipanasi, tambahkan 1
ml asam asetat
50% tetes demi tetes dan teruskan
pemanasan sampai urin mendidih. Jika
kekeruhannya
menetap, saringlah urin tersebut dalam keadaan mendidih
dengan kertas saring lalu perhatikan kekeruhan pada
filtratnya. Jika kekeruhan timbul lagi saat urin mendingin
dan menghilang lagi jika dipanaskan maka tes Protein Bence
Jones positif.
Pasca Analitik
4.1 Nilai rujukan:
Tes Makroskopik dan Tes Kimia
Warna/kejernihan : kuning jernih atau sedikit
keruh
Bau
: berbau khas asam
organik dalam
urin
Berat Jenis (BJ) : 1,010 1,020
pH
: 4,5 8,0
Lekosit
: negatif
Nitrit
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa
: negatif
Keton
: negatif
Urobilinogen
: negatif
Urobilin
: negatif
Eritrosit
: negatif
Tes Sedimen
Eritrosit
: < 5 /LPB
Lekosit
: < 5 /LPB
Torak
: negatif, atau positif torak
hialin
Bakteri
: < 2 /LPB atau < 1000 / ml
Sel
: Epitel pipih

Kristal

: Kalsium oksalat, asam


urat (dalam urin asam)
Amorf, tripelfosfat (dalam
urin alkalis)
Lemak
: negatif
Sperma
: negatif
Tes Protein kuantitatif dengan cara Esbach : < 0,5
gr / hari
Tes Protein Bence Jones :negatif
4.2. Interpretasi Hasil:
Tes Makroskopik
Warna/Kejernihan : keruh: mungkin piuria
Berat Jenis (BJ) : pekat diabetes mellitus
Encer diabetes
insipidus
pH
: < diet protein,
asidosis
: > diet sayur, alkalosis,
infeksi
Lekosit
: + inflamasi, infeksi
Nitrit
: + infeksi
Protein
: + albumin: penyakit
ginjal
globulin: myeloma multipel
Glukosa
: + diabetes melitus
Keton
:+ puasa, diet lemak,
ketoasidosis
Urobilinogen
: + pada gangguan hati
Bilirubin
: + pada obstruksi bilier
Eritrosit
: + penyakit ginjal dan
saluran kemih
Tes Sedimen
Eritrosit
: abnormal: batu atau penyakit ginjal dan saluran kemih
Lekosit
: abnormal: batu atau penyakit ginjal dengan inflamasi
Torak
: > pada penyakit ginjal dan saluran kemih
Bakteri
: + infeksi saluran kemih bila > 105 /ml
Sel
: abnormal: sel bulat, sel ganas
Kristal
: asam urat >> gout
Tes Protein kuantitatif dengan cara Esbach :
abnormal: penyakit ginjal
Tes Protein Bence Jones : positif pada myeloma multipel, amyloidosis,
sindroma
Fanconi
(dewasa)
dan
makroglobulinemia Waldenstrom
Ket: : mengarah, menunjukkan.
5. Catat hasil pada Buku Hasil dan Formulir Hasil,
6. Tes dapat dilakukan setiap hari di laboratorium
UPL RS UNHAS selama 24 jam sesuai permintaan

FECES RUTIN
Tes feses adalah tes laboratorium terhadap spesimen feses yang dapat
memberikan kelainan pada sistem traktus gastro-intestinal seperti diare,
infeksi parasit, pendarahan gastro-intestinal, ulkus peptikum, karsinoma
dan sindroma malabsorbsi.
Tes feses terdiri dari tes makroskopik, mikroskopik dan kimia (tes darah
samar).
Tujuan:
Untuk skrining, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit,
efektifitas pengobatan, dan komplikasi penyakit.
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu
dikonfirmasi oleh dokter yang bertugas
2. Pra Analitik
2.1. Persiapan Pasien :
Pasien tidak dibenarkan makan obat pencahar sebelumnya
Preparat besi akan mempengaruhi warna feses dan sebaiknya
dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan
obat-obat antidiare, golongan tetracyclin, barium, bismuth, minyak
atau magnesium akan mempengaruhi hasil.
- untuk tes kimia, perlu dihindari zat-zat yang mengandung besi, vitamin
C, bromida, iodida, makanan yang mengandung mioglobin (daging),
klorofil dan peroksidase tumbuhan selama 2-3 hari
2.2. Persiapan Sampel :
-

Sampel sebaiknya feses segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau
feses baru, defekasi spontan dan diperiksa di laboratorium dalam
waktu 2-3 jam setelah defekasi (warm stool).
Wadah berupa pot plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat dan
bersih.

Wadah diberi label: nama, tanggal, nomor pasien, sex, umur,


diagnosis awal. Feses tidak boleh mengenai bagian luar wadah dan
diisi jangan terlalu penuh.

2. Pra Analitik
2.1. Persiapan Pasien :
-

Pasien tidak dibenarkan makan obat pencahar sebelumnya


Preparat besi akan mempengaruhi warna feses dan sebaiknya
dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan
obat-obat antidiare, golongan tetracyclin, barium, bismuth, minyak
atau magnesium akan mempengaruhi hasil.
untuk tes kimia, perlu dihindari zat-zat yang mengandung besi, vitamin
C, bromida, iodida, makanan yang mengandung mioglobin (daging),
klorofil dan peroksidase tumbuhan selama 2-3 hari

2.2. Persiapan Sampel :


Sampel sebaiknya feses segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau
feses baru, defekasi spontan dan diperiksa di laboratorium dalam
waktu 2-3 jam setelah defekasi (warm stool).
- Wadah berupa pot plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat dan
bersih.
- Wadah diberi label: nama, tanggal, nomor pasien, sex, umur,
diagnosis awal. Feses tidak boleh mengenai bagian luar wadah dan
diisi jangan terlalu penuh
2.3. Alat dan Bahan:
-

lidi atau spatel kayu, kapas lidi


mikroskop,
kaca objek, kaca penutup
larutan eosin 2%
larutan lugol
larutan NaCl 0,9%
tabung reaksi
serbuk Gum guaiac 3 gram
alkohol 95 %
asam asetat glacial
hidrogen peroksidase (H2O2) 3%

3. Analitik
Cara kerja:
-

3.2.
Tes Makroskopik:
sampel diperiksa ditempat yang terang
perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir,nanah, cacing, dll.
3.2.Tes Mikroskopik/Sedimen

Tetesi kaca objek disebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan
sebelah kanan dengan 1 tetes larutan Eosin 2% atau larutan Lugol.
Ambil feses dibagian tengahnya atau pada permukaan yang
mengandung lendir, darah atau nanah + seujung lidi.
Aduk sampai rata pada masing-masing larutan
Tutupi dengan kaca penutup.
Periksa dibawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x
kemudian 40x.. Amati apakah ada telur cacing , amuba, eritrosit,
leukosit, sel epitel, kristal, sisa makanan dll.

3.2.Tes Kimia
1. Buatlah emulsi feses dalam tabung reaksi dengan air atau dengan
larutan garam kira-kira 5-10 ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulsi yang masih panas dan biarkan filtrat sampai menjadi
dingin, dan tambhakan 1 ml asam asetat glacial, campur.
3. Dalam tabung reaksi kedua masukkan sepucuk pisau serbuk guaiac
dan 2 ml alkohol 95 %, campur.
Tuanglah secara hati-hati isi tabung kedua ke dalam tabung yang
berisi emulsi feses sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai
lapisan terpisah.
4. Berikan 1 ml hidrogen peroxidase 3%, campur.
5. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada batas kedua
lapisan itu.
6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama), perhatikan
warna yang timbul
Nilai rujuk:
Warna
: normal berwarna kuning coklat.
Bau
: Bau normal feses disebabkan oleh indol, skatol dan asam
butirat.
- Konsistensi: feses normal agak lunak dan mempunyai bentuk seperti
sosis.]
- Lendir
: normal tidak ada lendir.
- Darah
: normal feses tidak mengandung darah.
- Sel epitel
: Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan
normal.
- Lekosit
: normal tidak terdapat lekosit
- Eritrosit
: normal tidak terdapat eritrosit
- Kristal : normal mungkin terlihat kristal-kristal tripelfosfat,
calciumoxalat dan asam lemak.
4. Pasca Analitik
-

Interpretasi:

Warna feses yang abnormal dapat disebabkan atau berubah oleh


pengaruh jenis makanan, obat-obatan dan adanya pendarahan pada
saluran pencernaan
Feses yang abnormal mempunyai bau tengik,asam, basi.
Lendir: adanya lendir berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Lendir
pada bagian luar feses, lokasi iritasi mungkin pada usus besar dan bila
bercampur dengan feses, iritasi mungkin pada usus kecil.
Darah: Perhatikan apakah darah itu segar (merah muda), coklat atau
hitam, apakah bercampur atau hanya dibagian luar feses saja.
Parasit: cacing mungkin dapat terlihat.
Sel epitel. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal, selsel itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epital bertambah
banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus.
Makrofag. Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam
plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau bendabenda lain. Dalam preparat natif (tanpa pewarnaan) sel-sel itu
menyerupai ameba; perbedaannya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
Lekosit. Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa
tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam
seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada dysenteri basiler, colitis
ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlah lekosit yang ditemukan
banyak menjadi besar.
Eritrosit. Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam colon,
rectum atau anus. Keadaan ini selalu bersifat patologis.
Kristal-kristal. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal CharcotLeyden dan kristal hematoidin. Kristal Charcot-Leyden biasanya
ditemukan pada keadaan kelainan ulceratif ususnya, khususnya
amubiasis. Kristal hematoidin dapat ditemukan pada perdarahan usus.
Sisa makanan. Hampir selalu dapat ditemukan tertentu dikaitkan
dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal
dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari
hewan, seperti serat otot, serat elastik, dll.

5. Catat hasil pada Buku Hasil dan Formulir Hasil,


6. Tes dapat dilakukan setiap hari di Laboratorium UPL RS UNHAS selama 24
jam sesuai permintaan.

Anda mungkin juga menyukai