Prosedur:
1. PRA ANALITIK
1.1 Persiapan Pasien : Hindari zat atau obat yang mempengaruhi kadar
protein total.
Hindari latihan fisik yang berat sebelum pengambilan sampel.
Hindari obat atau zat yang dapat mempengaruhi kadar GOT misalnya salisilat
dan alkohol.
1.2 Persiapan Sampel : Hindari hemolisis
1.3 Alat dan Bahan:
Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia
R1: TRIS
pH 7.8 110 mmol/l
L-Aspartat
340 mmol/l
MDH(malate dehydrogenase) 900 mmol/l
LDH( lactate dehydrogenase 900 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
2. ANALITIK
3.1 Cara Kerja :
a. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
b. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
c. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
d. Letakkan cup sampel pada rak sampel
e. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
f. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
g. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
h. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
i. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
3.2 Nilai Rujukan :
6 30 U / I
3. PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Meninggi sekali pada kerusakan sel fase akut penyakit misalnya :
> 20 x pada virus hepatitis akut, trauma otot, post operasi, kerusakan hati
karena obat.
10 20 x pada infark miokard akut, mononukleus infeksiosa dan sirosis
karena alkohol.
5 10 x pada dermatomyositis dan sirosis hepatis kronik.
2 5 x pada anemia hemolitik, metastase Ca hepatis, pankreatitis akut
dan perlemakan hati.
5. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
b. SGPT
Glutamat piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Amino Transferase
/ Alanin Transaminase (ALT / ALAT) adalah enzim yang banyak terdapat di
sitoplasma sel hati dan sedikit di sel ginjal,sel jantung dan otot skelet.
Tes GPT adalah tes untuk menetapkan kadar GPT darah dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-
Prosedur:
1.
PRA ANALITIK
1.1 Persiapan Pasien : Hindari zat atau obat yang mempengaruhi kadar protein
total.
Hindari latihan fisik yang berat sebelum pengambilan sampel.
Hindari obat atau zat yang dapat mempengaruhi kadar GOT misalnya salisilat
dan alkohol.
1.2 Persiapan Sampel : Hindari hemolisis
1.3 Alat dan Bahan:
Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia
R1: TRIS
pH 7.8 110 mmol/l
L-Alanin
340 mmol/l
MDH(malate dehydrogenase) 900 mmol/l
LDH( lactate dehydrogenase 900 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
2. ANALITIK
3.2 Cara Kerja :
j. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
k. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
l. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
m. Letakkan cup sampel pada rak sampel
n. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
o. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
p. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
q. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
r. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
3.3 Nilai Rujukan :
7 32 U / I
3. PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Meninggi sekali pada kerusakan sel fase akut penyakit misalnya :
20 - 50 x pada virus hepatitis atau karena obat
10 - 20 x pada hepatitis kronist, mononukleus infeksiosakolestasis atau
kolesistitis dan pada penyembuhan hepatitis.
<10 x pada sirosis hepatis akut, hepatitis karena alkohol
1 2 x pada infark miokard akut dan kongesti hepatic
5. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani
oleh analis yang bertugas.
c. PROTEIN TOTAL
d. ALBUMIN
Protein tubuh terdiri dari protein plasma, protein jaringan dan
hemoglobin. Albumin adalah salah satu protein plasma utama selain
globulin dan fibrinogen.
Tes Albumin adalah tes untuk menetapkan kadar albumin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
6.
PASCAANALITIK
Dewasa
18-60 thn
: 3,5 5,0 g/dl
> 60 thn
: 3,4 4,8 g/dl
Anak
4 hari 14 thn
: 3,8 5,4 g/dl
14 18 thn
: 3,2 4,5 g/dl
Bayi baru lahir
0 4 hari
: 2,8 _ 4,4 g/dl
Interpretasi:
Albumin meningkat pada: dehidrasi, multipel mieloma.
Albumin menurun pada:
Penyakit hati, ginjal, darah, keganasan, malnutrisi, AIDS, penyakit
kolagen, inflamasi gastrointestinal, hipertiroid, diare kronik (Colitis
ulseratif, Crohn,s desease).
e. ALP
Alkali Fosfatase atau Alkaline Phosphatase
atau abses.
-
Prosedur:
4. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
5. PRA ANALITIK
2.1 Persiapan Pasien :
Hindari obat yang dapat mempengaruhi kadar ALP misalnya Allopurinol yang
meningkatkan dan Propanolol yang menurunkan kadar ALP.
2.2 Persiapan Sampel :
- Hindari sampel yang keruh, ikterik, dan hemolisis.
- Sampel hendaknya dianalisis dalam beberapa jam setelah pengambilan
karena ureum akan hilang akibat aktivitas bakteri atau disimpan didalam
lemari pendingin.
2.3 Alat dan Bahan:
Bahan:
Sampel
: serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Reagensia:
R1. :
2-Amino-2-methyl-1-propanol pH 10,4 440 mmol/l
Magnesium klorida
2,0 mmol/l
Zinc sulphate
1,25 mmol/l
HEDTA
2,5 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
R2. :
p-Nitrophenyl phosphate
80 mmol/l
Sodium Azide
< 1 g/l
Kalibrator : ABX Pentra MultiCal
Kontrol
: ABX Pentra N Control
ABX Pentra P Control
6. ANALITIK
s. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan kontrol
sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap dioperasikan.
t. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
u. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
v. Letakkan cup sampel pada rak sampel
w. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
x. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
y. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
z. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
aa. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk print out
Nilai Rujukan : Nilai rujuk pada Pentra 400 ( suhu 37oC )(10)
Umur
Kadar ALP (U/L)
7.
PASCA
Perempuan
Laki-laki
ANALITIK
1-30 hari
48 406
75 319
Interpretasi :
1 bln-1 thn
124 341
82 383
Penin
gkata
1-3 thn
108 317
104 345
n
4-6 thn
96 297
93 309
tegas
(5 kali
7-9 tahn
69 325
86 315
atau
10-12 thn
51 332
42 362
lebih
dari
13-15 thn
50 162
74 390
nilai
16-18 thn
47 119
52 171
20-50 thn
42-98
53-128
>60 thn
53-141
56-119
rujukan ):
- Kehamilan lanjut
- Osteitis deformans
- Obstruksi traktus biliaris
- Sarkoma osteogenik
- Atresia biliaris
- Hiperparatiroid (primer atau sekunder)
- Sirosis
- Pagets disease
Peningkatan sedang (3 5 kali nilai rujukan ):
- Penyakit hati granulomatosa atau infiltratif
- Mononukleosis infeksiosa
- Obstruksi duktus ekstrahepatik
- Metastasis tumor ke tulang.
- Penyakit metaboliktulang:- Hepatitis virus sebelum
Rickets, Osteomalasia peningkatan bilirubin
6. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh analis
yang bertugas.
f. BILIRUBIN DIREK
Bilirubin adalah produk utama katabolisma hemoglobin. Ada dua
bentuk bilirubin serum yaitu bilirubin terkonyugasi (bilirubin direk) yang
larut dalam air dan bilirubin tak terkonyugasi (bilirubin indirek) yang tidak
larut dalam air.
Tes bilirubin adalah tes untuk menetapkan kadar bilirubin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-
Mengevaluasi fungsi
hepatobilier
dan eritropoetik.
-
8.
PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Puasa, tetapi puasa yang terlalu lama dapat
meningkatkan kadar bilirubin serum (1,3 kali setelah puasa 24 jam
dan 2,2 kali setelah puasa 48 jam).
1.2 Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan cahaya matahari langsung.
Tes dilakukan dalam waktu < 2 jam setelah pengambilan sampel.
1.3 Alat dan Bahan:
Alat automatik Pentra 400, pipet volumetrik 500 l,cup sampel, rak
sampel, kuvet.
Bahan:
2. ANALITIK
2.1 Cara kerja:
- Tekan On/Off, periksa washer, rinse, rak kuvet, reagen dan lakukan
control sebelum
alat digunakan, setelah selesai, alat siap dioperasikan.
- Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l. Masukkan
kedalam cup
sample. Beri label sesuai identitas pasien.
- Letakkan cup sample pada rak sample.
- Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New(+)
- Isi data pasien pilih tes Bil D, klik OK
- Letakkan rak sampel pada sampel try di alat Pentra 400. Pada saat
meletakkan rak,
lampu pada sampel try harus berwarna hijau. Apabila masih berwarna
merah tekan tombol pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.
- Klik start, tes akan dijalankan secara otomatis.
- Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat di print out.
2.2 Nilai rujukan:
Bilirubin Direk :
Dewasa dan anak : 0 0.2 mg/dl (0 3.4 mol/l)
Bilirubin Indirek = bilirubin total bilirubin direct
3. PASCAANALITIK
Interpretasi
Peninggian bilirubin direk dijumpai pada:
- Gangguan transport bilirubin: Sindroma Dubin Johnson, Sindroma Rotor,
- Kerusakan hepatoseluler: hepatitis virus, obat-obatan, alkohol, sirosis
hati, neoplasma.
- Obstruksi bilier ekstrahepatik: batu kandung empedu, pankreatitis,
kolangitis sklerosis, striktur bilier, neoplasma.
- Obstruksi bilier intrahepatik: obat-obatan, alkohol, sirosis hati, kolestasis
pasca bedah, sirosis hati bilier primer, atresia bilier, parasit.
Peninggian bilirubin indirek dijumpai pada:
- Peninggian produksi bilirubin: hemolisis, eritropoesis yang tidak efektif,
Primary Shunt Hyperbilirubinemia.
- Gangguan transport bilirubin: Sindroma Gilbert, Sindroma Crigler Najjar.
- Campuran : hiperbilirubinemia neonatus, obat-obatan.
g. Bilirubin Total
Bilirubin adalah produk utama katabolisma hemoglobin. Ada dua
bentuk bilirubin serum yaitu bilirubin terkonyugasi (bilirubin direk) yang
larut dalam air dan bilirubin tak terkonyugasi (bilirubin indirek) yang tidak
larut dalam air.
Tes bilirubin adalah tes untuk menetapkan kadar bilirubin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
-
Mengevaluasi fungsi
hepatobilier
dan eritropoetik.
-
Prosedur:
9. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Puasa, tetapi puasa yang terlalu lama dapat meningkatkan
kadar bilirubin serum (1,3 kali setelah puasa 24 jam dan 2,2 kali setelah puasa
48 jam).
1.2
Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan cahaya matahari langsung. Tes
dilakukan dalam waktu < 2 jam setelah pengambilan sampel.
10. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: Puasa, tetapi puasa yang terlalu lama dapat meningkatkan
kadar bilirubin serum (1,3 kali setelah puasa 24 jam dan 2,2 kali setelah puasa
48 jam).
1.2
Persiapan Sampel: Hindari hemolisis dan cahaya matahari langsung. Tes
dilakukan dalam waktu < 2 jam setelah pengambilan sampel.
3. ANALITIK
2.1 Cara kerja:
- Tekan On/Off, periksa washer, rinse, rak kuvet, reagen dan lakukan control sebelum
alat digunakan, setelah selesai, alat siap dioperasikan.
- Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 l. Masukkan kedalam cup
sample. Beri label sesuai identitas pasien.
- Letakkan cup sample pada rak sample.
- Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New(+)
- Isi data pasien pilih tes yang akan dikerjakan (BIL.T atau BIL.D ), klik OK
- Letakkan rak sampel pada sampel try di alat Pentra 400. Pada saat meletakkan
rak, lampu pada sampel try harus berwarna hijau. Apabila masih berwarna merah
tekan tombol pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.
- Klik start, tes akan dijalankan secara otomatis.
- Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat di print out.
2.2 Nilai rujukan:
Bilirubin total :
mg/dl
mol/l
Neonatus :
1 hari (24 jam)
< 8.8
< 150
2 hari
1.3 11.3
22 193
3 hari
0.7 12.7
12 217
4 6 hari
0.1 - 12.6
1.7-216
Anak
0.2 1.0
3.4 - 17
Dewasa
0.12 1.2
1.7 - 21
3.PASCAANALITIK
Interpretasi
Peninggian bilirubin direk dijumpai pada:
- Gangguan transport bilirubin: Sindroma Dubin Johnson, Sindroma Rotor
- Kerusakan hepatoseluler: hepatitis virus, obat-obatan, alkohol, sirosis hati,
neoplasma
- Obstruksi bilier ekstrahepatik: batu kandung empedu, pankreatitis, kolangitis
sklerosis, striktur bilier, neoplasma.
- Obstruksi bilier intrahepatik: obat-obatan, alkohol, sirosis hati, kolestasis
pasca bedah, sirosis hati bilier primer, atresia bilier, parasit.
2 DIABETES MELITUS
a. GDP
Tes Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Puasa (GDP), Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes
Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) dan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).
keberhasilan
pengobatan
dan
mencegah
terjadinya
Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada
blanko permintaan tes.
2.2 Persiapan Sampel:
Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena adanya variasi
diurnal.
Sampel plasma, stabil selama < 1 jam, bila > 1 jam konsentrasi glukosa turun
karena adanya glikolisis ex vivo.
Untuk tes saring dan tes pengendalian DM, sampelnya adalah plasma vena,
serum, atau darah kapiler. Untuk tes diagnostik sampel yang dianjurkan adalah
plasma vena, akan tetapi dapat juga digunakan sampel whole blood, darah
vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang
berbeda.
Tekan On/Of, periksa washer, Rinse, Rak cuvet, Reagen dan dilakukan
kontrol
Sebelum alat digunakan, setelah semua selesai, alat siap dioperasikan.
Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 ul.
3 Masukkan serum kedalam cup sample.
Letakkan cup sample pada rak.
Pada main menu, klik work list, klik patien, klik Add New ( + )
Isi data pasien, pilih test yang akan dikerjakan ( GLUK ), klik Ok.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat Pentra 400. Pada saat
meletakkan rak, lampu pada sample tray harus berwarna hijau. Apabila masih
berwarna merah tekan tombol Pause dan tunggu sampai lampu berwarna
hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat
diprint out.
Plasma vena
Darah kapiler
4. PASCAANALITIK
Interpretasi:
Bukan DM
Te Sam
s
pel
(mg/ (mmol
dL)
/L)
(mg/dL)
(mmol/L)
< 110
< 90
< 6,1
< 5,0
Belum Pasti
DM
(mg/ (mmol
dL)
/L)
DM
(mg/
dL)
(mmol
/L)
GD Plas
P
ma
vena
Dara
h
kapil
er
< 110
< 6,1
110
125
6,1
7,0
> 126
> 7,0
< 90
< 5,0
90
109
5,0
6,1
> 110
> 6,1
5 Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh analis
yang bertugas.
b. GDS
Tes Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes Glukosa Darah Puasa (GDP), Tes
Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) dan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).
Tes GDS adalah tes untuk menetapkan kadar GDS dengan
menggunakan alat automatik. Tes GDS dapat berupa tes saring dan tes
diagnostik untuk DM.
Tujuan:
Sebagai tes saring untuk:
-
Prosedur:
3 Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
4 PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien: Tidak memerlukan persiapan khusus.
2.2 Persiapan Sampel:
Sampel plasma, stabil selama < 1 jam, bila > 1 jam konsentrasi
glukosa turun karena adanya glikolisis ex vivo.
Untuk tes saring DM, sampelnya adalah plasma vena, serum, atau
darah kapiler. Untuk tes diagnostik sampel yang dianjurkan adalah plasma vena,
akan tetapi dapat juga digunakan sampel whole blood, darah vena ataupun
kapiler dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang berbeda.
Alat automatic ABX Pentra 400, pipet volumetrik 500 l, Cup Sample,
Rak
Sample, Cuvet
.
Bahan:
Heparin Iodine Asetat
Reagensia:
Phosphate buffer, pH 7.40 13.8 mmol/l
Phenol
10 mmol/l
4 Aminoantipyrine
0.3 mmol/l
Glukosa Oksidase
10.000 u/l
Peroxidase
700 u/l
Sodium acide
< 0.1 %
3 ANALITIK
1. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol
sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap dioperasikan.
2. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik
3. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
4. Letakkan cup sampel pada rak sampel
5. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
6. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
7. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
8. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
9. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam
bentuk print out
Serum, plasma : 0.70 1.05 g/l
70 105 mgdl
3.89 5.84 mmol/l
Urine : < 0.1 mmol/l
4. PASCAANALITIK
Interpretasi:
c. G2PP
Tes Glukosa Darah pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes Glukosa Darah Puasa (GDP), Tes
Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) dan Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO).
Tes GD2PP adalah tes untuk menetapkan kadar GD2PP dengan
menggunakan alat automatik. Tes GD2PP dapat berupa tes diagnostik dan
tes monitoring untuk DM.
Tujuan:
Sebagai tes diagnostik untuk:
- memastikan diagnosis DM pada individu dengan keluhan klinis khas
DM atau mereka yang terjaring pada tes saring.
Sebagai tes monitoring untuk:
-
memantau
keberhasilan
pengobatan
dan
mencegah
terjadinya
PRAANALITIK
2.1 Persiapan Pasien:
Pasien diberikan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes
dilakukan
2.2 Persiapan Sampel:
Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena adanya variasi
diurnal.
Sampel plasma, stabil selama < 1 jam, bila > 1 jam konsentrasi glukosa turun
karena adanya glikolisis ex vivo.
Untuk tes saring dan tes pengendalian DM, sampelnya adalah plasma vena,
serum, atau darah kapiler dengan memperhatikan angka kriteria diagnostik yang
berbeda.
Pada sampel simpan tambahkan glikolisis inhibitor (Natrium Fluorida 2,5 mg/mL
darah). Sampel ini stabil pada suhu 15-25C selama 24 jam, dan pada suhu 4C
stabil selama 10 hari.
Alat automatic ABX Pentra 400, pipet volumetrik 500 l, Cup Sample, Rak Sample,
Cuvet
Bahan:
Heparin Iodine Asetat
Reagensia:
Phosphate buffer, pH 7.40
13.8 mmol/l
Phenol
10 mmol/l
4 Aminoantipyrine
0.3 mmol/l
Glukosa Oksidase
10.000 u/l
Peroxidase
700 u/l
Sodium acide
< 0.1 %
3. ANALITIK
3.1 Cara kerja:
Tekan On/Of, periksa washer, Rinse, Rak cuvet, Reagen dan dilakukan kontrol
Sebelum alat digunakan, setelah semua selesai, alat siap dioperasikan.
Ambil serum dengan menggunakan pipet volumetrik 500 ul.
Masukkan serum kedalam cup sample.
Letakkan cup sample pada rak.
Pada main menu, klik work list, klik patien, klik Add New ( + )
Isi data pasien, pilih test yang akan dikerjakan ( GLUK ), klik Ok.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat Pentra 400. Pada saat
Meletakkan rak, lampu pada sample tray harus berwarna hijau. Apabila masih
berwarna merah tekan tombol Pause dan tunggu sampai lampu berwarna
hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan dapat diprint
out.
Nilai rujukan:
Tes
Sampel
(mg/dL)
(mmol/L)
GD2PP
Plasma vena < 140
< 7,8
Darah kapiler < 120
< 6,7
4. PASCAANALITIK
Interpretasi:
3 PROFIL LIPID
a. KOLESTEROL TOTAL
Pasien dalam keadaan stabil, tidak ada perubahan berat badan, pola
makan, kebiasaan merokok, minum kopi dan alkohol dalam 2 minggu
terakhir sebelum dites.
Alat ABX Pentra 400 Analyzer, pipet volumetrik 500 l, cap sample
dan rak sample,cuvette
Bahan:
Sampel: serum, plasma Heparin atau plasma EDTA
Reagensia:
Goods Buffer pH 6.7 50 mmol/l, Phenol 5 mmol/l, 4-Aminoantipyrine
0,3 mmol/l, Cholesterol esterase (CHE) 200 U/l, Cholesterol
oxidase (CHO) 50 U/l, Peroxidase 3kU/l, Sodium azide 0.95 g/l
13.
ANALITIK
Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New (+)
Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (CHOL T), klik OK.
14.
PASCA ANALITIK
Interpretasi :
200 mg/dl
waspada PJK
resiko tinggi PJK
7. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
b. KOLESTEROL HDL
Tes Kolesterol HDL adalah tes untuk menetapkan kadar kolesterol
HDL dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia.
Prosedur:
15.
Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.
16.
PRAANALITIK.
2.1 Persiapan Pasien:
Pasien dalam keadaan stabil, tidak ada perubahan berat badan, pola
makan, kebiasaan merokok, minum kopi dan alkohol dalam 2 minggu
terakhir sebelum dites.
Bahan:
Sampel: serum, plasma EDTA atau plasma
heparin
Reagen :
Reagen 1 : Goods Buffer < 1000 U/l, Cholesterol oxidase < 1300
ppg U/l, N, N-bis (4-sulphobutyl)-m-toluidine-disodium (DSBmT) < 1
mM , Accelerator < 1 mM, Preservative < 0.06 %
Reagen 2 : Goods Buffer, Cholesterol esterase < 1500 U/l, 4Aminoantipyrine (4-AAP) < 1 mM, Detergent < 2 %, Restrainer <
0.15 %, Preservative < 0.06 %, Ascorbic acid oxidase < 3000 U/l
3. ANALITIK
3.1 Cara kerja:
Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New (+)
Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (HDL-C), klik OK.
c. KOLESTEROL LDL
Tes Kolesterol LDL adalah tes untuk menetapkan kadar kolesterol
LDL dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia.
Prosedur:
17.
18.
PRAANALITIK
Persiapan Sampel:
Waktu pengambilan sampel darah pasien dalam posisi duduk
yang sudah dilakukan selama 5 menit.
Pada saat pengambilan darah, pemasangan torniquet
sebaiknya tidak lebih 1 menit.
Serum sebaiknya dipisahkan dari sel darah merah sesegera
mungkin. Sampel sebaiknya segera dites, tidak disimpan atau
tidak dibekukan.
Hindarsampel yang ikterus dan hemolisis karena dapat terjadi
peningkatan palsu pada hasil tes.
Bahan:
Sampel: serum, plasma EDTA atau plasma heparin
Reagen :
Reagen 1 :
MES Buffer (pH) 6.3
Detergent 1
< 1.0
Cholesterol Esterase
<
Cholesterol Oxidase
<
%
1500 U/L
1500 U/L
Peroxidase
< 1300
ppg U/L
4-aminoantipiryrine
< 0.1
<
%
3000 U/L
Reagen 2 :
MES Buffer (pH 6.3)
Detergent 2
< 1.0
< 1.0
%
mM
Preservative
ANALITIK
d. TRIGLISERIDA
Lipid darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak bebas. Lipid di dalam serum diukur sebagai lipoprotein dan
trigliserida. Trigliserida merupakan ester gliserol alkohol trihidrik dengan 3
rantai panjang asam lemak, yang sebagian besar disintesis di dalam hati
dan jaringan adiposus. Tes saring untuk dislipidemia adalah tes kadar
kolesterol total, kolesterol-LDL, kolesterol-HDL dan trigliserida.
Tes Trigliserida adalah tes untuk menetapkan kadar trigliserida darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Mengetahui dan membantu pengelolaan adanya dislipidemia
Prosedur:
19.
20.
Alat ABX Pentra 400 Analyzer, pipet volumetrik 500 l, cap sample
dan rak sample,cuvette
Bahan:
Sampel: serum, plasma Heparin atau plasma EDTA
Reagensia:
Pipes free acid 50 mmol/l, Sodium hydroxide 3.36 g/l, Triton X-100
1 ml/l, Magnesium salt 14.8 mmol/l, p-chlorophenol 2.69 mmol/l,
ATP 3.14 mmol/l, Sodium azide 7.99 mmol/l, Potassium
ferrocyanide 0.31 mmol/l. 4-aminoantipyrine 0.31 mmol/l,
Lipoprotein lipase 1.90 U/l, Glycerokinase 0.5050 KU/l, Glycerol
phosphate Oxidase 4.15 KU/l, Peroxidase 0.4950 KU/l, Distilled
water qs 1 l/l
21.
ANALITIK
Pada main menu, klik worklist, klik patient, klik Add New (+)
Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan (TG), klik OK.
Kemudian letakkan rak sample pada sample tray di alat pentra
400. Pada saat meletakkan rak, lampu pada sample tray harus
berwarna hijau. Apabila masih berwarna merah tekan tombol
pause dan tunggu sampai lampu menjadi hijau.
Klik start, program dijalankan secara otomatis.
Selanjutnya hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan
dapat di print out.
Nilai rujukan:
22.
PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Laki-laki : > 165 mg/dl diwaspadai terjadinya PJK
Perempuan : > 140 mg/dl diwaspadai terjadinya PJK
8. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
Tes Asam Urat adalah tes untuk menetapkan kadar asam urat darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Evaluasi penyakit gout, leukemia dan ginjal.
Prosedur:
4. PASCA-ANALITIK
Nilai rujukan:
Wanita: 26 60 mg/L
155 357 mol/L
Pria : 35 72 mg/L
Interpretasi.
Meningkat pada (hiperurikemia):
- Gout
Starvasi
- Penyakit ginjal dan gagal ginjal
- Asidosis
metabolik
- Alkoholisme
Toxemia pada kehamilan
- Dehidrasi
Hiperlipidemia
- Leukemia
Mononucleosis
- Limpoma
Hipoparatiroidisme
- Anemia hemolitik
- Kemoterapi dan radioterapi
Menurun pada:
- Sindroma Fanconi
- Wilsons Disease
- SIADH (Syndrome of Inappropriate secretion of Anti Diuretic
Hormone)
- Keracunan logam berat
- Beberapa keganasan (Penyakit Hodgkin, Multiple Mieloma)
- Xanthinuria (defisiensi xanthine oksidase)
b. UREUM
Ureum dibentuk di hati merupakan hasil akhir metabolisme protein
yang difiltrasi oleh glomerulus. Kadar urea menggambarkan intake protein
dan kemampuan ekskresi ginjal. Peninggian kadar urea disamping
menunjukkan adanya gangguan ginjal juga dapat disebabkan adanya
obstruksi saluran kemih dan peningkatan katabolisma protein.
Tes Ureum adalah tes untuk menetapkan kadar ureum darah dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
25.
ANALITIK
ab. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
ac. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
ad. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas pasien
ae. Letakkan cup sampel pada rak sampel
af. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
ag. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
ah. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
ai. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
aj. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
Nilai Rujukan :
Umum
[mg/dL]
17 43
[mmol/L]
2,8 7,2
15 40
2,6 6,7
21 43
3,5 7,2
19 44
3,2 7,3
18 55
3,0 9,2
11 361,8 6,0
15 36
2,5 6,0
18 45
2,9 7,3
26.
PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Peningkatan ureum dalam darah ditemukan pada :
- gangguan fungsi ginjal
- penyakit jantung kongestif
- shock
- dehidrasi
- perdarahan di traktus gastrointestinalis
- infark miokardial akut
- stress
- intake protein yang banyak/peningkatan katabolisme protein
Penurunan ureum dalam darah ditemukan pada :
- liver failure
- akromegali
- malnutrisi
- pemakaian anabolik steroid
- overhidrasi (IV feeding)
- kegagalan absorpsi (penyakit celiac)
- sindroma nefrotik
- SIADH (Syndrome of Inappropriate secretion of Anti Diuretic
Hormone)
9. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
c. KREATININ
Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin adalah
senyawa nitrogen yang terutama disintesis di hati dan disimpan di dalam
otot. Kreatinin diekskresikan ke urin melalui filtrasi glomerulus.
Tes Kreatinin adalah tes untuk menetapkan kadar kreatinin darah
dengan menggunakan alat automatik.
Tujuan:
29.
ANALITIK
ak. Tekan On/Off, periksa Washer, Rinse, rak kuvet, reagen dan dilakukan
kontrol sebelum alat digunakan, setelah semua selesai alat siap
dioperasikan.
al. Ambil sampel dengan menggunakan pipet volumetrik.
am. Masukkan sampel ke dalam cup sampel. Beri label sesuai identitas
pasien
an. Letakkan cup sampel pada rak sampel
ao. Pada main menu klik Worklist, klik Patient, klik Add New
ap. Isi data pasien, pilih tes yang akan dikerjakan, klik OK
aq. Letakkan rak sampel pada sampel tray di dalam Pentra 400.
ar. Klik Start, program akan dijalankan secara otomatis.
as. Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada monitor dan hasil dalam bentuk
print out
Nilai Rujukan :
Pria
Distrofi muskular
Ketoasidosis diabetika
Dehidrasi
Kanker
Nefropati diabetika
10. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
PEMERIKSAAN ELEKTROLIT
a. NATRIUM
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh, dapat berupa
kation atau anion. Pada cairan ekstrasel kation utamanya adalah Natrium
(Na+).
Natrium adalah elektrolit penentu utama osmolaritas dalam darah
dan pengaturan volume ekstra sel. Perubahan konsentrasi Natrium pada
sirkulasi berefek pada syaraf dan fungsi neuro-muskuler.
Tes Natrium adalah tes untuk menetapkan kadar ion Na + dengan
menggunakan alat automatik.
Tujuan:
Merupakan pedoman untuk
berguna untuk:
-
pemberian terapi.
yang
mencegah komplikasi .
Prosedur:
Prosedur:
31. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus.
1.2 Persiapan Sampel:
Darah lengkap:
- Sampel darah yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Tes dilakukan segera < 1 jam setelah pengambilan sampel.
Plasma:
- Sampel plasma yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Sampel dapat disimpan lebih lama daripada darah lengkap.
- Bila harus disimpan beberapa saat, sampel harus ditutup dan
disimpan di lemari pendingin. Sebelum dianalisis, biarkan
sampel pada suhu ruangan.
Serum:
- Sampel dianalisis tanpa antikoagulan, biarkan membeku
kemudian
dipisahkan segera. Penanganan lainnya sama dengan sampel
plasma.
Urin:
-
Kalium
Klorida
* Standar B:
mengandung : Natrium
Kalium
Klorida
5,0 mmol/L
115,1 mmol /L
85 ml
50,0 mmol/L
1,8 mmol/L
59,8 mmol/L
* Larutan Referens
mengandung: Kalium Klorida 1,2 mmol/L
ISE SnapPak ini tidak boleh dibekukan dan isinya akan stabil bila
disimpan pada suhu 150 -300 C sampai batas kadaluarsa yang
tercantum pada label.
2.
ANALITIK
2.1 Cara kerja:
40 220 mmol/hari
PASCA-ANALITIK
Interpretasi.
diare persisten.
luka bakar.
Renal Tubular Asidosis
insufisiensi ginjal kronik dengan asidosis.
metabolik asidosis (diabetik
ketoasidosis).
6. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
7. Tes dapat dilakukan setiap hari di Laboratoium UPL RS UNHAS selama 24
jam sesuai permintaan
b. KALIUM
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh, dapat berupa
kation atau anion. Pada cairan intrasel kation utamanya adalah Kalium
(K+).
Kalium adalah elektrolit yang amat penting untuk mempertahankan
membran potensial elektrik. Perubahan pada ion ini akan berdampak
terutama pada sistem kardiovaskuler, neuromuskuler dan gastrointestinal.
Tes Kalium adalah tes untuk menetapkan kadar ion K +
dengan
pemberian terapi.
Prosedur:
Prosedur:
32. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus.
1.2 Persiapan Sampel:
Darah lengkap:
- Sampel darah yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Tes dilakukan segera < 1 jam setelah pengambilan sampel.
Plasma:
- Sampel plasma yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Sampel dapat disimpan lebih lama daripada darah lengkap.
- Bila harus disimpan beberapa saat, sampel harus ditutup dan
disimpan di lemari pendingin. Sebelum dianalisis, biarkan
sampel pada suhu ruangan.
Serum:
- Sampel dianalisis tanpa antikoagulan, biarkan membeku
kemudian
dipisahkan segera. Penanganan lainnya sama dengan sampel
plasma.
Urin:
-
85 ml
50,0 mmol/L
1,8 mmol/L
Klorida
59,8 mmol/L
* Larutan Referens
mengandung: Kalium Klorida 1,2 mmol/L
ISE SnapPak ini tidak boleh dibekukan dan isinya akan stabil bila
disimpan pada suhu 150 -300 C sampai batas kadaluarsa yang
tercantum pada label.
2.
ANALITIK
2.1 Cara kerja:
25 125 mmol/hari
PASCA-ANALITIK
Interpretasi.
Intake berkurang:
kelaparan lama
terapi pasca operasi dengan cairan kurang mengandung
kalium.
muntah berlebih
diare
fistel usus
Renal Tubular Asidosis
Sindroma Cushing
penggunaan obat-obatan
terapi diuretik
c. KLORIDA
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh, dapat berupa
kation atau anion. Pada cairan ekstrasel salah satu anion utamanya
adalah Klorida (Cl-).
Klorida adalah elektrolit yang berfungsi mempertahankan tekanan
osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan
anion dan kation dalam cairan ekstrasel.
Tes Klorida adalah tes untuk menetapkan kadar ion Cl menggunakan alat automatik.
Tujuan:
dengan
pemberian terapi.
Prosedur:
Prosedur:
33. PRAANALITIK
1.1 Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus.
1.2 Persiapan Sampel:
Darah lengkap:
- Sampel darah yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Tes dilakukan segera < 1 jam setelah pengambilan sampel.
Plasma:
- Sampel plasma yang diberi antikoagulan heparin (litium / Naheparin).
- Sampel dapat disimpan lebih lama daripada darah lengkap.
- Bila harus disimpan beberapa saat, sampel harus ditutup dan
disimpan di lemari pendingin. Sebelum dianalisis, biarkan
sampel pada suhu ruangan.
Serum:
- Sampel dianalisis tanpa antikoagulan, biarkan membeku
kemudian
dipisahkan segera. Penanganan lainnya sama dengan sampel
plasma.
Urin:
-
85 ml
50,0 mmol/L
1,8 mmol/L
59,8 mmol/L
* Larutan Referens
mengandung: Kalium Klorida 1,2 mmol/L
ISE SnapPak ini tidak boleh dibekukan dan isinya akan stabil bila
disimpan pada suhu 150 -300 C sampai batas kadaluarsa yang
tercantum pada label.
2.
ANALITIK
2.1 Cara kerja:
97 111 mmol/L
PASCA-ANALITIK
Interpretasi.
Dehidrasi Berat
Aldosteronisme Primer
Diabetes Insipidus
Aetensi Klorida
Intoksikasi Salisilat
- Pielonefritis kronik
- Hiperaldosteronisme
Gagal ginjal
Intoksikasi bromida
Ketoasidosis diabetik
Alkalosis metabolik
- Muntah berlebihan (biasanya bersama Na + & K+)
10. Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian ditandatangani oleh
analis yang bertugas.
11. Tes dapat dilakukan setiap hari di Laboratoium UPL RS UNHAS selama 24
jam sesuai permintaan
PEMERIKSAAN IMUNOLOGI
1. Imunologi Rapid
a. HbsAg
Hepatitis B adalah penyakit Hepatitis kronik. Perubahan serologik
pada VHB dimulai dengan timbulnya HbsAg dalam darah/ serum yang
sering mendahului peningkatan aktivitas transaminase.
Tujuan:
Tes HbsAg digunakan untuk memantau penyakit Hepatits B
Prosedur:
1. TES HbSAg (rapid tes)
1.1 Pra analitik
Persiapan pasien
: tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: hindari hemolisis
Alat dan Bahan
1.Kit ACON HbsAg terdiri dari: alat tes dan
pipet tetes
2.Serum/ Plasma ( EDTA / heparin / sitrat )
1.2 Analitk
Cara Kerja
1.
Alat tes dilepaskan dari tutupnya pada suhu ruang.
2.
Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.Pipet tetes
dipegang secara
vertikal lalu teteskan serum / plasma 3 tetes
kedalam sumur spesimen (S).
3.
Tunggu sampai garis merah muncul. Hasil dibaca dalam waktu 10
menit
1.3 Pasca analitik
Interpretasi hasil
Positif (reaktif) jika nampak 2 garis merah pada garis kontrol (C) dan
garis tes (T)
Negatif (reaktif) hanya nampak 1 garis merah pada bagian kontol (C)
Invalid tidak tampak garis merah sama sekali atau nampak hanya pada bagian
tes (T)
b. A-HCV
c. A-HIV
d. CRP
Tes C-Reaktif Protein adalah tes untuk mengukur kadar C-Reaktif
Protein didalam darah
Tujuan:
1. Mendeteksi proses inflamasi sistemik
2. Mendiagnosis dan mengevaluasi hasil pengobatan pada penyakit
infeksi
3. Memantau pengobatan penyakit rematik dan menilai hasil pengobatan
anti inflamasi
4. Mendeteksi infeksi intrauteri yang disertai amnioreksi dini
5. Menetapkan adanya penyulit pasca operasi pada tingkat dini
6. Menentukan risiko penyakit kardiovaskular
Prosedur:
Pra analitik
Persiapan pasien
Persiapan sampel
1.
2.
3.
4.
5.
e. ASTO
Streptolisin
O adalah
toksin
hemolitik yang
diproduksi
oleh
f. RF
Tes Faktor Reumatoid adalah tes untuk mengukur kadar faktor
reumatoid didalam darah
Tujuan:
Untuk membantu menegakkan diagnosis Reumatiod Artritis
Prosedur:
Pra analitik
Persiapan pasien
Persiapan sampel
BAHAN :
3. Serum Pasien
4. Reagen;
latex reagen RF
serum kontrol positif (prediluted)
serum kontrol negatif (prediluted)
Analitik :
Cara Kerja
1. Tempatkan reagen dan serum pada suhu kamar
2. Kocok perlahan reagen lateks sampai partikel-partikelnya tercampur
3. Teteskan 40 L serum ke dalam lingkaran slide
4. Tambahkan satu tetes reagen lateks di samping tetesan sampel
5. dicampurkan serum dengan lateks reagen secara merata dengan ujung
pengaduk sampai batas lingkaran slide
6. Goyangkan slide selama 3 menit secara perlahan-lahan ke depan dan ke
belakang atau dengan menggunakan shaker
7. diamati aglutinasi yang timbul
8. Konfirmasi tes dengan kontrol positif atau kontrol negatif
Pasca Analitik
Nilai Rujukan :
- Negatif
: jika tidak ada aglutinasi (kadar RF<8 IU/ml)
- Positif
: jika terbentuk aglutinasi (kadar RF8 IU/ml)
g. ICT MALARIA
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama
prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus
Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia
ditularkan oleh nyamuk .
Tujuan:
Uji ICT dapat mendeteksi plasmodium falciparum, dan non falciparum,
tetapi tidak dapat membedakan antara plasmodium vivax, oval, dan
malariae. Mampu membedakan infeksi falciparum murni dari infeksi
campuran yang termasuk plasmodium falciparum.
Plasmodium
Plasmodium
h. WIDAL
Pemeriksaan ini Merupakan tes metode serologi dengan memeriksa
reaksi antara antibody aglutinin dalam serum penderita yang telah
mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan
flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi
aglutinasi.
Tujuan:
Untuk Identifkasi antibodi tubuh terhadap penyakit tifus.
Prosedur:
f.
1.2 Analitk
Cara Kerja
1. Siapkan 2 slide kemudian diberi tanda O dan lainnya tanda H
2. Teteskan 8 l serum pasien pada masing-masing slide
3. Pada slide O tambahkan 1 tetes suspensi antigen O dan slide H
tambahkan 1 tetes antigen H.
4. Campur serum dan suspensi antigen dengan menggunakan
aplikator bersih pada masing-masing slide, digoyang pelan-pelan
dengan menggunakan tangan selama 3 menit.
5. Amati adanya aglutinasi lebih atau sama dengan 50%
6. Baik slide O maupun slide H jika terjadi aglutinasi lebih atau sama
dengan 50%, maka tes dilanjutkan untuk menunjukkan titer
antibodi dengan menggunakan metode slide atau metode tabung.
Metode Slide
1. Buat seri slide O dan slide H pada mikroplate
2. Isi serum pasien pada seri slide O dan slide H secara berturut-turut : 8
ml, 4 ml, 2 ml, 1 ml, 0,5 ml dan seterusnya serum terlebih dahulu
diencerkan denga larutan NaCl 0,9% 1:10, dari hasil pengenceran ini
slide berikutnya diisi sebanyak 8 ml, 4 ml dan slide 8 sebagai kontrol 8
ml NaCl 0,9% sehingga didapatkan pengenceran secara berturutturut, 1:20, 1:40, 1:80, 1:160, 1:320, 1:640 dan 1: 1280.
3. Tambahkan masing-masing slide O dengan 1 tetes antigen O dan
slide H dengan 1 tetes antigen H, termasuk kontrol.
4. Campur serum dan suspensi antigen dengan menggunakan aplikator
bersih pada masing-masing slide, selanjutnya mikroplate digoyang
pelan-pelan dengan menggunakan tangan selama 3 menit.
5. Amati adanya aglutinasi lebih atau sama dengan 50% pada masingmasing slide dengan syarat kontrol tidak terjadi aglutinasi.
1.3 Pasca analitik
Nilai Rujukan : Negatif jika tidak terjadi reaksi aglutinasi.
Interpretasi :
Dinyatakan menderita demam tifoid jika terjadi reaksi aglutinasi pada
pengenceran: untuk anti O 1:640 dan lebih tinggi lagi untuk anti H. Jika gejala
klinik khas maka anti O cukup 1:320. Baik anti O maupun anti H akan meningkat
sesudah vaksinasi tetapi aglutinin akan turun lebih dahulu dan umumnya negatif
setelah beberapa bulan, sedang aglutinin H bertahan setelah beberapa tahun.
Pemberian antibiotik dan kortikosteroid dini dapat mencegah kenaikan titer. Un
tuk memberi tes widalyang baik, tes widal diulang sedikitnya dua kali dengan
jangka waktu 5-7 hari.
i. DHF IgM&IgG
infeksi
G
M
C
DHF sekunder
G
M
C
DHF primer
G
M
C
G
M
C
Negatife
Invalid
G
M
C
I. Positif
Tampak 1 atau 2 garis biru pada salah satu atau kedua area dan garis
merah pada area kontrol dari Dengue IgG/IgM .
I.1 Infeksi Dengue Primer
Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue primer apabila IgM positif
(garis biru pada area 1), IgG negative (tidak tampak garis pada area 2)
dan adanya garis merah pada area Kontrol (C).
I.2. Infeksi Dengue Sekunder
Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue sekunder apabila IgM
positif (garis biru pada area 1), IgM positif (garis biru pada area 2) dan
adanya garis merah pada control (C) atau IgM negatif (tidak tampak garis
pada area 1), IgG positif (garis biru pada area 2) dan adanya garis merah
pada area control (C).
2. Negatif
Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya terdapat garis merah
pada area control (C) yang terlihat pada saat 15 sampai 30 menit.
Pemeriksaan diulangi dalam 4 sampai 7 hari apabila gejala klinis tetap
muncul.
3. Invalid
Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila IgM positif (terdapat garis biru
pada area 1), IgG positif (terdapat garis biru pada area 2) dan tidak
terdapat garis merah pada area Kontrol
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Imunologi Elisa
HbSAg
FT4
TSHS
PSA
Ca 15-3
Ca 125
CEA
URINALISIS
Urinalisis atau analisis urin adalah tes laboratorium terhadap spesimen urin
yang dapat memberikan informasi keadaan ginjal dan saluran kemih, baik
prerenal renal maupun post renal.
Urinalisis terdiri dari tes makroskopik, mikroskopik dan kimia.
Tujuan:
Untuk skrining, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit,
efektifitas pengobatan, dan komplikasi penyakit.
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu
dikonfirmasi oleh dokter yang bertugas
2. Pra analitik
2.1.
Persiapan pasien :. tidak ada persiapan khusus, kecuali untuk tes urin
post prandial, pasien berkemih setelah makan 1 - 3 jam
2.2. Persiapan Sampel
:
- wadah penampung bersih dan kering
- identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur,
- urin diperiksa dalam waktu 2 jam setelah
dikemihkan
- sampel urin sewaktu, untuk tes Esbach: urin 24
jam atau 12 jam
2.3. Alat dan Bahan:
- Wadah penampung urin bersih dan kering
atau steril untuk tes mikrobiologi
- Gelas volume / gelas takar
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Mikroskop
- Kaca obyek dan kaca penutup
- Sentrifus
- Alat Uriscan dan reagen stripnya.
-Tabung Esbach, reagen Esbach, asam
sulfosalisilat 20% untuk tes protein
kuantitatif
- Termometer, asam asetat 50%, untuk tes
Protein Bence Jones
3. Analitik
Cara kerja:
3.1. Tes Makroskopik:
Perhatikan warna/kejernihan dan bau
Ukur volume urin menggunakan gelas takar
3.2.Tes Kimia
- Celup 1 lembar reagen strip ke dalam urin sampai urin mengenai area
reaksi.
- Letakkan pada alat Uriscan, jalankan sesuai prosedur
- Hasil keluar dalam bentuk lembar print out, berupa: Berat jenis (BJ),
pH, Lekosit, Nitrit, Protein, Glukosa, Keton, Urobilinogen, Bilirubin, dan
Hemoglobin, Vitamin C.
3.3.Tes Mikroskopik/Sedimen
- Masukkan 10-15 ml urin ke dalam tabung reaksi, sentrifus selama
5 menit pada 1500-2000 rpm
- Buang cairan di bagian atas tabung, sehingga volume cairan dan
sedimen tinggal 0,5-1 ml.
- Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
- Letakkan 2 tetes suspensi tersebut di atas kaca obyek lalu tutup
dengan kaca penutup
- Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 10x
untuk Lapangan Pandang Kecil (LPK) untuk melaporkan jumlah
rata-rata sedimen, serta lensa obyektif 40x untuk Lapangan
Pandang Besar (LPB) untuk melaporkan jumlah rata-rata eritrosit
dan lekosit.
- Tulis hasil yang diperoleh berupa: Elemen organik yaitu jumlah sel
eritrosit, lekosit, epitel, silinder, bakteri, jamur, parasit; dan elemen
anorganik berupa kristal, zat lemak.
3.4.Tes protein kuantitatif secara Esbach
- Tambahkan 3-5 tetes asam asetat glasial ke dalam urin hingga
reaksinya asam.
- Isi tabung Esbach dengan sampel urin sampai garis bertanda U.
- Tambahkan reagen Esbach pada sampel tersebut hingga garis
bertanda R.
- Tutup tabung lalu bolak-balikkan tabung 12 kali ( jangan dikocok).
- Letakkan tabung pada rak dalam posisi tegak dan biarkan selama 18
24 jam.
- Tinggi kekeruhan dibaca dan menunjukkan banyaknya gram protein
perliter urin.
3.5. Tes Protein Bence Jones
- Sebelumnya lakukan penetapan ada tidaknya protein dengan tes asam
sulfosalisilat yaitu dengan cara :
1. Masukkan masing-masing 2 ml urin yang jernih ke dalam 2
tabung reaksi.
2. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % ke dalam salah satu
tabung lalu kocok.
3. Bandingkan kedua tabung, jika tetap sama jernihnya, maka hasil
tes negatif.
Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua,
maka panasi tabung tersebut di atas nyala api sampai
mendidih lalu dinginkan kembali dengan air mengalir
- Jika kekeruhan tetap ada saat pemanasan dan terus
menetap sampai dingin kembali, maka tes terhadap protein
positif. Protein itu mungkin albumin atau globulin atau
keduanya.
4.
-
Kristal
FECES RUTIN
Tes feses adalah tes laboratorium terhadap spesimen feses yang dapat
memberikan kelainan pada sistem traktus gastro-intestinal seperti diare,
infeksi parasit, pendarahan gastro-intestinal, ulkus peptikum, karsinoma
dan sindroma malabsorbsi.
Tes feses terdiri dari tes makroskopik, mikroskopik dan kimia (tes darah
samar).
Tujuan:
Untuk skrining, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit,
efektifitas pengobatan, dan komplikasi penyakit.
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu
dikonfirmasi oleh dokter yang bertugas
2. Pra Analitik
2.1. Persiapan Pasien :
Pasien tidak dibenarkan makan obat pencahar sebelumnya
Preparat besi akan mempengaruhi warna feses dan sebaiknya
dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan
obat-obat antidiare, golongan tetracyclin, barium, bismuth, minyak
atau magnesium akan mempengaruhi hasil.
- untuk tes kimia, perlu dihindari zat-zat yang mengandung besi, vitamin
C, bromida, iodida, makanan yang mengandung mioglobin (daging),
klorofil dan peroksidase tumbuhan selama 2-3 hari
2.2. Persiapan Sampel :
-
Sampel sebaiknya feses segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau
feses baru, defekasi spontan dan diperiksa di laboratorium dalam
waktu 2-3 jam setelah defekasi (warm stool).
Wadah berupa pot plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat dan
bersih.
2. Pra Analitik
2.1. Persiapan Pasien :
-
3. Analitik
Cara kerja:
-
3.2.
Tes Makroskopik:
sampel diperiksa ditempat yang terang
perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir,nanah, cacing, dll.
3.2.Tes Mikroskopik/Sedimen
Tetesi kaca objek disebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan
sebelah kanan dengan 1 tetes larutan Eosin 2% atau larutan Lugol.
Ambil feses dibagian tengahnya atau pada permukaan yang
mengandung lendir, darah atau nanah + seujung lidi.
Aduk sampai rata pada masing-masing larutan
Tutupi dengan kaca penutup.
Periksa dibawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x
kemudian 40x.. Amati apakah ada telur cacing , amuba, eritrosit,
leukosit, sel epitel, kristal, sisa makanan dll.
3.2.Tes Kimia
1. Buatlah emulsi feses dalam tabung reaksi dengan air atau dengan
larutan garam kira-kira 5-10 ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulsi yang masih panas dan biarkan filtrat sampai menjadi
dingin, dan tambhakan 1 ml asam asetat glacial, campur.
3. Dalam tabung reaksi kedua masukkan sepucuk pisau serbuk guaiac
dan 2 ml alkohol 95 %, campur.
Tuanglah secara hati-hati isi tabung kedua ke dalam tabung yang
berisi emulsi feses sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai
lapisan terpisah.
4. Berikan 1 ml hidrogen peroxidase 3%, campur.
5. Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada batas kedua
lapisan itu.
6. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama), perhatikan
warna yang timbul
Nilai rujuk:
Warna
: normal berwarna kuning coklat.
Bau
: Bau normal feses disebabkan oleh indol, skatol dan asam
butirat.
- Konsistensi: feses normal agak lunak dan mempunyai bentuk seperti
sosis.]
- Lendir
: normal tidak ada lendir.
- Darah
: normal feses tidak mengandung darah.
- Sel epitel
: Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan
normal.
- Lekosit
: normal tidak terdapat lekosit
- Eritrosit
: normal tidak terdapat eritrosit
- Kristal : normal mungkin terlihat kristal-kristal tripelfosfat,
calciumoxalat dan asam lemak.
4. Pasca Analitik
-
Interpretasi: