Anda di halaman 1dari 15

Teknologi Produksi Tanaman Hias: Bunga Anyelir

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Produksi
Hortikultura

Oleh :
Anggota Kelompok 2:
Dea Kusdiani

150610130007

Dzikri K.

150610130025

Sri Lestari

150610130018

Moch Hari 150610130040

Yanti Yulianti

150610130020

AGRIBISNIS A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang dengan rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada
Nabi Muhammad S.A.W beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas dari mata kuliah yang diambil.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih terdapat kekurangan, karena terbatasnya
pengetahuan dan kepustakaan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga
bagi penulis sendiri.
Akhir kata, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam pengerjaan
makalah ini, karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah S.W.T. Terima kasih.
Billahi Taufiq wal Hidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jatinangor, 26 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ...1

1.2

Rumusan Masalah........... ..1

1.3

Tujuan..... ...1

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Botani Tanaman Anyelir. ..2

2.2
2.3
2.4
2.5
2.6

Syarat Tumbuh Tanaman Anyelir .3


Budidaya Tanaman Anyelir ..4
Manfaat Bunga Anyelir. . .7
Hama, Dan Penyakit Dari Bunga Anyelir.. 7
Panen Dan Pasca Panen Bunga Anyelir.....8

BAB III SIMPULAN....11


DAFTAR PUSTAKA...13

BABiiI

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tanaman hias banyak kita jumpai di halaman-halaman rumah. Tanaman hias ini terdiri

dari berbagai jenis bunga dan tanaman unik lainnya. Anyelir atau carnation bukan tanaman asli
Indonesia, tetapi masuk ke Indonesia dibawa oleh penggemar-penggemar bunga dari Belanda
keIndonesia beberapa abad yang lalu. Di pasaran anyelir terdiri darisekurang-kurangnya 8
varietas sesuai warnanya yaitu Donna, Orange,Orange garis, Ungu Garis, Kuning garis, Pink
muda, Merah dan Salem. Tanaman bunga anyelir berumur produktif selama kurang lebih
satutahun yaitu sekitar 5 bulan masa pertumbuhan dan 7 bulan masamenghasilkan bunga.
1.2

Rumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Jelaskan mengenai botani tanaman anyelir !


Apa saja yang termasuk syarat tumbuh tanaman anyelir ?
Bagaimana budidaya tanaman anyelir ?
Apa saja manfaat bunga anyelir ?
Jelaskan hama, dan penyakit dari bunga anyelir !
Bagaimana proses dan penanganan panen dan pasca panen bunga anyelir pot dan bunga

anyelir potong ?
7) Jelaskan gradding bunga anyelir !

1.3

Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai botani tanaman

anyelir, syarat tumbuh bunga anyelir, hama dan penyakit yang menyerang bunga anyelir, upaya
pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit, memahami proses dan penanganan panen
dan pasca panen, dan gradding hasil panen bunga anyelir.

BAB
1 II
PEMBAHASAN

2.1

Botani Tanaman Anyelir


Anyelir atau carnation (Dianthus cariophyllus Linn.) adalah tanaman hias bunga yang

berasal dari daerah Mediterania. Kata Dianthus berasal dari bahas Yunani, yang berarti dewa
(dios) bunga (anthos).
Menurut Hardjoko (1999) klasifikasi taksonomi anyelir adalah sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Class

: Magnoliopsida (Dicotyledonae)

Subclass

: Carryophyllidae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Caryoplyllaceae

Tribe

: Dianthus

Species

: caryophyllus (Linn.)

Dianthus sp. Termasuk tanaman herbal, dapat


mencapai tinggi 30-100 cm. Buku batang terlihat nyata
pada bagian yang sudah menua. Daun runcing dengan
tulang daun yang menyirip, panjang dan sempit, terletak bertolak belakang. Warna daun hijau
mudah keputih-putihan. Diameter bunga sekitar 5-10 cm. Daun mahkota bunga kelipatan lima
dengan warna yang sangat bervariasi. Ujung mahkota bunga bergerigi atau tidak bergerigi.
Kelopak bunga bergabung membentuk silinder dengan dua putik dan lima benang sari. Tunas
samping keluar di antara daun dan batang (Bailey,1953).
Menurut Pertwee (1966) terdapat beberapa tipe anyelir baik berdasarkan teknik budidaya
maupun secara genetik :

1) standard canation (D. Caryophyllus) dibentuk dengan cara membuang pucuk lateral
pada saat budidaya tanaman dilakukan. Tangkai bunga akan tumbuh kekar dengan
panjang berkisar 60-80 cm, dan mempunyai satu bunga yang besar.
2) midi carnation, yaitu anyelir tipe standar yang mengalami pemotesan pada bebrapa
pucuk lateralnya saja, tapi tidak pada pucuk batang utamanya. Diameter bunga sekitar
75% dari ukuran bunga standar.
3) mignon carnation, merupakan standar carnation yang berukuran kecil, akibat
dibuangnya pucuk terminal dan beberapa pucuk lateral. Ukuran bunga sekitar setengah
dari ukuran standardcarnation
4) Sprray carnation (D. Caryophyllu) dimana pucuk terminal dibuang, dan pucuk lateral
yang dibiarkan berkembang. Panjang tangkai sekitar 40-70 cm.
5) Micro pink adalah tipe anyelir yang berkluster dan kecil-kecil, dimana semua pucuk
dibiarkan tumbuh dan berkembang.
6) Diantini carnation. Bunga mirip D. Barbatus (Sweet William), tetapi pucuk
terminalnya dibuang.

2.2

Syarat Tumbuh Tanaman Anyelir


Tanaman anyelir membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 8-110C. Sedangkan

suhu siang 18-220C. Tanaman ini tumbuh baik pada cahaya matahari penuh, dengan intensitas
penyinaran sekitar 44.000 luks. Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anyelir. Di negara subtropis, minimal dibutuhkan
cahaya 21.500 luks selama musim dingin (Besemer,1980)
Anyelir membutuhkan tanah yang gembur dengan drainase yang baik, sedangkan pH
yang cocok adalah sekitar 6,5 (Pertwee,1996). Budidaya anyelir membutuhkan fosfat, nitrogen,
kalium dan kalsium yang cukup tersedia dalam larutan tanah. Menurut Bhatt (1989) nitrogen
merupakan faktor pembatas paling utama pada nutrisi tanaman anyelir, diperlukan baik pada fase
vegetatif maupun generatifnya. Fosfat merupakan unsur makro yang dapat mempengaruhi
kenormalan pertumbuhan anyelir. Kekurangan fosfat mengakibatkan daun-daun menjadi sempit
dan ujung-ujungnya mengering, kemudian pada akhirnya keseluruhan daun menjadi kuning.
Selain fosfat, kalium juga memberikan pengaruh pada ketegaran tanaman anyelir. Kekurangan
kalium mengakibatkan bintik-bintik putih pada daun-daun di bawah bunga, bentuk bunga yang
tidak normal, warna bunga pucat dan kelopak3 bunga menguning. Walaupun secara spesifik

tergantung lokasi, tapi secara umum dapat dinyatakan bahwa tingkat kebutuhan nutrisi optimum
tanaman anyelir adalah sekita 25-40 ppm nitrat. 5-10 ppm phospat. 25-40 ppm kalium, 150-200
ppm kalsium dan 30-40 ppm magnesium. Pada anyelir direkomedasikan untuk memberikan
pupuk 20 ppm N dan K.

2.3

Budidaya Tanaman Anyelir


2.3.1

Pembuatan Rumah Naungan


Budidaya anyelir di Indonesia pada umumnya dilakukan di dalam rumah naungan

(shading house). Penggunaan rumah ini dimaksudkan untuk melindungi tanaman dari
terpaan angin, perubahan suhu, terik matahari, curah hujan yang berlebihan dan hama
pengganggu tanaman. Kelembaban yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang (
penyakit busuk akar dan batang, karat daun dan bunga busuk. Naungan menggunakan
plastik transparan, sebaiknya ada lapisan anti ultra violet agar tahan lama. Ketebalan
plastik 200 mikron dengan kandungan UV 6% sampai 12%. Pada kondisi normal plastik
plastik tahan 1,5 2 tahun. Konstruksi naungan terbuat dari bambu, kayu, besi tergantung
modal yang dimiliki. Prinsip atap naungan harus tingginya lebih dari atau sama dengan 3
meter. Karena jika kurang dari 3 meter suhu didalam akan sangat panas. Samping bagian
bawah ditutup plastik 1 m diatas permukaan tanah, atasnya menggunakan kasa (insect
screen) juga untuk sirkulasi udara.
2.3.2

Pengolahan lahan
Sebelum bibit ditanam, dilakukan pengolahan tanah yang dilanjutkan dengan

pembuatan bedengan. Empat unit shading house ukuran 210 m2 memiliki bidang tanam
masing-masing 120 m2 sehingga seluruhnya terdapat 480 m2 Dengan jarak tanam sekitar
25 cm x 25 cm maka dapat ditanam 9.640 tanaman. Keadaan tanah yang ideal untuk
tanaman anyelir adalah tanah yang bertekstur liat berpasir, gembur, berdrainase baik dan
mempunyai pH antara 5,5 - 6,7. Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk
dasar yang berupa campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk
setiap m2 lahan.
4

2.3.3

Pembibitan
Bibit yang ditanam berupa stek pucuk yang sudah disemaikan terlebih dulu dalam

polybag. Bibit setek ini ditanam pada larikan yang sudah disiapkan sebelumnya. Sebelum
ditanam jangan lupa untuk melepaskan kantung plastik yang membungkus akar bibit.
Bibit anyelir umumnya masih didatangkan dari breder di luar negeri, namun
demikian ada juga yang dikembangkan di dalam negeri oleh Balai Penelitian Departemen
Pertanian. Bibit yang berasal dari luar negeri mempunyai warna dan bentuk yang
menarik, tetapi petani harus membayar royalty kepada pemberi bibit, sedangkan yang
bibitnya dari dalam negeri dapat diusahakan untuk dapat diperbanyak sendiri. Kondisi
saat ini para petani lebih mengutamakan bibit dalam negeri karena tingginya royalty yang
harus dibayar, sementara itu para konsumen, terutama para "florist" juga cenderung
menggunakan bunga dari varietas dengan bibit lokal karena tersedia di pasar lokal
2.3.4

Penanaman
Penanamannya tidak boleh dilakukan terlalu dalam karena bisa berakibat

busuknya perakaran, cukup asal pangkal batang terbenam sedalam 2 cm. Tanaman ini
harus dijaga agar tidak sampai kekurangan air dengan cara menyiramnya setiap pagi dan
sore.
2.3.5

Penyulaman
Penyulaman sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu 10 - 15 hari setelah

tanam. Bibit tanaman yang mati atau layu diganti dengan bibit yang baru.
2.3.6

Penyiraman
Pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dari gembor,

selang plastik atau menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler) atau irigasi tetes (drip).
Tanaman yang berumur 1 - 2 minggu sangat peka terhadap kekurangan air, sehingga
penyiraman dapat dilakukan setiap hari. Kemudian penyiraman tanaman sebaiknya
dilakukan dengan melihat kondisi tanah. Kebutuhan air untuk penyiraman rutin
umumnya sekitar 3 - 5 liter per m2 .

2.3.7

Pinching
Pinching dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan tunas-tunas lateral yang

kemudian dipelihara lebih lanjut hingga membetuk kuncup bunga dan dipanen sebagai
bunga potong. Beberapa laporan menunjukkan, bahwa jumlah tunas lateral yang tumbuh
berhubungan dengan jumlah daun yang ditinggalkan pada tajuk saat pinching dilakukan.
Namun demikian, partisi karbohidrat terutama pada masa generatif juga mempengaruhi
pembentukan primordia bunga (Kawata,1987).
2.3.8

Disbudding
Disbudding adalah suatu cara dimana tunas dan bunga yang tidak diperlukan

dibuang agar bunga yang dipelihara dapat menjadi lebih besar. Karena tunas lateral
tumbuhnya tidak serempak, maka disbudding dilakukan secara bertahap 4 sampai 7 hari.

Tipe standar
Membuang semua bunga dan tunas lateral dibawah pangkal bunga sampai tunas ke 7
dari pangkal, atau buku ke 8 dan dilakukan sesegera mungkin.
Tipe spray
Buang tunas terminal yang ada pada tunas lateral serta tunas lateral dari 5 sampai ke 7
dari pangkal bunga sesegera mungkin.

2.3.9

Pemupukan
Seminggu sebelum penanaman bibit, tanah diberi pupuk dasar yang berupa

campuran pupuk ZA 75 gram, TSP 75 gram dan KCI 75 gram untuk setiap m2 lahan.
Jenis dan dosis pupuk yang diberikan dari fase tanaman. Untuk fase pertumbuhan, pupuk
yang diberikan adalah urea 200 gram, ZA 200 gram dan KNO 3 100 gram untuk setiap m2
lahan, sedangkan pada fase pembungaan, pupuk yang diberikan adalah urea 10 gram,
TSP 10 gram, ZA 15 gram dan KNO3 25 gram untuk setiap m2 lahan.
2.3.10

Perbanyakaan Anyelir
Perbanyakan anyelir bisa dilakukan melalui biji atau stek pucuk. Biji anyelir dapat

berkecambah pada suhu 18-210C. Akan tetapi perbanyakan dengan biji umumnya hanya
6
digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman. Jika menggunakan stek, maka stek yang

digunakan harus benar-benar bebas hama dan penyakit terutama virus. Pada suhu 10C
(310F) stek berakar bisa disimpan selama empat bulan, sedang stek tanpa akar bisa
mencapai enam bulan (Dole dan walkins,1999).
2.4

Manfaat Bunga Anyelir


Ketenaran bunga Anyelir hampir menyamai bunga Mawar, dan juga merupakan salah

satu bunga yang paling populer di dunia. Bunga ini merupakan ekspresi dari suatu perasaan yang
sentimental, kecantikan, serta kesegaran yang tahan lama. Bunga Anyelir kebanyakan berwarna
merah muda, namun ada pula yang berwarna merah, putih, kuning dan hijau. Bentuknya bulat
dengan komposisi beberapa bagian kelopak yang terpisah. Bunga ini tumbuh dan mekar di tiap
tangkainya.
Bunga ini sering digunakan sebagai bunga perhiasan karena bentuk dan warnanya yang
indah dan feminin. Bunga ini juga sering diselipkan di telinga-telinga para wanita dalam tariantarian tertentu. Bunga anyelir atau carnation ini dianggap sebagai bunga untuk orang kelahiran
January sama seperti halnya batu garnet dan bunga anyelir atau carnation adalah bunga nasional
negara spanyol dan digunakan dalam hari-hari spesial seperti hari ibu, parents day, hari guru
atau pernikahan. Bunga ayelir ini dianggap mengartikan sebagai kekaguman, keindahan, kasih
sayang, kebanggaan dan rasa berterima-kasih. Artinya amat beragam tergantung dari warnanya
yang bervariasi. Bunga carnation yang berwarna merah dianggap memberi arti sebagai
kekaguman sedangkan warna merah gelap artinya kasih sayang yang dalam, warna putih
mengartikan cinta yang murni, persahabatan dan keberuntungan. Selain itu bunga anyelir atau
carnation yang bergaris2 memberi simbol penyesalan atas cinta yang tak terbalaskan, warna ungu
mengartikan ketidaktetapan, merah muda artinya romantis dan cinta yang tak pernah mati.
2.5

Hama, dan Penyakit dari Bunga Anyelir


Tanaman hias yang memiliki penampilan cantik, unik, dan menarik dengan kualitas yang

prima senantisa dituntut olh konsumen. Namun, upaya memenuhi keinginan konsumen tersebut
menghadapi berbagai masalah, terutama organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangga
hama, jamur, bakteri, virus dan nematoda. Hama dan penyakit dapat merusak tanaman secara
7 sehingga kulitas menurun atau bahkan tidak
langsung atau menggangu penampilan tanaman
layak jual. Adapun hama maupun penyakit yang menyerang tanaman Anyelir ;

1)
2)
3)
4)

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)


Tungau merah (Tetranychus sp.)
Kutu daun (Aphid sp.)
Thrips

Perlindungan tanaman diperlukan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan
penyakit yang dapat merugikan tanaman. Cara perlindungan tanaman disesuaikan dengan
kondisi yang ada, baik dengan kultur teknis, mekanis, biologis maupun kimiawi.
2.6

Panen dan pasca Panen


Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan hias daun potong)

merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan
sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal,
androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unti memiliki
morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam
proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang
berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud)
hingga stadia mekar penuh. Stadia kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan.
Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan
stadia pertama, penghambatan proses metabolisme pada stadia kedua.
Praktek-praktek pemanenan, pengepakan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran,
promosi, dan desain wadah penyimpanan merupakan rantai penanganan pascapanen pada dunia
bisnis bunga potong tanaman anyelir. Perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman
hias pot dan bunga potong tanaman anyelir maupun tanaman bunga potong lainnya akhirnya
telah berkembang, walaupun laju perkembangannya masih sangat lamban. Teknik-teknik
penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi panenan tanaman
hias meliputi :
1)
2)
3)
4)

Seleksi kultivar (atau jenis-jenis) unggul


Menentukan standar panen (tingkat kematangan)
8
Perlakuan kimia sebelum pengangkutan
Teknik-teknik pengepakan

5) Pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dan komposisi atmosfir
penyimpanan
6) Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawa yang mengatur
mekarnya kuncup bunga
7) Model atau fasilitas pengangkutan
Karakter fisik anatomi seperti kerapuhan dan kekutan fisik berhubungan dengan tekstur
dan berkaitan langsung dengan kualitas keseluruhan yang dipertahankan. Berikut bebrapa
karakter yang mempengaruhi kualitas langsung dengan kualitas suatu bunga potong dalam hal ini
ialah tanaman Anyelir :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Ukuran dan bentuk akhir bunga


Perkembangan kuncup dan kuncup-kuncup lateral lainnya
Perubahan berat segar bunga
Ketegaran dan kesegaran bunga disaat sampai pada konsumen
Perubahan warna petal (mahkota bunga), ini merupakan penilaian bersifat objektif
Kekutan atau kekokohan tangkai bunga (pedikel)
Pencoklatan atau penguningan batang ataupun daun
Tanaman anyelir berbunga pada periode umur 5 bulan sampai dengan 12 bulan setelah

bibit ditanam, dan dalam periode itu setiap tanaman menghasilkan sekurang-kurangnya 6 tangkai
bunga yang berkualitas baik (grade1). Saat panen yang tepat pada anyelir standar adalah ketika
bunga telah setengah mekar atau 3 - 4 hari sebelum mekar penuh. Umur bunga potong, jika tidak
ditangani dengan baik hanya 2 hari. Bunga yang seharusnya dipotong harus segera dipotong,
karena keterlambatan panen akan menurunkan kuafitas bunga.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan jika tanah dalam keadaan kering,
sebaiknya tanah disiram dulu sampai basah sehingga tanaman yang akan dipotong menjadi segar
dan tidak layu.
Pada waktu pemanenan bunga, sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan
kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II sebaiknya tidak dipanen
dan dibuang. Pada kondisi normal bunga bunqa9yanq termasuk grade I sekurang-kurangnya 75%.
Mengingat bunga yang bernilai jual baik dan mudah penjualannnya adalah yang grade I maka
dalam analisis finansial asumsi penjualan didasarkan pada penjualan bunga grade I.
2.6.1

Grade I

Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup

segar, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, tidak

ada bercak, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman dan tidak ada luka;
Batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 60 cm.
Daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti

leafminer, white rust, dan sebagainya;


Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari
bentuk atau warna aslinya.

2.6.2

Grade II

Bunga mekar, segar dan tepi tidak terserang penyakit;


Batang boleh agak kecil tapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cmKriteria lain
sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang
hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.
Pada saat panen bunga, langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang
diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya.
Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu
minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10
tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air.
Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan
dibungkus dengan kertas pembungkus.

BAB III
10
SIMPULAN
1. Dianthus sp. Termasuk tanaman herbal, dapat mencapai tinggi 30-100 cm. Buku batang
terlihat nyata pada bagian yang sudah menua. Daun runcing dengan tulang daun yang
menyirip, panjang dan sempit, terletak bertolak belakang. Warna daun hijau mudah keputihputihan. Diameter bunga sekitar 5-10 cm. Daun mahkota bunga kelipatan lima dengan warna
yang sangat bervariasi. Ujung mahkota bunga bergerigi atau tidak bergerigi. Kelopak bunga
bergabung membentuk silinder dengan dua putik dan lima benang sari. Tunas samping
keluar di antara daun dan batang.
2. Tanaman anyelir membutuhkan suhu malam yang berkisar antara 8-110C. Sedangkan suhu
siang 18-220C. Tanaman ini tumbuh baik pada cahaya matahari penuh, dengan intensitas

penyinaran sekitar 44.000 luks. Anyelir membutuhkan tanah yang gembur dengan drainase
yang baik, sedangkan pH yang cocok adalah sekitar 6,5. Budidaya anyelir membutuhkan
fosfat, nitrogen, kalium dan kalsium yang cukup tersedia dalam larutan tanah.
3. Budidaya anyelir di Indonesia pada umumnya dilakukan di dalam rumah naungan (shading
house).
4. Sebelum bibit ditanam, dilakukan pengolahan tanah yang dilanjutkan dengan pembuatan
bedengan. Bibit yang berasal dari luar negeri mempunyai warna dan bentuk yang menarik,
tetapi petani harus membayar royalty kepada pemberi bibit, sedangkan yang bibitnya dari
dalam negeri dapat diusahakan untuk dapat diperbanyak sendiri.
5. Penyulaman sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu 10 - 15 hari setelah tanam. Bibit
tanaman yang mati atau layu diganti dengan bibit yang baru.
6. Pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dari gembor, selang
plastik atau menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler) atau irigasi tetes (drip).
7. Pinching dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan tunas-tunas lateral yang kemudian
dipelihara lebih lanjut hingga membetuk kuncup bunga dan dipanen sebagai bunga potong.
8. Disbudding adalah suatu cara dimana tunas dan bunga yang tidak diperlukan dibuang agar
bunga yang dipelihara dapat menjadi lebih besar.
9. Pemberian pupuk dengan dosis dan takaran yang tepat harus diberikan.
10. Perbanyakan anyelir bisa dilakukan melalui biji atau stek pucuk.
11. Bunga anyalir sering digunakan sebagai bunga perhiasan karena bentuk dan warnanya yang
indah dan feminin. Bunga ini juga sering diselipkan di telinga-telinga para wanita dalam
tarian-tarian tertentu.
12. Adapun hama maupun penyakit yang menyerang tanaman Anyelir ;
1) Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
2) Tungau merah (Tetranychus sp.)
3) Kutu daun (Aphid sp.)
4) Thrips
13. Teknik-teknik penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi
panenan tanaman hias meliputi :
1) Seleksi kultivar (atau jenis-jenis) unggul11
2) Menentukan standar panen (tingkat kematangan)
3) Perlakuan kimia sebelum pengangkutan
4) Teknik-teknik pengepakan
5) Pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dan komposisi atmosfir
penyimpanan.
6) Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawa yang mengatur
mekarnya kuncup bunga
7) Model atau fasilitas pengangkutan

DAFTAR PUSTAKA

12
http://www.ngasih.com/2015/03/17/menanam-tanaman-bunga-anyelir-untuk-bungapotong/#ixzz3VxUNhePo diakses 30- 03- 2015

13

Anda mungkin juga menyukai