Anda di halaman 1dari 6

Dari Budidaya Ikan, Puluhan Juta Rupiah Ditangan

Semilir angin persawahan terasa nikmat jika kita mengunjungi Desa Lubuk
Sukon yang terletak di Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Kecamatan yang memiliki
salah satu mukim yang disebut dengan Desa Wisata ini terkenal memiliki alam yang
sangat asri dan juga rumah tradisional Aceh yang masih berdiri anggun dan kokoh.
Selain itu juga desa ini memiliki banyak kelompok budidaya ternak, dari Ayam
potong, Bebek, Ikan Mas, Ikan Nila, dan Ikan Lele. Tak heran jika Disbudpar Provinsi
Aceh menetapkankan desa ini sebagai ikon desa wisata pada tahun 2013 lalu.
Terletak dikawasan persawahan dengan memanfaatkan saluran irigasi,
beberapa pemuda di daerah Lubuk ini membuat kelompok tani untuk budidaya ikan.
Berawal dari keinginan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, Basri, pemuda
berusia tigapuluhan yang tinggal didesa Lubuk ini tak mau saluran irigasi yang
melewati daerah persawahan di desanya tidak digunakan secara optimal. Berangkat
dari ide pendahulunya yang lebih dahulu membudidayakan ikan di desa tersebut,
ayah dua orang anak ini pun memilih untuk membudidayakan ikan mas dan ikan
nila, karena mudah dirawat dan diminati oleh pasar. Selain rasanya yang lezat
untuk dinikmati, ikan nila yang segar memiliki protein tinggi yang baik bagi anak
anak, imbuhnya. Basri sendiri memilih membudidayakan ikan karena desanya
yang memiliki banyak area persawahan dan dilewati oleh jalur irigasi, sehingga ia
dapat dengan mudah mengalirkan air kekolamnya.
Budidaya ikan mas ini telah dimulai lebih dari tiga tahun yang lalu. Awalnya
ia dan beberapa rekannya baru membuat percobaan dengan meletakkan sampel
ikan saja pada aliran air dan memasang pembatas berupa pagar dan sekat, agar
ikan tidak ikut terbawa arus air disaat arus kencang. Setelah berhasil dengan uji
cobanya, akhirnya banyak yang mengikuti langkahnya hingga daerah hilir aliran air
irigasi tersebut. Namun sayang, setelah menemui kegagalan dan keterbatasan dana
dalam tahap awal budidaya, tidak sedikit mereka yang menyerah dan enggan
mencobanya lagi. Basri sendiri termasuk orang yang bertahan meskipun tak sedikit
ia memukan kegagalan, hingga kini ia pun memiliki 4 kolam ikan yang terpisah dari
aliran irigasi.
Diawali dengan memelihara 300 ekor hingga 1000 ekor bibit ikan, ia pun
dapat memutar roda ekonomi keluarga. Hingga kini pria asal Kecamatan Ingin Jaya,
Aceh Besar ini, telah memiliki 3000 ekor ikan. Proses pembudidayaan ikan ini
dimulai dengan pemeliharaan bibit, yang biasanya didapatkan dari kawasan Jantho,
Aceh Besar. Sumber bibit lokal ini sendiri dipilih karena bibit lokal terkenal lebih
bagus dan memiliki daging yang padat dan tidak rentan terkena penyakit. Langkah
selanjutnya, bibit bibit ikan ini dimasukkan dalam keramba yang telah disiapkan,
hal ini dilakukan untuk membedakan ukuran ikan dan meningkatkan angka
keselamatan yang berujung pada naiknya jumlah panen.

Setelah ukuran ikan dirasa cukup besar, ikan ikan tersebut akan dilepaskan
dikolam dan bergabung dengan berbagai ukuran ikan lainnya. Ikan merupakan
hewan budidaya yang dinilai dari beratnya, oleh karena itu kecukupan pakan
merupakan hal yang wajib diperhatikan dari pembibitan hingga dirasa ikan telah
mencapai ukuran yang cukup untuk dipanen. Pakan ikan berupa pellet, menjadi
komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan. Selain itu, persediaan pakan pun
tidak boleh terputus. Harga pakan yang cukup mahal sering membuat para
peternak ini geleng geleng kepala. Namun untuk mengakalinya Basri memberi
pakan alternatif, berupa campuran dari ubi ubian singkong yang digiling dan
dicampur dengan beberapa bahan lainnya.
Ikan mas dapat dipanen setelah tiga bulan dipelihara. Sedangkan untuk ikan
nila, bisa dipanen dalam waktu lima bulan. Para peternak menyesuaikan ukuran
ikan yang dipanen dengan permintaan konsumen, untuk permintaan keluarga
biasanya mereka memberikan ikan yang tergolong besar, sedangkan untuk
penjualan industri atau kuliner, mereka cenderung memenuhi permintaan ikan Mas
atau ikan Nila yang lebih kecil. Untuk kesehatan ikan, air kolam cukup diganti saat
air dirasa sangat keruh, karena kedua jenis ikan ini tergolong ikan air tawar, maka
habitat aslinya diupayakan mirip dengan sungai. Hal tersebut penting untuk
menjaga kondisi ikan agar tidak stress.
Untuk menjaga ikan dari penyakit, Basri menyarankan untuk menggunakan
bibit ikan lokal, jadi mengurangi resiko ikan terkena virus tertentu. Berbicara
tentang omset, hasil penjualan ikan mas budidaya ini bisa dikatakan relatif, sesuai
harga pasar dan permintaan konsumen. Misalnya saja, untuk 3000 ekor ikan ia
pernah mendapat 8 jutaan. Untuk satu kilo ikan, mereka bisa menjual 30 ribu
atau untuk ukuran besar, bisa 50 ribu atau lebih, relatif sesuai ukuran. Ikan ini
sendiri dipasarkan ke industri industri kuliner dan pasar tradisional rakyat, jadi
tetap dijamin kualitas kesegaran ikannya. Ikan yang dijual tidak selalu ikan yang
siap panen, jika ada permintaan bibit ikan, mereka juga bisa menjual hasil induk
ikan yang telah dikawinkan, tentunya dengan harga yang lebih murah.
Untuk mengikuti perkembangan ilmu terbaru, tak jarang mereka mengikuti
pelatihan dan penyuluhan mengenai budidaya ikan ini, sharing antara pemuda yang
mencoba budidaya ikan juga merupakan agenda yang sering mereka utamakan
selain mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh dinas perikanan. Dalam kelompok
ini, beberapa orang memang mengikuti pelatihan khusus dan bersertifikat dalam
hal pembibitan. Mereka pun tak pelit ilmu, jika menemukan induk yang tergolong
bagus, dan berhasil dikawinkan, bibitpun mereka bagikan dengan percuma.
Sehingga bagi kelompok budidaya ikan ini, ketersediaan bibit tidak menjadi
masalah utama.
Pasokan air yang tidak konsistenlah yang menjadi masalah utama dalam
proses pemeliharaan. Tidak dipungkiri, air merupakan kebutuhan utama bagi
mereka yang memilih membudidayakan ikan. Jika telah menyiapkan bibit dengan

cukup baik, akan tetapi pengadaan air terhenti ditengah proses budidaya mereka,
maka kemungkinan gagal dan merugi, tidak bisa dihindari lagi. Mereka sering
mengeluhkan kondisi ini. Memiliki mesin pompa air sendiri, menjadi prioritas utama
mereka. Sehingga mereka tak perlu mengeluarkan dana tambahan untuk menyewa
mesin pompa air dan tidak khawatir akan kekurangan pengadaan air yang konsisten
dan merata untuk kolam maupun sawah sawah yang memiliki area yang cukup
luas di kecamatan mereka.
Selain terkendala oleh mesin untuk pengadaan air, banyak peternak yang
sering terkendala dengan harga pakan yang kadang bisa selangit. Oleh karena itu,
para pelaku budidaya ikan ini akan sangat senang jika pemerintah atau dinas terkait
ikut membantu mereka dengan memberikan subsidi harga pakan untuk ternak
mereka.
Setelah berhasil dengan budidaya ikan mas dan ikan nilanya, Basri sekarang
juga sedang menggeluti budidaya ikan hias. Menurutnya, ikan hias sedang memiliki
pasar yang cukup baik. Jadi, tidak salahnya mencoba hal baru. Karena ikan hias juga
tergolong ikan air tawar, jadi tak akan berbeda jauh perawatan dan
pemeliharaannya dengan yang selama ini telah ia geluti. Selain itu, ikan hias juga
memiliki masa waktu yang lebih cepat untuk dikawinkan dan berkembang biak,
sehingga ia dapat memperoleh hasil yang lebih cepat.

Permintaan Ikan Lele Konsumsi Masih Belum Terpenuhi


Ditemui di tempat yang berbeda, Mulyadi, seorang peternak ikan lele yang
ditemui di tempat budidaya ikan lelenya di kawasan Gampong Lampulo, Banda
Aceh menyatakan bahwa ikan lele merupakan ikan yang paling gampang
dibudidayakan. Kita tidak harus menyiapkan kolam yang dengan standar khusus,
akan tetapi hanya menyiapkan kolam air tawar yang sederhana saja. Ucapnya.
Sebelumnya, ia telah memiliki pengalaman enam tahun dalam budidaya ikan nila,
namun baru dua tahun terakhir, ia tertarik membudidayakan ikan lele.
Menurutnya keuntungan yang ia dapatkan dari membesarkan lele cukup
menjanjikan, sehingga ia yakin untuk terus mengembangkan usaha budidaya ikan
lele beserta ikan nilanya. Namun bukan baru kali ini saja ia mencoba membesarkan
hewan, sebelumnya ia juga pernah berternak Ayam dan Bebek, akan tetapi, para
tetangga protes karena bau yang dihasilkan dan unggas lebih rentan terhadap
penyakit. Mulyadi pun memilih tidak melanjutkan usahanya tersebut. Namun ia
tidak menyerah untuk terus berusaha hingga ia beralih mencoba budidaya ikan
seperti yang selama ini telah ia jalankan.
Berawal dari melihat kesuksesan teman - temannya yang telah lebih dahulu
membudidayakan ikan lele, Mulyadi pun ikut tergerak untuk mencobanya. Dengan
alasan, ikan lele sedang sangat digemari oleh masyarakat dan sistem perawatanya

yang terbilang mudah, Mulyadi menyewa lahan untuk menambah kolam yang
sebelumnya telah iya miliki sebagai tempat budidaya ikan nila. Kini ia memiliki 4
kolam dengan ukuran yang variatif dari yang kecil, hingga yang berukuran 5 x 9 m 2.
Ketika pertama kali ia membudidayakan ikan nila, ia memulainya dengan melepas
bibit 3000 ekor ikan nila, sedangkan saat ia memulai budidaya ikan lele, ia
memulainya dengan melepas 5000 ekor bibit ikan. Sekarang ia masih memiliki 3000
ekor ikan nila yang ia letakkan di kolam kecil. Untuk ikan lele, kini perliharaannya
berkembang pesat menjadi 30.000 ekor. Ia mengatakan, selain ikan lele yang lebih
mudah perawatannya pasar ikan lele pun sedang sangat diminati pasar, oleh
karena itu ia memilih lebih berfokus pada budidaya ikan lelenya tanpa
meninggalkan ikan nila yang telah lebih dahulu ia mulai. Untuk bibitnya sendiri ia
menggunakan bibit lokal untuk ikan nila, dan bibit yang didatangkan dari medan
untuk ikan lele.
Proses pemeliharannya sendiri tergolong mudah, ikan lele hanya harus
diberikan pakan yang cukup. Kalau makanannya gak cukup, lele yang udah besar
bisa saling memakan temannya sendiri, jelasnya singkat. Pakan diberikan tiga kali
sehari, sesuai ukuran ikan. Berbeda ukuran ikan, berbeda pula ukuran pakannya.
pakan yang diberikan bisa hanya pelet, atau diberikan tambahan makanan
pendamping lain karena ikan lele merupakan omnivora, yakni pemakan segala jenis
makanan.
Kecukupan pakan merupakan hal yang harus diperhatikan bagi para pelaku
budidaya ikan lele, karena jika pakan yang terlalu sedikit atau pemberian makan
yang tidak rutin, pertumbuhan ikan lele bisa terhambat, bisa jadi ikannya kecil dan
besar yang kita ingin kan untuk penjualan tidak cukup, paparnya kemudian.
Dalam membudidayakan ikan lele yang harus diutamakan ialah kecukupan pakan
dari ikan lele masih kecil, hingga ikan lele besar. Jadi, sebaiknya memberikan pakan
secara konsisten, dari pada beberapa hari diberikan pakan yang banyak, dan
beberapa hari kemudian ikan lele kekurangan pakan, ungkapnya lagi.
Ikan lele memiliki masa panen selama dua bulan dan ikan nila dengan masa
panen enam bulan. Untuk mengatur agar masa panen tidak terlalu jauh, ayah dua
anak ini menyebarkan bibit lele dengan umur umur yang berbeda disetiap
kolamnya. Dengan begitu, ia hanya mempunyai selang waktu dua bulan dengan
waktu panen ikan berikutnya, sehingga pendapatannya akan terus berputar. Ikan
lele sendiri merupakan ikan yang tidak terlalu rentan terhadap penyakit, karena
ikan lele tergolong ikan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan parameter
air yang berbeda.
Sedikit bercerita saat mengawali usahanya, Mulyadi harus merogoh rupiah
dari kantong sendiri dan meminjam uang dari temannya sebagai modal. Diawal
usahanya ia mengeluarkan modal empat juta rupiah untuk membeli bibit dan
pakan. Namun kini, dari hasil perputaran hasil panen ikannya, ia bisa memulai

penyebaran bibit baru dengan modal 12 juta setelah masa panen sebelumnya.
Untuk hasil panennya yang terakhir ia bisa mendapatkan 1,5 ton ikan, dan berhasil
mendapat omset dikisaran 24 juta. Jika panen bisnis budidaya lele ini berhasil kita
bisa mendapat keuntungan dua kali lipat dari modal, jika kurang berhasil biasanya
hanya untuk balik modal dan biaya perawatan saja sudah syukur sekali, imbuhnya
lagi. Bahkan menurutnya, jika memiliki lahan sendiri, ia lebih tertarik untuk
membuat lahan tersebut untuk budidaya ikan lele dari pada membuat bisnis rumah
sewaan.
Hasil usahanya sekarang, baru dapat menghasilkan ikan ikan yang siap
dikonsumsi. Kemudian, ikan ini akan dipasok keluar daerah dan kepada supplier.
Supplier-lah yang kemudian akan memasarkannya pada konsumen. Mulyadi juga
menyatakan bahwa sebenarnya Banda Aceh sendiri kekurangan pasokan Ikan lele,
hanya 60% kecukupan pasokan ikan yang mampu dipenuhi oleh para petani,
sebagiannya lainnya masih didatangkan dari daerah luar seperti Medan, Aceh Timur
maupun Sigli. Jelasnya lagi.
Menurut Mulyadi, dalam membudidayakan ikan lele memang tidak memiliki
kendala yang berarti, meskipun tidak jarang ia temui para peternak ikan lele yang
gagal setelah menanamkan modal yang tidak sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi
ketika peternak membeli bibit yang banyak, namun tidak menyiapkan kecukupan
pakan hingga waktu ikan lele siap untuk dipanen. Sehingga, ditengah jalan akan
banyak bibit yang mati dan menyebabkan gagal panen.
Hal ini ia pelajari dari para peternak lele lainnya. Ia sendiri tak pernah mengikuti
pelatihan atau penyuluhan penyuluhan khusus yang berkaitan dengan budidaya
ikan lele, hanya mengamati dan bertukar pikiran dengan peternak lain saja. Kita
juga tidak boleh menutup diri dari inovasi dan cara - cara baru yang telah orang lain
lakukan, ungkapnya. Karena ilmu yang didapat dari buku yang berupa teori saja
tidak cukup tanpa melakukan tukar pikiran dengan peternak lainnya.
Ketika ditanya apakah ia memiliki rencana mengembangkan bisnis budidaya
ikan miliknya, untuk saat ini belum, jawabnya singkat. Hal tersebut belum ia
rencanakan karena peternak biasa yang masih memiliki modal seadanya, masih
mengharapkan hasil yang pasti dan mengikuti keinginan pasar yang besar. Jika ia
membudidayakan ikan lain, ia harus memastikan dulu target konsumen, supplier
atau akan dipasok ke luar kota. Seperti peternak dan lainnya, Mulyadi juga tidak
sungkan jika ada bantuan bibit dari pemerintah. Menurutnya jika bukan pemerintah,
maka siapa lagi yang membantu peternak seperti dirinya untuk terus mampu
memutar ekonomi.
Peluang menuai rupiah dari usaha budidaya ikan air tawar di Aceh masih sangat
menjanjikan. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan protein selama ini berasal
dari ikan laut, namun ada kalanya akibat pengaruh cuaca dan musim, harga ikan
laut menjadi mahal. Ikan konsumsi air tawar dapat menjadi alternatif, sebagai

sumber protein keluarga. Apalagi ketersediaan lahan dan sumber air di Aceh masih
banyak dan menunggu untuk di manfatkan. Basri dan Mulyadi sudah mencoba dan
menggenggam rupiah dari bisnis ini, anda?

Anda mungkin juga menyukai