Korupsi menurut beberapa pakar memiliki pengertian yang berbeda-beda namun intinya
sama. Beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari korupsi antara
lain Dr. Kartini Kartono berpendapat bahwa korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang atau jabatan guna mengaduk kepentingan pribadi, merugikan
kepentingan umum. Sedangkan Muhammad Zein berpendapat korupsi adalah produk dari sikap
hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standar kebenaran dan sebagai
kekuatan mutlak. Korupsi menurut Huntington adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang
dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kepentingan pribadi. Adapula pengertian korupsi secara hukum, yaitu korupsi
lebih ditekankan sebagai tindakan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas
untuk keuntungan pribadi atau golongan.
Korupsi memiliki beberapa jenis. Pada UU no. 31 tahun 1999 dan UU no.20 tahun 2001
dijelaskan 33 jenis dari korupsi. Namun, dari ke-33 jenis itu dapat dikategorikan menjadi 7,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kasus korupsi dapat terjadi tentunya karena ada penyebabnya. Menurut Singh (1974)
berdasarkan penelitiannya menyebutkan bahwa penyebab terjadinya korupsi adalah kelemahan
moral (41,3%), tekanan ekonomi (23,8%), hambatan struktur administrasi (17,2%), dan
hambatan struktur sosial (7,08%), Beberapa penyebab lain yang mendorong seseorang untuk
melakukan korupsi adalah :
A. Aspek individu pelaku
1. Sifat tamak manusia
Orang yang melakukan korupsi sudah kaya tetapi didalam hatinya masih ada
keinginan untuk terus memperkaya diri.
2. Moral yang kuat
Seseorang yang memiliki moral lemah mudah tergoda dari atasan, teman setingkat,
bawahan atau pihak lain untuk melakukan korupsi.
3. Penghasilan yang kurang mencukupi
Seseorang yang pendapatan sehari-harinya minim dapat terdorong dari dalam dirinya
untuk medapatkan uang lebih banyak dengan cara korupsi.
4. Kebutuhan hidup yang mendesak
Jika seseorang berada disaat-saat yang mendesak dalam hidupnya, misalnya karena
ekonomi, orang tersebut dapat melakukan tindak korupsi untuk menutupi
keterdesakan ekonominya.
5. Gaya hidup yang konsumtif
Perilaku yang konsumtif tetapi tidak diimbangi dengan pendapatannya dapat
mendorong orang tersebut untuk melakukan korupsi.
6. Malas atau tidak mau bekerja
Rasa malas pada diri seseorang untuk bekerja dapat mendorong orang tersebut untuk
mendapatkan uang secara ilegal dengan tidak bekerja, yaitu dengan korupsi.
7. Ajaran agama yang kurang diterapkan
Abnyaknya kasus korupsi yang terjadi membuktikan ajaran agama masih kurang
diterapkan.
B. Aspek organisasi
1. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Pimpinan sangat berpengaruh kepada bawahannya. Jika pimpinannya melakukan hal
yang tidak baik, kemungkinan besar bawahannya juga melakukan hal itu.
2. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kultur organisasi berpengaruh kuat pada anggotanya. Jika kultur organisasi tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan situasi yang tidak kondusif. Situasi yang
seperti ini memungkinkan terjadinya tindak korupsi.
3. Sistem akuntabilitas yang benar di instansi yang kurang memadai
Pada institusi pemerintah belum menyampaikan visi dan misi dengan jelas serta
tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Hal ini menimbulkan kurangnya perhatian pada
efisiensi sumber daya yang dimiliki. Situasi seperti ini memungkinkan terjadinya
korupsi.
4. Kelemahan sistem pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen yang rendah dapat menimbulkan tindak korupsi anggota
didalamnya.
5. Manajemen cenderung menutupi korupsi didalam organisasi
Manajemen dalam suatu organisasi pada umumnya menutupi tidak korupsi yang ada
didalamnya sehingga kasus korupsi yang ada pada organisasi ini akan terus berjalan.
C. Aspek tempat individu dan organisasi berada
1. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi
Korupsi ditimbulkan katerna budaya yang melekat pada suatu masyarakat.
2. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi
Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama dari korupsi adalah masyarakat.
Umumnya masyarakat mengira bahwa korupsi menimbulkan kerugian negara, tetapi
sebenarnya uang negara itu digunakan untuk membangun masyarakat. Sehingga jika
dana pembangunan itu di korupsi maka pembangunan masyarakat akan terganggu.
3. Masyarakat kurang menyadari bahwa dirinya terlibat korupsi
Masyarakat umumnya telah terlibat korupsi dengan cara-cara yang terbuka tetapi
masyarakat tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan tindak korupsi.
4. Masyarakat kurang menyadari bahwa bisa dicegah bila masyarakat ikut aktif
Masyarakat menganggap bahwa yang berperan dalam penanggulangan korupsi hanya
pemerintah.
5. Aspek peraturan perundang-undangan
Korupsi dapat timbul karena lemahnya peraturan perundang-undangan, penerapan
sanksi yang tidak konsisten, dan lemahnya evaluasi-evaluasi remisi pada undangundang.
Greeds (keserakahan)
Opportunities ( kesempatan )
Needs (kebutuhan)
Exposures (pengungkapan)
Sedangkan menurut Ainan (1982), yang menyebabkan korupsi dapat terjadi adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Selain itu Merican (1971) juga menyebutkan bahwa salah satu penyebab dari korupsi adalah
karena peninggalan kolonial Belanda. Pada masa itu VOC bubar karena tindak korupsi para
anggotanya, tindakan korupsi ini terus ada turun-temurun sampai pada masa sekarang.
Ciri-ciri dari kasus korupsi adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tindak korupsi menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun dampak
tersebut yaitu,
1. Bidang politik
Korupsi menurunkan tantangan serius terhadap pembangunan
a. Didunia politik, mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik
b. Menimbulkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat
c. Pengadilan mengentikan ketertiban hukum
d. Mengikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabdian prosedur,
penyeditan sumber daya, dan pejabat diangkat atau bersamaan, korupsi mempersulit
legitimasi
2. Bidang ekonomi
a. Mempersulit
pembangunan
ekonomi
dan
mengurangi
kualitas
pelayanan
pemerintahan.
b. Meningkatkan ongkos sewa karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.
3. Bidang sosial budaya
Contohnya revolusi sosial dan ketimpangan sosial
4. Bidang administrasi
Seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya
sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan
represif.
Sedangkan dampak korupsi menurut S.H Alatas (1987) antara lain (1). Timbulnya berbagai
bentuk ketidakadilan, (2) menimbulkan ketidakefisienan, (3) menyuburkan jenis kejahatan lain,
(4) melemahkan semangat perangkat birokrasi dan mereka yang menjadi korban, (5) mengurangi
kemampuan negara dalam memberikan pelayanan publik, dan (6) menaikkan biaya pelayanan.
Seperti telah diketahui bahwa korupsi menimbulkan berbagai dampak negatif, oleh
karena itu tindakan pencegahan dan penanggulangan harus segera dilakukan supaya tindak
korupsi tidak terus berkembang. Beberapa upaya untuk mencegah dan menindak kasus korupsi
antara lain :
1. Strategi preventif
2. Strategi deduktif
3. Strategi represif
Berikut adalah contoh beberapa kasus yang berkaitan dengan tindak korupsi disertai dengan
pemecahan masalahnya.
1.