Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI,
2001).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur,
timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan
penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah,

serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran


kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat,
serta tidak mudah menerima hal atau ide baru (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
Dengan meningkatnya jumlah lanjut usia yang ada diikuti meningkatnya
resiko penyakit yang disebabkan karena adanya faktor degeneratif, penyakit atau
gangguan umum yang sering terjadi pada lanjut usia. Menurut The National Old
Peoples Welfare Council di Inggris, ada dua belas macam gangguan yang sering
terjadi pada lanjut usia meliputi depresi mental, gangguan umum pendengaran,
bronchitis kronis, gangguan pada tungkai, gangguan pada koksa atau sendi
panggul, anemia. Demensia, gangguan penglihatan, ansietas atau kecemasan,
dekompensasi kordis, diabetes militus dan gangguan defekasi (Nugroho , 2008).
Evy dalam Purbowinoto (2011) mengatakan bahwa depresi merupakan
masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia. Prevalensi depresi pada
lansia di dunia sekitar 8 sampai 15%. Hasil survey dari berbagai negara di dunia
diperoleh prevalensi rata- rata depresi pada lansia adalah 13,5 % dengan
perbandingan pria dan wanita 14.1 : 8.5. Sementara prevalensi depresi pada
lansia yang mengalami perawatan di RS dan Panti Perawatan sebesar 30 45 %.
Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting,
sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah,
dihilangkan atau dipulihkan.

Depresi sering terjadi pada usia tua sebagaimana pada usia peruh baya.
Hal ini mempengaruhi sekitar 13% lansia. Sebagian besar penelitian menemukan
adanya representasi lebih besar pada wanita. Hubungan antara prevalensi depresi
dan usia sebagian besar dihitung dari morbiditas fisik dan ketidakmampuan.
Gangguan depresi diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan, dan
mengidentifikasi tiga gejala utama yaitu mood yang buruk, anhedonia
(kehilangan rasa senang pada kegiatan yang sebelumnya menyenangkan), dan
penurunan energi (atau peningkatan rasa mudah lelah) (Katona et.al, 2008).
Terapi seni merupakan salah satu jenis dari berbagai jenis terapi ekspresif
melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk penciptaan (karya atau
produk) seni. The American Art Therapy Association dalam Mukhlis (2011) juga
mengatakan bahwa terapi seni banyak digunakan sebagai sarana menyelesaikan
konflik emosional, meningkatkan kesadaran diri, mengembangkan ketrampilan
sosial,

mengontrol

perilaku,

menyelesaikan

permasalahan,

mengurangi

kecemasan, mengerahkan realitas, meningkatkan harga diri dan berbagai


gangguan psikologis lainnya (Case dan Dalley dalam Mukhlis, 2011).
Clay adalah bahan yang biasa digunakan dalam terapi seni dan
psikoterapi. Banyak yang menganjurkan terapi clay sebagai alat dalam proses
terapi individu dan terapi kelompok. Clay bekerja melibatkan ekspresi tubuh,
memungkinkan integrasi emosi, ingatan, dan fantasi dari berbagai tingkat
kesadaran. Membentuk clay dapat mengekpresikan rasa marah seperti

menggaruk, menggenggam, menusuk, melempar, dan sebagainya. Beberapa fitur


utama clay dalam proses terapi, yaitu prosedural ekspresi yang dapat
memungkinkan akses non-verbal representasi diri dan hubungan antara dirinya
dan orang lain. Terapi Clay sebagai alat komunikasi non- verbal juga merupakan
sarana dalam mengungkapkan perasaan yang mendalam, serta mengekspresikan
emosi ( Sholt dan Gavron, 2006).
Sebagaimana disebutkan diatas salah satu tujuan terapi clay adalah untuk
memfasilitasi ekpresi emosi dan memfasilitasi katarsis, hal ini dapat dikaitkan
dengan depresi yang merupakan suatu keadaan dimana sesorang merasa sedih
berkepanjangan.

Untuk

memfasilitasi

perasaan

sedih

yang

tidak

bisa

diungkapkan secara verbal, maka melalui terpi clay ini diharapkan lansia dapat
menyalurkan perasaan mereka kedalam bentuk konkret suatu benda dan dengan
terapi clay juga diharapkan tingkat depresi mereka dapat berkurang.
Menurut Jhon dalam Hanifawati (2011), panti wredha atau panti jompo
adalah tempat dimana berkumpulnya orang-orang lansia yang baik secara
sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala
keperluannya, dimana tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah maupun
pihak swasta. Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata merupakan lembaga
pelayanan sosial lanjut usia yang dimiliki pemerintah. Unit Reahabilitasi Sosial
ini terdiri atas 8 wisma (rumah) dimana setiap wisma terdiri dari beberapa kamar
dan dalam satu kamar bisa terisi 2-4 orang. Pengurus Unit Rehabilitasi Sosial

Dewanata juga menyelenggarakan beberapa aktivitas untuk para lansia,


diantaranya ada senam lansia, kegiatan keterampilan dan kesenian, kerja bakti
serta kegiatan keagamaan dan sosial.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Unit Rehabilitasi
Sosial Dewanata Cilacap tercatat jumlah lansia yang tinggal disana pada bulan
September 2012 sebanyak 90 lansia yaitu 34 laki-laki dan 56 perempuan dan dari
10 orang lansia terdapat 7 orang yang mengalami depresi. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Hanifawati (2011), lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata sebagian besar mengalami tingkat depresi sedang, yang lainnya
mengalami tingkat depresi ringan dan tidak terdapat lansia yang mengalami
tingkat depresi berat.
Di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Kabupaten Cilacap ini, pihak
pengasuh belum melaksanakan pemeriksaan kondisi kejiwaan para lansia.
Pemeriksaan dan pengobatan farmakologis hanya dilakukan untuk beberapa
penyakit seperti hipertensi, gastritis dan keluhan lainnya seperti pusing. Karena
itu, pemberian terapi clay ini diharapkan dapat menurunkan tingkat depresi para
lansia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas dan melihat begitu
pentingnya kesehatan pada lanjut usia maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut: Pengaruh Terapi Clay dalam Menurunkan Tingkat Depresi


pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi clay
terhadap penurunan tingkat depresi lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata Cilacap.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
a. Untuk mengetahui karakteristik responden di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata Cilacap yang meliputi : jenis kelamin dan usia.
b. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Dewanata Cilacap sebelum dan setelah penelitian
c. Menganalisa pengaruh terapi clay terhadap penurunan tingkat depresi
lansia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata
Petugas Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata dapat mengetahui kondisi
kejiwaan khususnya depresi lansia yang berada di panti, sehingga mereka
akan lebih memperhatikan kondisi kejiwaan para lansia.

2. Bagi Lansia
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu para lansia dalam
mengurangi tingkat depresi.
3. Bagi Dinas Sosial
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu bahan pertimbangan
untuk mengembangkan program yang berkaitan dengan kesehatan jiwa lansia.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan dalam pengembangan
ilmu kesehatan khususnya mengenai depresi lansia yang dapat dijadikan
sebagai bahan ajar di area komunitas dan gerontik.
5. Bagi Peneliti
Pengalaman baru dalam mengungkap atau menemukan pengaruh terapi clay
dalam menurunkan tingkat depresi pada Lansia, memperdalam dan
memperluas pengetahuan khususnya di bidang keperawatan gerontik. Selain
itu, penelitian ini dapat mengembangkan ide untuk penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Pengaruh Terapi Clay dalam Menurunkan Tingkat
Depresi pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap belum
pernah dilakukan sebelumnya, tetapi penelitian yang hampir serupa pernah
dilakukan, yaitu:
1. Dianingtyas (2008) melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Tingkat
Depresi Pada Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Bugar Lansia di

Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran. Penelitian ini merupakan penelitian


kuantitatif dengan jenis pra eksperimen tanpa kelompok pembanding.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest posttest one
group design. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi
pertama (pre test) terhadap responden. Kemudian responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi diberikan perlakuan. Setelah diberikan perlakuan
kemudian dilakukan observasi kedua (post test). Pemilihan sampel
menggunakan metode non random jenis purposive sampling. Penentuan
jumlah sampel dengan total sampling yaitu seluruh individu yang memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti. Hasil dari penelitian ini
menuturkan bahwa ada perbedaan tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah
dilakukan senam bugar lansia. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama
meneliti tentang depresi pada lansia dan menggunakan desain penelitian studi
pretest posttest one group design. Sedangkan perbedaannya terletak pada
variabel penelitiannya. Penelitian. Dianingtyas (2008) melakukan penelitian
mengenai senam bugar lansia, sedangkan peneliti akan meneliti mengenai
pengaruh terapi clay terhadap tingkat depresi pada lansia.
2. Rusanto, Nugroho dan Nurullita (2011) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Terapi Musik Populer Terhadap Tingkat Depresi Pasien Isolasi
Sosial di Rumah Sakit Jiwa daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Penelitian ini termasuk penelitian pre-eksperimen dengan rancangan pretest
posttest one group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien

isolasi sosial yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling. Hasil dari penelitian ini menuturkan bahwa music popular
memberikan pengaruh terhadap tingkat depresi pasien isolasi sosial di Rumah
Sakit Jiwa daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Persamaan penelitian
ini yaitu sama-sama meneliti tentang depresi pada lansia dan menggunakan
desain penelitian studi pretest posttest one group design. Sedangkan
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel nya.
Rusanto, Nugroho dan Nurullita (2011) melakukan penelitian mengenai terapi
musik populer, sedangkan peneliti akan meneliti mengenai pengaruh terapi
clay terhadap tingkat depresi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai