Anda di halaman 1dari 40

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DEPUTI BIDANG AKUNTABILITAS APARATUR

MODUL PELATIHAN

PENYUSUNAN
PENETAPAN KINERJA

© Tim studi Pengembangan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Jakarta, Mei 2005


DAFTAR ISI

I Pendahuluan …………………………………………... ....……………… 1


A Latar Belakang .................................................... ..………………. 1
B Pengertian Penetapan Kinerja ............................ ..……………….. 3
C Tujuan Penetapan Kinerja .................................. ..……………….. 3
D Ruang Lingkup ……………………………………. ..……………….. 3
E Keterkaitan Dengan Sistem AKIP ………………. ..……………….. 4

II Penyusunan Penetapan Kinerja …………………….. ..……………….. 6


A Format Penetapan Kinerja ……………………….. ..……………….. 6
B Pernyataan Penetapan Kinerja ………………….. ..……………….. 6
C Lampiran Penetapan Kinerja …………………….. ..……………….. 7
D Tahapan Penyusunan Penetapan Kinerja ……... ..……………….. 9

III Indikator Kinerja ……………………………………….. ……………….. 11


A Pengertian ………………………………………… ……………….. 11
B Kriteria Indikator Kinerja ………………………….. ……………….. 11
C Perumusan Indikator Kinerja …………………….. ……………….. 15
D Indikator Kinerja pada Tingkat Instansi
Pemerintah dan Unit Kerja .................................. ……………….. 17

IV Penyampaian Penetapan Kinerja ............................. ……………….. 21


A Instansi Pemerintah Pusat .................................. ……………….. 21
B Instansi Pemerintah Daerah ............................... ……………….. 22

Lampiran
1. Pernyataan Penetapan Kinerja ........................... ……………….. 23
2. Lampiran Penetapan Kinerja .............................. ……………….. 24
3. Alur Penyampaian Penetapan Kinerja ................ ……………….. 25
4. Model Perumusan Penetapan Kinerja di
Pemerintah Daerah ............................................. ……………….. 27
5. Hands Out
KATA PENGANTAR

Penetapan kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan


yang akan dicapai oleh para pejabat di setiap instansi pemerintah. Dengan
demikian, penetapan kinerja ini menjadi kontrak kinerja yang harus
diwujudkan oleh para pejabat tersebut sebagai penerima amanah dan pada
akhir tahun nanti akan dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penilaian
terhadap pejabat tersebut. Dengan penetapan kinerja ini, diharapkan para
pimpinan instansi tidak hanya pandai mendapatkan dan menghabiskan
anggaran saja, tetapi juga harus mampu menunjukkan serta
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pimpinannya dan kepada
masyarakat. Penetapan Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya
dalam membangun manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif,
akuntabel dan berorientasi hasil, yaitu peningkatan kualitas pelayanan publik
dan kesejahteraan rakyat.
Penetapan kinerja ini merupakan amanah yang tertuang dalam Inpres
5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Dengan demikian,
penetapan kinerja ini harus dipandang sebagai salah satu langkah sistematis
yang diperlukan dalam rangka pencegahan tindak pidana korupsi. Kita tentu
sepaham bahwa memerangi korupsi yang sudah sistematis dan mengakar
haruslah dengan melakukan tindakan-tindakan sistematis dan luar biasa dan
tidak hanya cukup dengan tindakan-tindakan represif saja. Perubahaan-
perubahan mendasar perlu dilakukan terhadap sistem manajemen
pemerintahan kita yang selama ini terbukti menjadi lahan subur terjadinya
mismanagement dan korupsi.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Studi
Pengembangan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang telah
menyusun modul ini sebagai sumbangsih Kementerian PAN dalam upaya
pencegahan korupsi secara sistematis. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi seluruh jajaran instansi pemerintah.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Taufiq Effendi
Bab I - Pendahuluan

A. Latar Belakang

Inpres 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi


merupakan salah satu wujud nyata niat pemerintah untuk memerangi korupsi
baik secara represif maupun preventif. Penanganan masalah pemberantasan
korupsi tidak dapat lagi dilakukan secara sporadis, namun membutuhkan suatu
penanganan secara sistematik. Penanganan tindak korupsi secara sistematis ini
antara lain dilakukan dari segi preventif malalui perbaikan sistem manajemen
pemerintahan yang mengedepankan adanya transparansi dan akuntabilitas.
Peningkatan transparansi dan akuntabilitas mengindikasikan bahwa Presiden
menginginkan adanya kabinet dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN
serta berkinerja tinggi. Seluruh jajaran birokrasi pemerintahan diharapkan untuk
dapat menjelaskan secara terbuka kepada masyarakat apa yang sedang dan
akan dilakukan serta secara proporsional mempertanggungjawabkan kinerja apa
yang telah diberikan kepada rakyat selaku stakeholder utama bangsa ini.

Namun permasalahan yang menarik adalah bagaimana melihat dan


mengukur transparansi, akuntabilitas dan kinerja seluruh anggota kabinet
beserta seluruh jajaran birokrasi yang mendukungnya. Diperlukan ukuran-ukuran
kinerja yang akan digunakan untuk mengetahui capaian kinerja dari setiap
organisasi serta bagaimana masyarakat dapat mengetahui komitmen yang
dimiliki oleh para penyelenggara pemerintahan tersebut.

Saat ini hal yang menonjol adalah masih enggannya pimpinan instansi
pemerintah untuk menetapkan ukuran kinerja dan target-targetnya pada awal
periode pelaksanaan anggaran. Akibatnya hingga kini masih banyak instansi
pemerintah bekerja tanpa ukuran dan target kinerja yang jelas. Untuk itu kiranya
diperlukan suatu penetapan kinerja yang merupakan komitmen rencana kinerja

Penyusunan Penetapan Kinerja 1


tahunan yang akan dicapai oleh instansi pemerintah sebagai upaya untuk
meningkatkan efektivitas implementasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Selama ini, berdasarkan Inpres 7/1999 tentang Laporan Akuntabilitas


Kinerja Instansi pemerintah, setiap instansi pemerintah telah diwajibkan untuk
menyusun rencana strategis lima tahunan serta LAKIP pada setiap akhir
tahunnya. Pada praktiknya, perencanaan dan pengukuran kinerja dilakukan
bersamaan pada saat menyusun LAKIP. Perumusan indikator kinerja dilakukan
pada saat instansi menyusun LAKIP berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan.
Akibatnya, rencana atau target kinerja umumnya juga baru dilakukan pada saat
LAKIP disusun bersamaan dengan pengukuran kinerja sesungguhnya. Kondisi
semacam ini pada gilirannya mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

• Indikator kinerja kegiatan ataupun program seringkali tidak memiliki relevansi


yang tepat dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan
ukuran pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam renstra sulit diukur. Lebih
jauh lagi keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dan visi organisasi
menjadi sulit terukur.

• Mendorong instansi pemerintah untuk merekayasa target atau rencana


kinerja untuk mendapat hasil capaian kinerja tertentu.

• Sulit mengukur keberhasilan ataupun kegagalan, karena pada umumnya


instansi pemerintah :

o Belum jelas perumusan tujuan (goal).

o Belum memiliki sasaran strategis yang spesifik, jelas, dan terukur.

o Belum memiliki secara formal ukuran keberhasilan organisasi dalam


mencapai sasaran-sasaran strategisnya.

o Belum berani menetapkan target-target kinerja sebagai bentuk


komitmen organisasi bagi pencapaian kinerja yang optimal.

o Belum memiliki sistem pengumpulan data kinerja.

Penyusunan Penetapan Kinerja 2


B. Pengertian Penetapan Kinerja

Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan


yang akan dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/ unit kerja yang
menerima amanah/tanggungjawab/ kinerja dengan pihak yang memberikan
amanah/tanggungjawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja ini
merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat
penerima amanah kepada atasan langsungnya.

Penetapan kinerja ini akan menggambarkan capaian kinerja yang akan


diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/ unit kerja dalam suatu tahun
tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.

C. Tujuan

Tujuan umum diterapkannya Penetapan Kinerja adalah :


• Intensifikasi pencegahan korupsi;
• Peningkatan kualitas pelayanan publik;
• Percepatan untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,
transparan, dan akuntabel
Sedangkan tujuan khususnya adalah :
• Meningkatkan Akuntabilitas, Transparansi, dan Kinerja Aparatur
• Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi
amanah
• Sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi
• Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur
• Sebagai dasar Pemberian reward atau penghargaan dan sanksi

D. Ruang Lingkup Penetapan Kinerja

Ruang lingkup penetapan kinerja mencakup seluruh tugas pokok dan


fungsi suatu organisasi dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia.

Penyusunan Penetapan Kinerja 3


Namun demikian, ruang lingkup ini lebih diutamakan terhadap berbagai program
utama organisasi, yaitu program-program yang dapat menggambarkan
keberadaan organisasi serta menggambarkan issue strategic yang sedang
dihadapi organisasi.

E. Keterkaitan Dengan Sistem AKIP

Penetapan kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen dari


Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), meski belum
diatur secara eksplisit dalam Inpres 7 tahun 1999. Penyusunan kontrak kinerja
ini diharapkan dapat mendorong keberhasilan peningkatan kinerja instansi
pemerintah. Secara ringkas, keterkaitan antara penetapan kinerja dalam sistem
AKIP dapat diilustrasikan sebagai berikut :

RPJM

Rencana Strategis

Rencana Kinerja
Tahunan
Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)
Penetapan
Kinerja

Kinerja Aktual

LAKIP Laporan
Keuangan

Penyusunan Penetapan Kinerja 4


Penyusunan penetapan kinerja ini dimulai dengan merumuskan renstra
yang merupakan rencana jangka menengah (lima tahunan) yang dilanjutkan
dengan menjabarkan rencana lima tahunan tersebut kedalam rencana kinerja
tahunan. Berdasarkan rencana kinerja tahunan tersebut, maka diajukan dan
disetujui anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai rencana tahunan tersebut.
Berdasarkan rencana kinerja tahunan yang telah disetujui anggarannya, maka
ditetapkan suatu penetapan kinerja yang merupakan kesanggupan dari penerima
mandat untuk mewujudkan kinerja seperti yang telah direncanakan.

Dalam tahun berjalan, pelaksanaan kontrak kinerja ini akan dilakukan


pengukuran kinerja untuk mengetahui sejauh mana capaian kinerja yang dapat
diwujudkan oleh organisasi serta dilaporkan dalam suatu laporan kinerja yang
biasa disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Penyusunan Penetapan Kinerja 5


Bab II – Penyusunan Penetapan Kinerja

A. Format Penetapan Kinerja

Secara umum format Penetapan Kinerja memuat:


a. Pernyataan Penetapan Kinerja ;
b. Lampiran yang berisi:
• Program-Program Utama;
• Sasaran yang mencerminkan sesuatu yang akan dicapai secara
nyata dari pelaksanaan program dalam rumusan yang spesifik,
terukur, dan berorientasi pada hasil (outcome);
• Ukuran-ukuran kinerja yang jelas berupa:
– Indikator Kinerja Output dan atau Outcome;
– Rencana tingkat capaian untuk masing-masing indikator;
• Anggaran untuk setiap Program Utama.

B. Pernyataan Penetapan Kinerja

Merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari pimpinan instansi/ unit


kerja penerima amanah kepada atasan langsungnya untuk mewujudkan suatu
target kinerja tertentu. Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah,
sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai persetujuan
atas target kinerja yang ditetapkan tersebut. Dalam hal atasan langsung tidak
sependapat dengan target kinerja yang diajukan tersebut, maka pernyataan ini
harus diperbaiki hingga kedua belah pihak sepakat atas materi dan target kinerja
yang telah ditetapkan.

Pernyataan penetapan kinerja ini paling tidak terdiri dari :

Penyusunan Penetapan Kinerja 6


a) Pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada suatu tahun
tertentu;

b) Tanggal ditandatanganinya pernyataan penetapan kinerja;

c) Tanda tangan penerima amanah;

d) Persetujuan atasan langsung atau pemberi amanah.

Contoh pernyataan penetapan kinerja terdapat pada lampiran 1

C. Lampiran Penetapan Kinerja

Lampiran penetapan kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dalam dokumen penetapan kinerja. Informasi yang disajikan dalam lampiran
penetapan kinerja ini paling tidak meliputi :

a) Program utama

Merupakan program yang menggambarkan keberadaan instansi


pemerintah/ unit kerja yang bersangkutan. Perumusan program utama ini
memperhatikan program-program yang telah tertuang dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional maupun
Daerah. Dengan demikian akan terjalin suatu keselarasan program mulai
dari RPJM, Rencana Strategis dan penetapan Kinerja. Jika dipandang
perlu, maka dimungkinkan setiap instansi pemerintah/ unit kerja
merumuskan sub-program tersendiri. Perumusan sub-program ini
dilakukan jika terdapat satu atau lebih kegiatan yang tidak terkait dengan
program yang telah ditetapkan dalam RPJM. Namun demikian, perumusan
sub-program ini tetap memperhatikan keselarasannya dengan program
yang ada.

Penyusunan Penetapan Kinerja 7


b) Sasaran strategis organisasi

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi
pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun
waktu satu tahun.

c) Indikator kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Indikator kinerja ini dapat berupa output maupun
outcome. Indikator kinerja Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu
berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari
pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang
digunakan. Indikator kinerja Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.
Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

d) Target kinerja

Merupakan ukuran kuantitatif dari setiap indikator kinerja yang akan


dicapai dalam suatu tahun tertentu.

e) Jumlah anggaran yang dialokasikan

Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk mewujudkan sasaran tersebut.


Jika mungkin, jumlah anggaran ini termasuk biaya-biaya tidak langsung
yang dapat diidentifikasikan kepada suatu sasaran tertentu. Jika hal
tersebut tidak memungkinkan, maka disajikan jumlah anggaranuntuk
biaya langsung saja. Data anggaran ini didasarkan pada dokumen
anggaran yang telah disetujui, misalnya DIPA.

Lampiran penetapan kinerja selengkapnya terdapat pada lampiran 2.

Penyusunan Penetapan Kinerja 8


D. Tahapan Penyusunan Rincian Penetapan Kinerja

Pada dasarnya, penetapan kinerja merupakan suatu dokumen yang


disusun sendiri oleh pimpinan instansi pemerintah/ unit kerja penerima amanah
dan disetujui oleh pejabat atasannya. Seperti telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, penetapan kinerja ini tidak dapat dipisahkan dengan Sistem AKIP
secara keseluruhan. Dengan demikian, tahapan penyusunan penetapan kinerja
ini juga mengikuti tahapan pada sistem AKIP dan tahapan pengalokasian dana,
selengkapnya sebagai berikut :
a. mempersiapkan dan menyusun Rencana Strategis;
b. mempersiapkan dan menyusun Rencana Kinerja Tahunan;
c. mempersiapkan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran;
d. menyusun dan menetapkan Penetapan Kinerja .

Dengan demikian, tahapan dan keterkaitan antar masing-masing


dokumen dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Keterkaitan antara Rencana strategis (Formulir PPS berdasarkan SK LAN 239


Tahun 2003) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT).

SASARAN KEGIATAN KET


PRO-
URAIN
INDIKTR
TRGT
GRAM URAIN
INDIKTR
SAT TRGT
KINERJA KINERJA

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah IP Jumlah IP
Meningkat Peman-
pusat yang 30 IP yang telah IP 300 IP
-nya IP Peningkatan tauan AKIP
akuntabel dipantau
pusat dan efektivitas
daerah penerapan
Jumlah IP Jumlah IP
yang SAKIP Evaluasi
daerah yang 80 IP yang telah IP 150 IP
akuntabel AKIP
akuntabel dievaluasi

Penyusunan Penetapan Kinerja 9


2. Keterkaitan antara RKT dengan Penetapan Kinerja.

PRO- IK OUTPUT IK OUTCOME


ANGGAR
GRAM SASARN AN
UTAMA URAIAN TRGT URAIN TRGT

1 2 3 4 5 6 7

Jumlah IP
Jumlah IP
300 IP pusat yang 30 IP Rp500 juta
Peningkatan yang dipantau
Meningkat-nya IP akuntabel
efektivitas
pusat dan daerah
penerapan
yang akuntabel Jumlah IP Jumlah IP
SAKIP
yang 150 IP daerah yang 80 IP Rp1.500 juta
dievaluasi akuntabel

Penyusunan Penetapan Kinerja 10


Bab III – Indikator Kinerja

A. Pengertian

Sebagai konsekuensi dari penerapan sistem AKIP, maka setiap instansi


pemerintah tidak akan lepas dari proses penetapan indikator kinerja. Proses ini
merupakan bagian yang penting bagi setiap instansi pemerintah karena indikator
kinerja merupakan komponen utama Sistem AKIP yang akan digunakan dalam
menilai keberhasilan maupun kegagalan instansi pemerintah dalam
melaksanakan kegiatannya dalam rangka mencapai visi dan misinya.

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja memberikan penjelasan, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif, mengenai apa yang akan diukur untuk menentukan
apakah tujuan sudah tercapai. Ia juga menetapkan bagaimana kinerja akan
diukur dengan suatu skala atau dimensi tanpa menyinggung tingkat pencapaian
khusus.

B. Kriteria Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang baik, setidak-tidaknya memenuhi tujuh kriteria


yang terdiri dari :

a. Langsung
b. Objektif
c. Cukup
d. Kuantitatif (jika mungkin)
e. Terinci (jika mungkin)
f. Praktis

Penyusunan Penetapan Kinerja 11


g. Dapat diyakini.

Langsung, suatu indikator kinerja harus dapat mengukur sedekat


mungkin dengan hasil yang akan diukur. Indikator kinerja tidak seharusnya
dikaitkan pada tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan
hasil yang diukur. Misalnya, “Banyaknya alat kontrasepsi yang digunakan” adalah
ukuran langsung dari suatu hasil “Peningkatan penggunaan metode keluarga
berencana”. Tetapi “Jumlah penyedia jasa yang terlatih”, bukanlah ukuran
langsung dari suatu hasil “Peningkatan pelayanan jasa”. Penyedia jasa yang
adalah seorang pegawai terlatih, tidak berarti secara otomatis akan memberikan
pelayanan yang lebih baik.
Jika tidak memungkinkan untuk menggunakan pengukuran langsung, satu
atau lebih indikator pengganti mungkin dapat digunakan. Misalnya, pada suatu
wilayah desa sangat sulit untuk mengukur tingkat pendapatan secara langsung.
Pengukuran seperti “Persentase keluarga di desa yang rumahnya berlantai
semen” atau “Persentase keluarga di desa yang memiliki radio, atau televisi, atau
sepeda”, mungkin akan berguna meskipun merupakan pengukuran pengganti
yang sangat kasar. Asumsi yang digunakan adalah bahwa apabila suatu keluarga
memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga lain, mereka
akan membeli barang tertentu seperti yang disebutkan di atas. Apabila terdapat
bukti yang meyakinkan dan memadai (misalnya, didasarkan pada riset atau
pengalaman di tempat lain), maka indikator pengganti dapat merupakan
indikator yang memadai, meskipun tidak seakurat pengukuran langsung.
Obyektif. Indikator yang obyektif tidak memiliki ambiguitas mengenai
apa yang akan diukur. Jadi, terdapat suatu kesepakatan umum tentang
interpretasi terhadap hasil, yaitu indikator tersebut hanya mempunyai satu
dimensi dan tepat secara operasional. Mempunyai satu dimensi artinya bahwa
indikator hanya mengukur satu fenomena setiap saat. Hindari untuk
menggabungkan terlalu banyak fenomena dalam satu indikator. Tepat secara
operasional artinya tidak ada ambiguitas atas data apa yang akan dikumpulkan

Penyusunan Penetapan Kinerja 12


untuk suatu indikator. Misalnya, “Jumlah perusahaan eksportir yang berhasil”
adalah masih argumentatif, tetapi “Jumlah perusahaan eksportir yang
mendapatkan peningkatan pendapatan sebesar minimal 5%” adalah sesuatu
yang tepat secara operasional.
Cukup. Sebagai suatu kelompok, indikator kinerja dan indikator-indikator
pendukungnya seharusnya secara cukup mampu mengukur hasil. Pertanyaan
yang sering dilontarkan adalah: “Berapa indikator kinerja yang harus digunakan
untuk mengukur suatu hasil?” Jawabannya tergantung pada: a) kompleksitas
hasil yang akan diukur, b) sumberdaya yang tersedia untuk memonitor kinerja,
dan c) jumlah informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang
mamadai. Untuk hasil-hasil yang langsung dan mempunyai pengukuran yang
benar dan terbukti, satu indikator saja sudah cukup. Misalnya, apabila hasil yang
ditentukan untuk disepakati adalah “Peningkatan ekspor tradisional”, indikator
“Nilai dolar dari ekspor tradisional per tahun” adalah cukup. Apabila dengan satu
indikator saja ternyata tidak cukup atau apabila ada manfaat yang dihasilkan dari
pengukuran terhadap beberapa sudut (triangulation), maka dua atau lebih
indikator mungkin diperlukan. Namun hindari terlalu banyak indikator. Dapatkan
keseimbangan antara sumberdaya yang tersedia untuk pengukuran kinerja dan
jumlah informasi yang diperlukan manajer untuk membuat keputusan yang
memadai.
Kuantitatif, (jika mungkin). Indikator kuantitatif adalah indikator
dalam angka (jumlah atau persentase nilai dolar, tonase, dsb). Indikator
kualitatif adalah indikator yang bersifat pengamatan deskriptif (pendapat ahli
atas suatu kekuatan instansi atau penjelasan mengenai suatu perilaku).
Meskipun indikator kuantitatif tidak lebih obyektif, ketepatan angkanya
memungkinkan kesepakatan atas data mengenai hasil dan biasanya lebih
disukai. Namun, meskipun indikator kuantitatif yang efektif digunakan, indikator
kualitatif dapat mendukung angka dan persentase dengan kekayaan yang dimiliki
informasi yang menghidupkan hasil program. Indikator kinerja yang bersifat

Penyusunan Penetapan Kinerja 13


kuantitatif akan lebih mudah diukur dibandingkan indikator kinerja yang bersifat
kualitatif.
Terinci (jika mungkin). Merinci/memilah hasil program di tingkat
masyarakat dari segi jenis kelamin, umur, lokasi, atau dimensi lainnya biasanya
penting dari sudut pandang manajer. Pengalaman menunjukkan pengembangan
kegiatan sering memerlukan pendekatan yang berbeda untuk kelompok yang
berbeda dan mempengaruhi kelompok tersebut dengan cara yang berbeda. Data
yang terinci membantu menelusuri apakah kelompok tertentu berpartisipasi atau
tidak, dan kemanfaatan melibatkan kelompok tersebut dalam kegiatan. Oleh
karena itu, adalah baik bahwa indikator kinerja harus sensitif terhadap
perbedaan tersebut.
Praktis. Indikator kinerja dikatakan praktis apabila data dapat diperoleh
pada saat yang tepat dengan biaya yang wajar. Manajer memerlukan data yang
dapat dikumpulkan sesering mungkin untuk memberikan informasi kepada
mereka mengenai suatu progres dan untuk mempengaruhi keputusan. Untuk
mendapatkan informasi kinerja yang berguna, instansi seharusnya menyadari
hanya akan mengeluarkan biaya yang wajar atau tidak berlebihan. Berdasarkan
pengalaman suatu instansi , biaya monitoring kinerja jumlahnya antara 3 - 10%
dari jumlah sumberdaya program.
Dapat diyakini. Pertimbangan terakhir dalam memilih indikator kinerja
adalah apakah kualitas data yang memadai untuk pengambilan keputusan dapat
diperoleh. Namun standar kualitas data bagaimana yang diperlukan akan
berguna? Data yang diperlukan seorang manajer program untuk membuat
keputusan yang baik mengenai suatu program tidak perlu setara dengan standar
yang kaku yang dipakai ilmuwan sosial. Misalnya, suatu survei singkat dengan
biaya rendah sudahlah cukup untuk keperluan manajemen instansi, tidak perlu
penelitian yang sangat kompleks dan rumit.

Penyusunan Penetapan Kinerja 14


C. Perumusan Indikator Kinerja

Indikator kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan


kualitatif atau kuantitatif. Agar bermanfaat, kedua jenis indikator kinerja
tersebut harus memenuhi karakteristik kinerja yang baik sebagaimana
disebutkan di muka.
Indikator kinerja kualitatif adalah indikator kinerja yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat tanpa ada unsur kuantitatif dan
menunjukkan kualitas sesuatu. Indikator kinerja kualitatif ini dapat terjadi
jika sulit menyatakan indikator kinerja secara kuantitatif dan ini biasanya
timbul pada saat menetapkan indikator tujuan, misalnya, tentang kepuasan
pengguna jasa.

Contoh indikator kinerja kualitatif:


Nama Indikator Penjelasan Indikator Kinerja
Tingkat kualitas angkutan laut Transportasi laut yang kualitasnya dilihat
dari luas daerah jangkauan dan efisiensi.
Maksud dari indikator ini adalah untuk
memberi gambaran mengenai cakupan dan
efisiensi transportasi laut di suatu daerah.

Indikator kinerja kuantitatif adalah indikator kinerja yang


mengandung unsur angka atau menyatakan kuantitas sesuatu. Indikator
kinerja kuantitatif dapat berupa angka absolut, persentase, rasio, atau
indeks.
Indikator kinerja kuantitatif absolut adalah indikator kinerja yang
dinyatakan dengan angka absolut, misalnya :

Nama Indikator Penjelasan Indikator Kinerja


PDRB Produk Domestik Regional Bruto.
Maksud dari indikator ini adalah untuk
memberi gambaran mengenai penda-patan
rata-rata suatu daerah secara bruto dalam
satu tahun

Penyusunan Penetapan Kinerja 15


Angka Harapan Hidup Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir
yang akan dicapai penduduk (tahun)
Maksud dari indikator ini adalah untuk
memberi gambaran mengenai perkiraan rata-
rata lama hidup yang dapat dicapai pada
sekelompok penduduk. Angka ini
memperlihatkan keadaan dan sistem
pelayanan kesehatan yang ada di suatu
negara atau daerah karena merupakan bentuk
akhir dari hasil upaya peningkatan kesehatan
secara keseluruhan.

Indikator kinerja kuantitatif persentase adalah indikator kinerja


yang dinyatakan dengan menunjukkan persentase suatu porsi tertentu,
misalnya :

Nama Indikator Penjelasan Indikator Kinerja


Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan produktivitas sektor
Produktivitas Sektor pertanian (%)
Pertanian Maksud dari indikator ini adalah untuk
memberi gambaran mengenai pertum-buhan
produktivitas suatu daerah di bidang pertanian
dalam satu tahun.

Indikator kinerja kuantitatif rasio adalah adalah indikator kinerja


yang dinyatakan dengan menunjukkan rasio perbandingan antara sesuatu
dengan yang lain, misalnya:

Nama Indikator Penjelasan Indikator Kinerja


Tingkat Melek Huruf. Rasio jumlah penduduk melek huruf dengan
jumlah penduduk.
Indikator ini menggambarkan tingkat kualitas
hidup manusia, semakin kecil tingkat melek
huruf, semakin rendah tingkat pendidikan
penduduk dan semakin rendah kualitas
hidupnya.

Penyusunan Penetapan Kinerja 16


Indikator kinerja kuantitaif indeks adalah indikator kinerja yang
dinyatakan dengan menunjuk indeks, misalnya:

Nama Indikator Penjelasan Indikator Kinerja


Indeks Kemiskinan Manusia. Maksud dari indikator ini adalah untuk
memberi gambaran mengenai tingkat
kemiskinan di suatu daerah.

D. Indikator Kinerja Pada Tingkat instansi Pemerintah dan Unit kerja

Salah satu permasalahan yang selama ini timbul dalam implementasi


sistem AKIP adalah ketidakselarasan perencanaan antara suatu instansi
pemerintah dengan instansi pemerintah atasannya bahkan dengan perencanaan
yang bersifat nasional. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan indikator
kinerja yang tidak selaras sehingga hasil yang disajikan oleh unit kerja tidak
selaras dengan instansi pemerintah (kementerian,pemerintah
provinsi/kabupaten/kota) bahkan hasil/kinerja dari suatu instansi pemerintah
tidak selaras dengan apa yang diinginkan oleh perencanaan nasional.

Indikator kinerja pada tingkat instansi pemerintah


(kementerian,pemerintah provinsi/kabupaten/kota) sebaiknya menggunakan
indikator kinerja pada tingkat outcome dan menggambarkan keberhasilan
instansi pemerintah secara keseluruhan organisasi. Keberhasilan instansi
pemerintah merupakan keberhasilan bersama dari beberapa unit kerja yang ada
di lingkungan instansi pemerintah tersebut. Dengan kata lain, indikator kinerja
pada tingkat instansi pemerintah bukan sekedar gabungan dari berbagai
indikator kinerja pada unit kerja pendukungnya. Disisi lain, pada tingkat unit
kerja, indikator kinerja yang digunakan dapat pada tingkat outcome atau output.

Indiaktor kinerja makro pada tingkat instansi pemerintah merupakan


indikator kinerja makro yang keberhasilan pencapaiannya tidak hanya
dipengaruhi oleh keberhasilan organisasi tersebut semata tetapi juga dipengaruhi

Penyusunan Penetapan Kinerja 17


oleh organisasi/ instansi pemerintah lain. Misalnya keberhasilan indikator
“kedatangan wisatawan mancanegara” tidak hanya dipengaruhi oleh
Kementerian Budpar tetapi juga oleh kementarian lain seperti keamanan,
Kimpraswil (untuk tersedianya sarana menuju tempat wisata), perhubungan, dan
sebagainya. Indikator kinerja ini sebaiknya pada tingkat outcome.

Disisi lain, indikator kinerja yang digunakan pada unit kerja akan lebih
spesifik dan rinci namun tetap terjaga keselarasan dan keserasiannya dengan
indikator kinerja pada tingkat instansi pemerintah. Pada suatu pemerintah
daerah, misalnya, keselarasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Selain itu, antara indikator kinerja pada tingkat Pemda dan unit
kerja/satuan kerja harus selaras satu dengan yang lainnya. Bentuk keselarasan
tersebut dapat berupa kesamaan indikator kinerja pada sasaran Pemda dan unit
kerja/satuan kerja, dapat juga berupa indikator kinerja sasaran pada unit
kerja/satuan kerja yang saling memberikan kontribusi atas terpenuhinya

Penyusunan Penetapan Kinerja 18


indikator kinerja pada tingkat pemerintah daerah. Sebagai gambaran dapat
dilihat di bawah ini :

Jadi, seperti yang terlihat dalam gambar di atas, indikator kinerja pada
unit kerja dapat berupa sama dengan indikator kinerja pemerintah daerah,
misalnya indikator kinerja persentase peningkatan Pendapatan Asli Daerah, maka
indikator tersebut dapat digunakan pada tingkat satuan kerja (dinas pendapatan
daerah) maupun tingkat pemerintah daerah. Sedangkan pada kasus yang lain
adalah indikator kinerja di berbagai satuan kerja yang akan memberikan
kontribusi atas terpenuhinya indikator kinerja pada tingkat pemerintah daerah,
sebagai contoh: indikator kinerja sasaran pada tingkat pemerintah daerah,
misalnya peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata, indikator
tersebut akan dipenuhi oleh indikator kinerja sasaran pada berbagai satuan
kerja, seperti dinas pariwisata (A) dengan indikator kinerja jumlah promosi,
brosur, kalender wisata, dan atraksi wisata, dinas pekerjaan umum (B) dengan

Penyusunan Penetapan Kinerja 19


indikator kinerja jumlah jalan yang dibangun dan dipelihara, dan Bappeda (C)
dengan indikator kinerja jumlah tata ruang obyek wisata yang disusun dan lain
sebagainya.
Salah satu contoh perumusan indikator kinerja untuk pemerintah daerah
dan unit kerjanya adalah sebagai berkut :
Pemerintah Daerah Unit kerja/Satuan kerja
Sasaran Indikator Target Sasaran Indikator Target
Kinerja Kinerja
Meningkatnya % peningkatan 10 % Meningkatnya sarana irigasi % peningkatan 5%
produksi sub Produksi sub teknis yang memadai (Dinas sarana irigasi yang
sektor tanaman sektor tanaman kimpraswil/PU) memadai
pangan pangan Terjaminnya ketersediaan % penurunan 5%
saprodi pertanian tanaman keluhan petani
pangan (Dinas Pertanian) terhadap ketersedian
saprodi
Meningkatnya akses jalan Panjang jalan desa 100 km
dari dan ke daerah yang dibangun dan
pertanian dalam rangka ditingkatkan
distribusi hasil-hasil
pertanian (Dinas PU)
Meningkatnya Intensifikasi peningkatan luas 100 Ha
dan ekstensifikasi lahan lahan pertanian
pertanian (Dinas Pertanian) tanaman pangan
Tingkat produktivitas 5%
hasil pertanian
tanaman pangan
Meningkatnya pembinaan Frekuensi pembinaan 24 kali
terhadap petani dalam
rangka penguasaan
teknologi pertanian (Dinas
Pertanian)

Contoh selengkapnya model perumusan indikator kinerja antara instansi


pemerintah dan unit kerjanya terdapat pada lampiran III.

Penyusunan Penetapan Kinerja 20


Bab IV – Penyampaian Penetapan Kinerja

Secara umum, penyampaian penetapan kinerja oleh setiap instansi


pemerintah maupun unit kerjanya dilakukan paling lambat tanggal 31 Mei pada
setiap tahunnya. Penyampaian penetapan kinerja ini dilakukan secara berjenjang
mulai unit kerja yang paling rendah hingga unit kerja eselon I kepada menteri
terkat dan Kementerian/Departemen/Gubernur kepada Presiden. Penetapan
tanggal 31 Mei sebagai batas akhir penyampaian penetapan kinerja ini didasari
pertimbangan bahwa pada tanggal tersebut diharapkan anggaran baik di
pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah telah disetujui.

A. Instansi Pemerintah Pusat

Penyampaian penetapan kinerja pada instansi pemerintah pusat dilakukan


dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Pimpinan Unit kerja setingkat eselon II menyampaikan kepada pejabat eselon


I yang menjadi atasan langsungnya, tembusan disampaikan kepada unit
pengawasan internal dan Menteri PAN;

2) Pimpinan Unit kerja setingkat eselon I menyampaikan kepada Menteri yang


menjadi atasan langsungnya, tembusan disampaikan kepada unit
pengawasan internal dan Menteri PAN;

3) Pimpinan LPND menyampaikan kepada Menteri yang menggkoordinasikannya


dengan tembusan kepada Menteri PAN;

4) Sekretaris Jenderal lembaga tinggi negara, komisi-komisi, dan lembaga non


struktural lainnya menyampaikan kepada Pimpinan lembaga tinggi negara,
komisi-komisi dan lembaga non struktural dengan tembusan kepada Menteri
PAN;

Penyusunan Penetapan Kinerja 21


5) Para Menteri, Panglima TNI, Jaksa Agung, Kapolri dan pejabat setingkat
menteri lainnya menyampaikan kepada Presiden melalui Menteri PAN.

Alur penyampaian penetapan kinerja untuk instansi pemerintah pusat


selengkapnya terdapat pada lampiran III.

B. Instansi Pemerintah Daerah

Penyampaian penetapan kinerja pada instansi pemerintah daerah


dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Kepala Dinas menyampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dengan


tembusan kepada unit pengawasan internal, Menteri Dalam Negeri dan
Menteri PAN;

2) Asisten Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota menyampaikan kepada Sekretaris


Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada unit
pengawasan internal, Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN;

3) Sekretaris Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota menyampaikan kepada


Gubernur/Bupati/ Walikota dengan tembusan kepada unit pengawasan
internal, Menteri dalam Negeri dan Menteri PAN;

4) Bupati dan Walikota menyampaikan kepada Gubernur terkait dengan


tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN;

5) Gubernur menyampaikan kepada Menteri Dalam Ngeri dengan tembusan


kepada Menteri PAN

Alur penyampaian penetapan kinerja untuk instansi pemerintah daerah


selengkapnya terdapat pada lampiran 3

Penyusunan Penetapan Kinerja 22


Lampiran -1

CONTOH PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA


Nama
instansi
pemerintah

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA


Nama unit kerja
PENETAPAN KINERJA yang
menyampaikan
ASISTEN DEPUTI URUSAN PENGEMBANGAN
Penetapan
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA Kinerja

Pernyataan
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel
untuk
dan berorientasi kepada hasil, bersama ini kami sampaikan Penetapan Kinerja Asisten Deputi Urusan mewujudkan
Pengembangan Sistem Akuntabilitas pada Deputi Bidang akuntabilitas Aparatur Kementerian suatu kinerja
tertentu
Pendayagunaan Aparatur Negara yang merupakan ikhtisar rencana kinerja yang akan dicapai pada
tahun 2005 sebagaimana daftar terlampir.
Penetapan kinerja ini merupakan tolok ukur keberhasilan organisasi dan menjadi dasar
penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun anggaran 2005.

Jakarta, 5 Maret 2005

Deputi Bidang Asisten Deputi urusan Pengembangan


Akuntabilitas Aparatur Sistem Akuntabilitas Kinerja

Djoko Susilo Sobirun Ruswadi

Pejabat atasan yang


menyetujui tingkat
kinerja yang akan
diwujudkan Pimpinan unit kerja
yang memberikan
pernyataan

Penyusunan Penetapan Kinerja 23


Lampiran - 2

CONTOH LAMPIRAN PERNYATAAN

PENETAPAN KINERJA

Sasaran pada
renstra/
rencana
kinerja PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
ASISTEN DEPUTI URUSAN PENGEMBANGAN AKUNTABILITAS KINERJA APARATUR

INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME


NO PROGRAM UTAMA SUB PROGRAM SASARAN ANGGARAN
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1. Pengawasan dan Peningkatan efektivitas Meningkatnya jumlah Jumlah pedoman dan modul Persentase Instansi
akuntabilitas penerapan Sistem AKIP Instansi Pemerintah yang Sistem AKIP yang disusun 1 buah pemerintah yang 90% 150,000,000.00
akuntabel menyampaikan LAKIP

Jumlah kebijakan evaluasi


yang disusun 1 buah 199,300,000.00

Jumlah partisipasi dalam


1
peningkatan akuntabilitas -
kegiatan
Terlaksananya Jumlah Pedoman
pengukuran dan evaluasi pengukuran dan evaluasi
kinerja oleh Instansi kinerja internal Instansi 1 buah 50,000,000.00
Pemerintah Pemerintah

Tersedianya ukuran Jumlah pedoman standar


standar kinerja instansi kinerja Instansi Pemerintah 1 buah 40,000,000.00
pemerintah
Pengembangan Sistem Tersedianya kajian Jumlah kajian
AKIP sistem pengukuran
kinerja individu yang 1 kajian 106,500,000.00
selaras dengan sistem
pengukuran organisasi
Tersedianya peraturan Jumlah naskah akademis 1 naskah
perundang-undangan di Jumlah peraturan perundang- 213,000,000.00
bidang Akuntabilitas undangan 1 buah
Kinerja

Penerapan Terbangunnya model Pilot project yang telah


Kepemerintahan yang Instansi Pemerintah menyusun Pedoman/
baik melalui Daerah yang telah Rencana Aksi penerapan 3 IPD 89,110,000.00
pengembangan pilot menerapkan Kepemerintahan yang baik
project Kepemerintahan yang Jumlah modul penerapan
baik kepemerintahan yang baik 1 modul 78,800,000.00

Menyetujui, Asisten Deputi 1/V


Deputi Bidang Akuntabilitas Aparatur - Kementeri PAN

Program
pada DIPA
Djoko Susilo Sobiroen Ruswadi

Merupakan turunan
program dan sesuai Alokasi dana
kebutuhan organisasi sesuai DIPA

Penyusunan Penetapan Kinerja 24


Lampiran – 3

Alur Penyampaian Penetapan Kinerja (PK)


Departemen/Kementerian/LPND

Dept/Kementerian/
Pejabat Eselon II Pejabat Eselon I Presiden Kementerian PAN
LPND

KK II
PK II PK II

PK II

KK I
PK I PK I

PK I

KK D
PK D PK D

PK D

Pemantauan
& Evaluasi

LHE
LHE LHE LHE

Penyusunan Penetapan Kinerja 25


Alur Penyampaian Penatapan Kinerja (PK)
Gubernur/Bupati/Walikota/Dinas/Unit Kerja Daerah Lainnya

Dinas/Unit Kerja Departemen Dalam


Bupati/Walikota Gubernur Presiden Kementerian PAN
Daerah Negeri

KK D
PK D PK D PK D
PK D

KK B
PK B PK B

PK B PK B

KK B
KKPK
BG PK G

PK G

Pemantauan &
Evaluasi

KK
KKBB
KK B
LHE LHE LHE LHE LHE

Penyusunan Penetapan Kinerja 26


Lampiran – 4

Model Perumusan Penetapan Kinerja di Pemerintah Daerah

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005


PEMERINTAH KABUPATEN XYZ

INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM UTAMA SASARAN ANGGARAN
URAIAN TARGET
1 Pengembangan Agribisnis Berkembangnya Persentase peningkatan PDRB
perekonomian masyarakat sektor pertanian 15% 9.205.968.800
Kabupaten XYZ
2 Peningkatan penerimaan daerah Peningkatan PAD dari tahun lalu 10% 6.931.000.000
3 Perluasan dan pengembangan Persentase berkurangnya tingkat
5% 1.170.000.000
kesempatan kerja pengangguran
4 Peningkatan penanaman modal Jumlah nilai investasi baru tahun
Rp 12 Milyar 2.023.200.000
2005
5 Pengembangan Pariwisata Berkembangnya Persentase naiknya tingkat hunian
10% 810.000.000
pariwisata dalam hotel
mendukung pelestarian Jumlah kunjungan wisatawan
kebudayaan daerah 10.000 orang 10.066.900.000

6 Pembangunan Sarana dan Meningkatnya sarana dan Berkurangnya jumlah kecamatan


3 kec. 21.217.200.000
Prasarana Transportasi prasarana transportasi yang terisolasi
Bertambahnya jaringan jalan
30 km 41.213.200.000
kabupaten
Berkurangnya jumlah kecelakaan 25% 4.100.000.000
7 Pendidikan Luar Sekolah Meningkatnya pemerataan Persentase berkurangnya buta
kesempatan memperoleh aksara 10% 2.273.784.000
pendidikan
8 Pendidikan Menengah Persentase berkurangnya angka
15% 9.392.626.260
putus sekolah
9 Pendidikan Dasar dan Persentase peningkatan anak usia
Prasekolah sekolah yang mengikuti pendidikan 20% 12.039.548.162
wajib belajar 9 tahun
10 Pelayanan Kesehatan Terselenggaranya Berkurangnya angka kematian
Masyarakat peningkatan pelayanan akibat penyakit menular dan tidak 20% 10.858.585.300
kesehatan menular
Bertambahnya usia harapan hidup 50 tahun
Berkurangnya keluhan masyarakat
15%
terhadap pelayanan kesehatan
Meningkatnya rasio medis
kesehatan dibandingkan jumlah 5%
penduduk

Menyetujui, Bupati XYZ

Gubernur XYZ

……………………………. ……………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 27


RINCIAN SASARAN
BERKEMBANGNYA PEREKONOMIAN MASYARAKAT KABUPATEN XYZ

NO INDIKATOR KINERJA KABUPATEN INDIKATOR KINERJA UNIT KERJA UNIT KERJA

URAIAN TARGET URAIAN TARGET

1 Persentase peningkatan 15% Peningkatan kontribusi usaha 10% Dinas Pertanian


PDRB sektor pertanian tanaman pangan terhadap Tanaman pangan
PDRB
Peningkatan kontribusi usaha 15% Dinas
perkebunan terhadap PDRB Perkebunan
Peningkatan kontribusi usaha 5% Dinas Peternakan
peternakan terhadap PDRB
Peningkatan kontribusi usaha 20% Dinas Perikanan
perikanan terhadap PDRB
Peningkatan kontribusi usaha 25% Dinas Kehutanan
kehutanan terhadap PDRB

2 Peningkatan PAD dari 10% Peningkatan PAD dari pajak dan 10% Dinas
tahun lalu retribusi daerah Pendapatan
Daerah
Peningkatan PAD dari usaha 8% Dinas Pertanian
pertanian tanaman pangan Tanaman Pangan
Peningkatan PAD dari sektor 5% Dinas Pariwisata
pariwisata
Peningkatan PAD dari sektor 3% Dinas
perkebunan Perkebunan
Peningkatan PAD dari sektor 7% Dinas Kehutanan
kehutanan
Peningkatan PAD dari sektor 6% Dinas Perikanan
perikanan
Peningkatan PAD dari sektor 4% Dinas Peternakan
peternakan

3 Persentase 5% Persentase berkurangnya 5% Dinas Tenaga


berkurangnya tingkat tingkat pengangguran Kerja
pengangguran

4 Jumlah nilai investasi Rp 12 Jumlah nilai investasi baru Rp 12 Badan Promosi


baru tahun 2005 Milyar tahun 2005 Milyar dan Investasi

Penyusunan Penetapan Kinerja 28


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN XYZ
INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME
NO PROGRAM UTAMA SASARAN
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
ANGGARAN

1 Peningkatan Meningkatnya Tingkat hasil Produksi Padi 439 ton Persentase kenaikan 25%
Ketahanan Pangan ketersediaan bahan produksi pertanian 1.217.338.950
pangan Hasil Produksi Jagung 140 ton tanaman pangan
Ketersediaan Benih Jagung 5 ton
Ketersediaan Benih Kacang 5 ton
Ketersediaan Benih Padi 15 ton
Ketersediaan Tanaman Hias 4.000 btg
Perluasan Areal Tanaman 2.331 Ha
2 Pengembangan Meningkatnya Peserta Pelatihan 70 orang Persentase peningkatan 8%
Agribisnis produksi dan sentra- Pembangunan Usaha PAD dari usaha 1.113.877.500,00
sentra pertanian Pertanian pertanian
tanaman pangan dan Tersedianya Media 12 Persentase peningkatan 10%
holtikultura Informasi dan publikasi kecamatan kontribusi usaha
Pertanian pertanian tanaman
Peserta Temu Usaha 80 orang pangan terhadap PDRB
Kegiatan Pertanian dan
Pendampingan Kelompok
Tani
Meningkatnya Penggunaan 1 paket Persentase peningkatan 10%
Alat dan Mesin Pertanian pendapatan rata-rata
Pemerintah Kab. XYZ petani
Tersdianya Data Dasar 1 paket
Statistik Pertanian yang
Akurat

Menyetujui Kepala Dinas Pertanian tanaman pangan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005


DINAS PERIKANAN KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM UTAMA SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME ANGGARAN
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Pengembangan Pengembangan Budidaya ikan dengan jaring 80 orang Persentase peningkatan 6%
Usaha Perikanan Agribisnis apung PAD dari usaha perikanan 3.392.718.800
Percontohan budidaya perikanan 3 lokasi Persentase peningkatan
kontribusi usaha perikanan
Restocking perairan Umum 13 lokasi terhadap PDRB 20%
Laporan tentang pengembangan 1 lap
sum ber daya periakan
Percontohan suplai air dengan 1 unit Persentase peningkatan 10%
kincir pendapatan rata-rata
pembudidaya ikan

Menyetujui Kepala Dinas Perikanan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 29


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN XYZ
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME ANGGARAN
PROGRAM
UTAMA URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Pengembangan Meningkatnya Tersedianya Buku Inventarisasi 15 buku
Persentase peningkatan 12%
Agribisnis produksi dan Dokumentasi Perkebunan 1 set
PAD dari sektor 2.875.602.500
perkebunan perkebunan
Persentase peningkatan 15%
kontribusi usaha
perkebunan terhadap
PDRB
Jumlah Peserta Pelatihan dan 520 orang Persentase kenaikan 10%
Study Banding Pengembangan pendapatan rata-rata
Usaha Perkebunan petani perkebunan
Tertanganinya permasalahan 3 kali
perkebunan melalui
Pemberdayaan TP3K
Terbentuknya Asosiasi Petani 1
Sawit organisasi
Peserta Rapat Koordinasi 30 perus.
pengusaha perkebunan
Terpantaunya pembangunan 4 kec
pola persial dan swadaya

Menyetujui Kepala Dinas Perkebunan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005


DINAS PETERNAKAN KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME ANGGARAN
UTAMA
URAIAN TARGE URAIAN TARGET
T
1 Pengembangan Meningkatnya Tersedianya sarana untuk 5 paket Persentase peningkatan PAD dari 4%
Agribisnis produksi dan pelayanan penyakit hewan usaha peternakan 1.045.280.000
sentra-sentra Eliminasi HPR 12 kec. Persentase peningkatan kontribusi 5%
pertanian tanaman Tersedianya sarana untuk 1 paket usaha peternakan terhadap PDRB
pangan dan tempat sapi
holtikultura serta
Tersedianya pangan ternak 1 Ha Persentase kenaikan produksi 20%
peternakan
peternakan
Pembinaan kelom pok 1 kel
Dokumen program 1 dok Persentase peningkatan 10%
peternakan th 2006 pendapatan rata-rata peternak
Pemeriksaan hewan qurban 12 kec

Menyetujui Kepala Dinas Peternakan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 30


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS KEHUTANAN KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA ANGGARAN
UTAMA OUTPUT OUTCOME
URAIAN TARGET URAIAN TARGE
T
1 Pengembangan Meningkatnya Tersedianya sarana 1 paket Persentase peningkatan 15%
Agribisnis engelolaan hutan pengembangan dan PAD dari usaha 5.098.490.000
ecara adil dan pemanfaatan potensi hutan kehutanan
erkelanjutan Kawasan hutan tetap terjaga 100 % Persentase peningkatan 25%
sesuai peruntukannya kontribusi usaha
kehutanan terhadap
PDRB
Luas areal reboisasi dan 1.520 Ha Luas areal rehabilitasi 1.000
penghijauan batas kawasan hutan hektar
dan usaha konservasi
Pembuatan Hutan Rakyat Kab. 200 Ha hutan
XYZ
Tersedianya peta acuan 6 paket Persentase kenaikan 10%
rehabiliatasi hutan dan lahan jumlah produksi hasil
yang akurat hutan
Peningkatan produktivitas 52 km
lahan

Menyetujui Kepala Dinas Kehutanan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005


DINAS PENDAPATAN KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA ANGGARAN
UTAMA OUTPUT OUTCOME
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Peningkatan Meningkatnya Meningkatkan Sarana dan 9 paket Persentase peningkatan 10% 6.931.000.000
penerimaan Penerimaan Prasarana Gedung Baru PAD dari pajak dan
daerah Daerah Dipenda retribusi daerah
Persentase peningkatan 20%
potensi wajib pajak dan
retribusi daerah
Tersedianya Data Subjek dan 5 desa
Objek PBB
Laporan Monitoring serta 2
Subjek dan Objek PAD dan dokumen
Penelitian Perhitungan Fiskal
Gap

Menyetujui Kepala Dinas Pendapatan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 31


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME ANGGARAN
UTAMA
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Perluasan dan Meningkatnya Jumlah tenaga kerja yang 75 orang Persentase 5%
pengembangan perluasan dan mengikuti pelatihan berkurangnya tingkat 564.722.850
kesempatan kerja produktivitas ketrampilan tenaga kerja pengangguran
tenaga kerja Jumlah Peserta Pelatihan 36 orang Jumlah peserta 36 orang
pelatihan yang 240.888.550
Data Survey dan Analisis 1 Laporan mendapat pekerjaan
Kebutuhan Hidup Minimum 364.388.600
Dokumen kesepakatan UMK 1 Dokumen
Meningkatnya Pengetahuan 1
tentang Jamsostek Perusahaan

250 Orang

Menyetujui Kepala Dinas Tenaga Kerja


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005


BADAN PENANAMAN INVESTASI KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA ANGGARAN
UTAMA OUTPUT OUTCOME
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Peningkatan Meningkatnya Jumlah Promosi Investasi 4 kali Persentase 5%
Penanaman Modal jumlah dan nilai meningkatnya jumlah 2.023.200.000
investasi investor yang
berinvestasi di Kab.
XYZ
Peserta Sosialisasi dan 35 orang Jumlah nilai investasi Rp 12
Magang Peningkatan Sarana baru tahun 2005 Milyar
Promosi
Tersedianya data investasi 1 set
untuk bahan evaluasi dan dokumen
analisa'

Menyetujui Kepala Badan Penanaman Investasi


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 32


RINCIAN SASARAN BERKEMBANGNYA PARIWISATA
DALAM MENDUKUNG PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAERAH

NO INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA UNIT UNIT


KABUPATEN PENDUKUNG PENDUKUNG
URAIAN TARGET URAIAN TARGE
T

1 Persentase naiknya 10% Persentase naiknya tingkat 10% Dinas Pariwisata


tingkat hunian hotel hunian hotel
Persentase bertambahnya 8%
kapasitas kamar hotel
Persentase bertambahnya 12%
hotel yang meningkat
kelasnya

2 Jumlah kunjungan 10.000 Jumlah kunjungan wisatawan 10.000 Dinas Pariwisata


wisatawan orang orang
Jumlah obyek wisata yang 8 lokasi
telah dikelola
Jumlah promosi, event dan 20 kali
atraksi wisata
Panjang jalan menuju lokasi 30 km Dinas Pekerjaan
wisata yang telah Umum
dibangun/ditingkatkan
Jumlah jembatan menuju 6 buah
lokasi wisata yang telah
dibangun/ditingkatkan
Persentase berkurangnya 20% Dinas
kemacetan jalan menuju Perhubungan
lokasi wisata
Persentase bertambahnya 10%
trayek kendaraan umum
menuju lokasi wisata
Jumlah pengaman jalan yang 4 buah
terpasang menuju obyek
wisata

Penyusunan Penetapan Kinerja 33


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN XYZ
INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA OUTCOME ANGGARAN
NO PROGRAM UTAMA SASARAN
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Pengembangan Meningkatnya Jumlah objek wisata yang 8 lokasi Jumlah kunjungan 10.000 orang
Pariwisata Pertumbuhan telah dikelola wisatawan 5.810.000.000
Pariwisata Rehab Rumah 5 unit Persentase peningkatan 5%
Pagodangan Dan Pagar PAD dari sektor
Istana Raja pariwisata
Jumlah promosi, event dan 20 kali Persentase naiknya 10%
atraksi wisata tingkat hunian hotel
Persentase bertambahnya 8%
kapasitas kamar hotel
Persentase hotel yang 12 %
meningkat kelasnya
Tersusunnya Buku Adat 230 buah
Istiadat Perkawinan Kab.
XYZ
Jumlah kamus bahasa 1 paket
daerah yang dimiliki
Adanya Dokumentasi 1 kegiatan
Lagu-lagu Daerah Kab.
XYZ

Menyetujui Kepala Dinas Pariwisata dan


Bupati XYZ Kebudayaan
Kabupaten XYZ

…………………………….
…………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 34


RINCIAN SASARAN
TERSEDIANYA SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI

NO INDIKATOR INDIKATOR KINERJA UNIT


KINERJA UNIT PENDUKUNG PENDUKUNG
KABUPATEN
URAIAN TARGET URAIAN TARGET

1 Berkurangnya jumlah 3 Kec. Jumlah jalan yang 20 km Dinas Pekerjaan


kecamatan yang dibangun menuju Umum
terisolasi kecamatan yang terisolasi
Bertambahnya rute 15% Dinas
angkutan umum menuju Perhubungan
kecamatan yang terisolasi
Bertambahnya kapasitas 10%
angkutan umum ke
kecamatan yang terisolasi

2 Bertambahnya 30 km Panjang jalan yang telah 30 km Dinas Pekerjaan


jaringan jalan dibangun/ditingkatkan Umum
kabupaten
Persentase meningkatnya 25%
rambu-rambu jalan yang
terpasang

3 Berkurangnya jumlah 25% Persentase 30% Dinas


kecelakaan bertambahnya sarana Perhubungan
pengaman jalan pada
daerah rawan kecelakaan
Persentase berkurangnya 20%
kendaraan yang tidak laik
jalan

Penyusunan Penetapan Kinerja 35


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN XYZ
NO PROGRAM UTAMA SASARAN INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA ANGGARAN
OUTPUT OUTCOME
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Pembangunan Sarana Meningkatnya Jumlah prasarana lalu 6 paket Persentase menurunnya 25%
dan Prasarana pembangunan dan lintas yang dibangun/ angka kecelakaan 7.600.100.000,00
Transportasi pemeliharaan ditingkatkan
sarana dan Persentase meningkatnya 25 % Persentase 15%
prasarana publik rambu jalan yang berkurangnya
termasuk terpasang kemacetan jalan
transportasi Persentase bertambahnya 30 % Persentase 20%
pengaman jalan yang berkurangnya
terpasang di daerah rawan kemacetan jalan menuju
kecelakaan obyek wisata
Jumlah pengaman jalan 4 paket
yang terpasang menuju
obyek wisata
Tingkat pelayanan 1 paket
pengujian kendaraan
Persentase berkurangnya 20 %
kendaraan yang tidak laik
jalan
Persentase bertambahnya 10 %
trayek angkutan umum
menuju obyek wisata
Persentase bertambahnya 15 %
trayek angkutan umum
menuju kecamatan yang
terisolasi
Persentase bertambahnya 10 %
kapasitas angkutan umum
ke kecamatan yang
terisolasi

Tingkat pengembangan 2 paket


fasilitas pelabuhan udara

Menyetujui Kepala Dinas Perhubungan


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 36


PENETAPAN KINERJA TAHUN 2005
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN XYZ
INDIKATOR KINERJA OUTPUT INDIKATOR KINERJA
NO PROGRAM UTAMA SASARAN ANGGARAN
OUTCOME
URAIAN TARGET URAIAN TARGET
1 Pengembangan Meningkatnya Luas Jaringan Irigasi 16293,6 Ha Persentase 20%
Pengairan pembangunan dan Terpelihara berkurangnya 7.018.100.000
pemeliharaan sarana dan Luas Pendataan 117 Ha jaringan irigasi yang
prasarana publik termasuk Genangan Air dan rusak
irigasi, transportasi dan air saluran sekunder
bersih Tingkat 838 M
penanggulangan Erosi
dan Longsor
Panjang Normalisasi 5.154 M
sungai
Tingkat 40.300 M3
penanggulangan
Banjir pada lokasi
Pembangunan

2 Pembangunan Tingkat pemeliharaan 388,8 KM Persentase 10% 63.996.700.000


Sarana dan jalan berkurangnya jalan
Prasarana yang rusak
Transportasi
Tingkat pemeliharaan 828 M Persentase 5%
jembatan berkurangnya
jembatan yang rusak
Peningkatan 56,3 KM
kondisi/struktur jalan
Peningkatan 40 KM
kondisi/struktur jalan
menuju obyek wisata
Peningkatan 14 Paket
kondisi/struktur
jembatan
Peningkatan 6 Paket
kondisi/struktur
jembatan menuju
obyek wisata
Ketersediaan jaringan 30 KM
jalan kabupaten
Ketersediaan jalan 20 KM
menuju kecamatan
yang terisolasi

Menyetujui Kepala Dinas Pekerjaan Umum


Bupati XYZ Kabupaten XYZ

……………………………. …………………………..

Penyusunan Penetapan Kinerja 37

Anda mungkin juga menyukai