JUDUL
TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM KASUS KEPAILITAN BADAN
USAHA MILIK NEGARA (BUMN) BIDANG JASA KONSTRUKSI
BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat lulus Mata Kuliah Etika Dan Aspek
Hukum Bidang Konstruksi
Dibuat oleh :
EVELYNE KEMAL
(1206260463)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
AGUSTUS
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Tnaggung Jawab Direksi dalam Kasus Kepailitan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Bidang Jasa Konstruksi Berbentuk Perseroan Terbatas.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika dan Aspek Hukum Bidang Konstruksi.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatannya.
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
yaitu kepada:
1. Ir. Yusuf Latief selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika dan
Aspek Hukum Bidang Konstruksi yang telah membantu dalam
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
2. Orang tua dan keluarga penyusun yang telah memberikan bantuan.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu penyusun dalam
menyelesaikan dan menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi
siapapun yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................ 2
1.3 RUMUSAN MASALAH.............................................................................. 2
1.4 TUJUAN PENULISAN................................................................................ 2
1.5 BATASAN MASALAH................................................................................ 2
1.6 MANFAAT PENULISAN............................................................................. 2
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
2.1 BADAN USAHA MILIK NEGARA ............................................................. 4
2.2 PERSEROAN TERBATAS............................................................................ 5
2.3 KEPAILITAN ................................................................................................ 9
2.4 DASAR HUKUM TERKAIT ...................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 26
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai satu-satunya organ dalam perseroan yang melaksanakan fungsi
pengurusan perseroan, direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Dalam hal pengurusan ini
termasuk juga di dalamnya kewajiban untuk melakukan penyelenggaraan dan
penyimpanan dokumen perusahaan yang berfungsi sebagai alat untuk
menunjukkan kepada setiap pihak yang terkait dengan perseroan mengenai
hak, kewajiban, dan harta kekayaan perseroan. Informasi tersebut diperlukan
karena pada dasarnya seluruh harta kekayaan perseroan menjadi jaminan bagi
pelunasan seluruh kewajiban perseroan terhadap pihak ketiga tersebut.
Pada prakteknya, pelunasan kewajiban perseroan sangat bergantung pada
kehendak dan itikad baik perseroan, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh
direksi perseroan. Pada kondisi di mana debitor dinyatakan pailit, maka
direksi tidak berhak dan berwenang lagi untuk mengurus harta kekayaan
perseroan. Hal ini menyebabkan perseroan tidak mungkin melaksanakan
kegiatan usahanya, menyebabkan kerugian tidak hanya bagi perseroan itu
sendiri melainkan, juga bagi kepentingan para kreditor pemegang saham
perseroan dan kepentingan para kreditor yang tidak dapat dibayar lunas dari
hasil penjualan seluruh harta kekayaan perseroan.
Sampai
saat
ini,
dikarenakan
sifat
badan
hukumnya
(yaitu
jasa konstruksi. Padahal, paling tidak sudah ada dua Persero sektor jasa
konstruksi yang pernah diajukan untuk dipailitkan, yaitu PT Istaka Karya dan
PT Hutama Karya. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan BUMN berbentuk
perseroan pun pun tidak luput dari resiko finansial akibat sistem pengelolaan
yang buruk. Dalam hal ini, direksi selaku pelaksana kepengurusan perseroan
mungkin saja dapat dimintai pertanggungjawaban yang lebih luas.
1.2 Identifikasi Masalah
Kurangnya pemahaman mengenai bentuk tanggung jawab pribadi direksi
Perseroan
menyebabkan
adanya
kecenderungan
direksi
perseroan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
usaha
yang
belum
dapat
BUMN terdiri dari Persero dan Perum. Terhadap Persero berlaku segala
ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas. Mengingat Persero pada dasarnya merupakan perseroan
terbatas, semua ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas, termasuk pula segala peraturan pelaksanaannya, berlaku
juga bagi Persero.
Saat ini, terdapat kurang lebih 140 BUMN di Indonesia dengan berbagai
sektor keahlian, dengan rincian BUMN yang bergerak di sektor konstruksi
terlampir sebagai berikut[3].
Tabel 2.1 Daftar BUMN sektor Konstruksi
No.
1
2
BUMN
Perum Perumnas
PT Adhi Karya Tbk
Sektor
Konstruksi
Konstruksi
Situs
http://perumnas.co.id
http://adhi.co.id
PT Amarta Karya
Konstruksi
http://amartakaya.co.i
d
PT Brantas Abipraya
Konstruksi
5
6
7
PT Hutama Karya
Konstruksi
PT Istaka Karya
Konstruksi
PT Nindya Karya
Konstruksi
PT Pembangunan Perumahan
Konstruksi http://pt-pp.com
Tbk
PT Waskita Karya Tbk
Konstruksi http://waskita.co.id
PT Wijaya Karya Tbk
Konstruksi http://wika.co.id
(http://bumn.go.id/halaman/situs)
8
9
10
http://brantasabipraya.com
http://hutama-karya.com
Adapun itikad baik (good faith) menurut M. Yahya Harahap (2009) adalah
meliputi aspek-aspek:
a. Wajib dipercaya (fiduciary duty) yakni selamanya dapat dipercaya dan
selamanya harus jujur;
b. Wajib melaksanakan pengurusan perseroan untuk tujuan yang wajar
dan tujuan yang layak;
c. Wajib menaati peraturan perundang-undangan;
d. Wajib loyal terhadap perseroan, tidak menggunakan dana dan aset
perseroan untuk kepentingan pribadi, wajib merahasiakan segala
informasi;
e. Wajib menghindari tejadinya benturan kepentingan pribadi dengan
kepentingan perseroan, dilarang mempergunakan harta kekayaan
perseroan,
dilarang
menggunakan
informasi
perseroan,
tidak
sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga (di luar debitor), suatu
permohonan pernyataan pailit ke pengadilan.
Persyaratan Kepailitan
Permohonan pernyataan pailit dapat dikabulkan jika persyaratan kepailitan
di bawah ini telah terpenuhi.
a. Debitor tersebut mempunyai dua atau lebih kreditor; dan
b. Debitor tersebut tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih.
Akibat Hukum Kepailitan bagi Perseroan
Kepailitan mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan
segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah
dimasukkan ke dalam harta pailit. Pembekuan hak perdata ini diberlakukan
oleh Pasal 22 Undang-undang Kepailitan terhitung sejak saat keputusan
pernyataan pailit diucapkan.
Kriteria Tanggung Jawab Direksi terhadap Kepailitan Perseroan
Kepailitan Perseroan Terbatas baik secara langsung ataupun tidak langsung
akan menimbulkan akibat hukum bagi para pengurusnya terutama bagi direksi
perseroan. Ada banyak persoalan tentang akibat hukum yang timbul dari
putusan mengenai kepailitan perseroan terbatas salah satunya adalah mengenai
sejauh mana pertanggungjawaban terhadap adanya kepailitan perseroan
terbatas, apakah badan hukum itu sendiri yang akan memikul tanggung jawab
ataukah organ perseroan dalam hal ini direksi yang akan bertanggung jawab
secara pribadi.
Adapun kriteria tanggung jawab direksi adalah sebagai berikut:
a. Tanggung jawab itu timbul jika perusahaan itu melalui prosedur
kepailitan.
b. Harus ada kesalahan atau kelalaian.
c. Tanggung jawab itu bersifat residual, artinya tanggung jawab itu
timbul jika nanti ternyata asset perusahaan yang diambil itu tidak
cukup.
d. Tanggung jawab itu secara renteng artinya walaupun hanya seorang
kreditor yang bersalah, direktur lain dianggap turut bertanggung jawab.
10
11
12
13
Andil
Indonesia,
dan
tentang
menyimpan
dan
15
16
17
BAB III
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
sebagai
badan
hukum,
yaitu
memiliki
mengenai
bentuk
sebenarnya
dari
bentuk
pertanggungjawaban
Direksi
18
konstruksi,
terlebih
dahulu
akan
dijabarkan
mengenai
hubungan
pailit tersebut (UU No.40 tahun 2007, pasal 104 ayat (2)). Namun, di dalam
penjelasan Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT), tidak ada keterangan
maupun penjelasan lebih lanjut mengenai definisi dari kesalahan atau kelalaian
Direksi, sehingga agak sulit untuk menyimpulkan seberapa jauh UUPT
mengantisipasi
mengenai
bentuk
penyimpangan
kewenangan
Direksi
Perseroan/Persero.
Meskipun pertanggungjawaban secara tanggung renteng ditekankan
beberapa kali di dalam pasal-pasal UUPT (baik dalam hal kerugian maupun
kepailitan), namun terdapat celah di mana Direksi dapat berkilah dari kewajiban
pribadinya atas kerugian/kepailitan Persero jika pihak terkait, sesuai dengan pasal
104 ayat (4) UUPT, dapat membuktikan:
a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
Namun, seperti pada kekurangan ayat-ayat sebelumnya, terjadi
ketidakpastian arti/definisi/bentuk dari kesalahan atau kelalaian Direksi dan
itikad baik dari Direksi di dalam UUPT. UUPT menyerahkan seluruhnya
penetapan pembuktian kesalahan dan kelalaian Direksi pada pengadilan niaga
(penjelasan UUPT pasal 104), sedangkan itikad baik diberikan definisi oleh M.
Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul Hukum Perseroan Terbatas yang
dilampirkan dalam Bab II: Kajian Pustaka. Berdasarkan keberadaan pasal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Direksi Persero memiliki pertanggungjawaban
secara perdata terhadap kepailitan perseroan/Persero.
Selain pertanggungajawaban secara perdata, Direksi Persero juga diatur
pertanggungjawabannnya secara pidana di dalam buku kedua KUHP Bab XXVI
pasal 398, 399, 400, 401, dan 402. Secara ringkas, bentuk pertanggungjawaban
secara pidana yang dapat diemban oleh Direksi Persero dan tindakan yang
menyebabkan sanksi tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan, bila yang
bersangkutan melakukan:
20
21
23
6.2 Saran
1. Definisi/bentuk dari kelalaian dan kesalahan oleh Direksi Persero yang
menyebabkan
terjadinya
kepailitan
pada
badan
tersebut
butuh
24
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Buku Kedua, Bab XXVI
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang UU 37 2004 Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Chandra, Fendy. Kedudukan Dan Tanggung Jawab Komisaris Independen Pada
Perseroan Terbuka Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 (Riset: PT. Central Proteinaprima Tbk.). 2010. Medan: Universitas
Sumatera Utara. < repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf>
Endryl; Kurniawarman; Tasman. Tanggung Jawab Direksi terhadap Perseroan
Pailit Akibat Kelalaian dan Kesalahannya. Nd. Lampung: Universitas
Andalas.
Erman. Tanggung Jawab Direksi dalam Perseroan Terbatas berdasarkan Prinsip
Fiduciary Relationship. Nd. Jakarta: Universitas Sahid.
Hasibuan, TR. Hukum Perseroan Terbatas. 2010. Medan: Universitas Sumatera
Utara. < repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf>
Prasetyo, M. Analisa Waste Tenaga Kerja Konstruksi pada Proyek Gedung
Bertingkat (Analysis of Waste of Construction Labour on Low Rise
Building Projects). 2010. Semarang: Universitas Diponegoro.
S., Uray Yanice Neysa. Kepailitan pada Badan Usaha Milik Negara. 2010.
Semarang: Universitas Diponegoro
Safitri, Fahriza Nurul. Kepailitan terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN):
Studi Kasus PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Istaka Karya.
2012. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sagoro, Endra Murti. Bentuk Badan Usaha. Nd. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Widjaja, Gunawan. Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan. 2004:
PT Raja Gravindo Persada.
Widjaja, Gunawan; Yani, Ahmad. Seri Hukum Bisnis: Kepailitan. 2002. Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada.
25