Oleh :
Ni Wayan Kertiasih
(NIM. 1002005012)
PEMBIMBING :
dr. Romy Windianto, Sp.A
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya maka responsi kasus yang berjudul Demam Berdarah Dengue Grade
I ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Responsi ini disusun
sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sanjiwani, Gianyar.
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada :
1. Dr. Romy Windianto, Sp.A sebagai pembimbing dan evaluator tugas ini,
2. Rekan-rekan sejawat yang bertugas di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Sanjiwani, Gianyar
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi penyusunan selanjutnya dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................
2.1. Demam Berdarah Dengue
Halaman
ii
iii
v
vi
1
2
2.1 Definisi................................................................................
2.2 Etiologi................................................................................
2.3 Patogenesis..........................................................................
2.4 Manifestasi Klinis................................................................
2.5 Pemeriksaan Penunjang.......................................................
2.6 Diagnosis............................................................................
2.7 Diagnosis Banding...............................................................
2.8 Penatalaksanaan...................................................................
2.9 Komplikasi...........................................................................
2.10 Pencegahan.........................................................................
2.11 Prognosis.............................................................................
BAB 3. LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien....................................................................
3.2 Anamnesis (Heteroanamnesis).............................................
3.3 Pemeriksaan Fisik................................................................
3.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................
3.5 Diagnosis Kerja...................................................................
3.6 Penatalaksanaan...................................................................
BAB 4. PEMBAHASAN..........................................................................
BAB 5. SIMPULAN..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
2
2
4
6
8
9
10
11
13
14
15
16
16
18
19
21
21
23
26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Tabel 2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Patogenesis
demam
dengue
............................................................................................
............................................................................................
5
Patogenesis
syok
pada
dengue
............................................................................................
............................................................................................
6
Perjalanan
penyakit
dengue
............................................................................................
............................................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Dengue (DD) merupakan salah
satu permasalahan kesehatan diwilayah beriklim tropis termasuk di Indonesia.
Penyakit ini memiliki rentangan gambaran klinis yang sangat luas, dari demam
mendadak selama 2 sampai 7 hari hingga terjadinya kegagalan sirkulasi yang
berujung kepada kematian.1,2,3,4,5
Dewasa ini, angka kejadian DD dan DBD mengalami peningkatan hingga 30
kali. Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahunnya dan sejumlah 2.5
milliar penduduk tinggal pada daerah endemis dengue. Di Indonesia, pada tahun
2007 tercatat 150.000 kasus DBD dengan 25.000 kasus terjadi di wilayah Jakarta
dan jawa timur. 3,4
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses). Virus
ini
ditransmisikan
melalui
gigitan
nyamuk
Aedes
Aegypti.
Habitat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Angka insiden infeksi dengue diperkirakan mencapai 50 juta kasusper tahun,
dengan 250.000-500.000 kasus termasuk dalam demam berdarah dengue. Insiden
kematian akibat demam dengue mencapai 24.000 pertahunnya.3
Indonesia merupakan salah satu negara endemis demam dengue. WHO
mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia tenggara
dengan 150.000 kasus pada tahun 2007 dimana 25.000 kasus terjadi di wilayah
Jakarta dan jawa timur. Sedangkan pada tahun 2009, tercatat jumlah infeksi
dengue mencapai 158.912 kasus. Angka insiden DBD di Indonesia pada tahun
2009 mencapai 69 per 100.000 penduduk dengan angka kematian mencapai
0,89%. Angka absolut kematian DBD dalam 5 tahun terakhir tetap meningkat
sejalan dengan meningkatnya angka kejadian DBD.3,4
Infeksi demam berdarah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya:
pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana & tidak
terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis,
peningkatan sarana transportasi.5
2.2 Etiologi
Demam dengue dan Demam Berdarah dengue disebakan oleh virus dengue
yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (arbovirus). Virus
Dengue ini merupakan virus single-stranded RNA dengan empat jenis serotip
yang berdeda. Keempat serotip tersebut diantaranya DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Keempat serotip ini termasuk dalam genus flavivirus family flaviviridae.
Partikel virus dengue matur berbentuk spheris dengan diameter 50nm. Virus ini
mengandung salinan tiga protein structural, membrane bilayer, dan genom single
stranded RNA. Ketiga protein structural berasal dari pembacaan genome oleh
protease host dan viral ( capsid C, the precursor of membrane prM, dan Envelope
E). Keempat serotip virus dengue dapat diasosiasikan dengan demam berdarah
dengue. Variasi dalam serotip virus dapat mempengaruhi tingkat keparahan
penyakit, diantaranya genotip asia dari DEN-2 dan DEN-3 diasosiasikan dengan
tingkat keparahan penyakit yang tinggi8
Virus dengue bereplikasi dengan menginfeksi sel manusia terutama sel
monosit, makrofag, dan sel dendritic terutama sel Langerhans. Siklus replikasi
dengue dimulai dengan masuknya virus ke dalam sel melalui mekanisme
endositosis. Di dalam sel, virus mengalami uncoating dari nucleoplasmid
sehingga melepaskan molekul RNA keluar dari virus. Molekul RNA ditranslasi
menjadi sebuah poliprotein tunggal. Poliprotein ini diproses oleh protease seluler
dan virus menjadi tiga protein structural (C, prM, dan E) dan tujuh protein non
structural( NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5). Protein non
structural bertanggung jawab dalam replikasi RNA, sementara protein C
membungkus RNA membentuk nukleoplasmid. Pada tahap akhir siklus semua
komponen virus akan dirakit dan dilepaskan keluar dari sel8
Virus dengue ditransmisikan pada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Nyamuk ini termasuk spesies tropis dan subtropics yang tersebar luas
diseluruh dunia terutama diantar bujur 35 Utara dan bujur 35 selatan. Aedes
Aegypti jarang ditemukan pada wilayah bersuhu dibawah 100C dan ketinggian
diatas 1000m permukaan laut. Jentik nyamuk Aedes biasanya ditemukan pada
penampungan air buatan manusia sementara nyamuk dewasa menghabiskan masa
hidupnya disekitar rumah penduduk. Spesies nyamuk Aedes albopictus,
Aedespolynesiensis, dan beberapa spesies lainya juga dapat menularkan virus
dengue namum merupakan vector yang kurang berperan5,6
Penyebaran virus dengue terjadi akibat interaksi antara manusia dan nyamuk
Aedes Aegypti. Gigitan nyamuk Aedes Aegypti pada manusia yang sedang
mengalami viremia menyebabkan inokulasi virus pada nyamuk. Virus kemudian
berkembang biak dalam kelenjar ludah manusia dalam waktu 8-10 hari sebelum
dapat ditularkan kembali pada manusia pada gigitan berikutnya. Virus dalam
tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya, namun kurang berperan
dalam penyebaran infeksi7
2.3 Patogenesis
Terdapat dua teori yang umum dianut mengenai patogenesis DBD dan SSD
adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau
hipotesis immune enhancement. Dalam teori secondary heterologous infection,
antibodi yang terbentuk sebagai akibat infeksi virus dengue yang sebelumnya
akan membentuk kompleks antigen-antibodi jika terdapat infeksi virus dengue
lain berikutnya. Kompleks ini kemudian akan berikatan dengan fc reseptor
membrane sel makrofag. Virus dalam makrofag dapat bereplikasi secara bebas
karena antibodi heterolog. Sedangkan teori antibody dependent enhancement
dimana terjadi suatu proses yang meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue
dalam sel mononuclear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi
sekresi
mediator
vasoaktif
yang
kemudian
menyebabkan
peningkatan
Warning Sign
Nyeri abdomen atau tenserness
Gambaran klinis akumulasi cairan
Perdarahan mukosa
Lethargy, restlessness
Laboratorium
Pembesaran hati>2 cm
Peningkatan HCT dengan penurunan
hitung platelet
Leukosit dapat normal atau menurun, pada hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative. Peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit
plasma biru(LPB) > 4% di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari
sakitketiga sampai hari ke tujuh4
Uji
Serologi
Hemaglutinasi
inhibisi
(Haemaglutination
Inhibition
Adanya
trombositopenia
yang
jelas
disertai
hemokonsentrasi
membedakan DBD dari penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah sepsis,
meningitis meningokok, idiophatic trombocytopenic purpura (ITP), leukimia, dan
anemia aplastik.11
Demam chikungunya (DC) sangat menular dan biasanya seluruh keluarga
terkena dengan gejala demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih
tinggi, hampir selalu diikuti dengan ruam makulopapular, injeksi konjungtiva dan
lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji bendung positif, petekie dan
epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.11
Pada hari-hari pertama ITP dibedakan dengan DBD dengan demam yang
cepat menghilang dan tidak dijumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase
penyembuhan jumlah trombosit pada DBD lebih cepat kembali. 11
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau anemia aplastik Pada
leukim, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis.
Pada anemia aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena infeksi
sekunder. 11
2.8 Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue bersifat suportif,
yaitu
mengatasi
kehilangan
cairan
plasma
sebagai
akibat
peningkatan
dengan
kompres
es
dan
alkohol
70%.
Paracetamol
dan diuresis cukup. Jika pada pasien ditemukan Ht tetap tinggi namun
tanpa ada tanda tanda syok maka tetesan tetap dipertahankan dan pantau
lebih ketat tanda vital setiap 3 jam. Bila pada pasien terjadi perburukan
berupa gelisah, distress pernafasan, frekuensi nadi naik, hipotensi/tekanan
nadi 20 mmHg, diuresis kuran atau tidak ada, pengisian kapiler > 2 detik
Ht tetap tinggi atau naik maka penatalaksanaan berubah sesuai dengan
DBD derajat III atau IV.12
Pada kasus DBD derajat III dan IV
Penatalaksaan pasien DBD derajat III dan IV adalah sebagai berikut:11,12
1. Pada dasarnya adalah mengatasi syok yang terjadi dengan memberikan
cairan pengganti yang adekuat dalam waktu yang cepat. Tetesan dapat
diberikan dengan dosis 20 ml/kgbb/jam, sampai 30-40 ml/kgbb/jam.
Secara praktis diberikan 1-2 liter secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam.
Bila dengan cairan ringer laktat (kristaloid) tidak memberikan respon yang
baik, maka cairan diganti dengan plasma (koloid) dengan dosis 15-20
ml/kgbb/jam. Dosis dapat dinaikkan sampai 30-40 ml/kgbb/jam. Pada
beberapa kasus mungkin perlu dilakukan pemeriksaan tekanan vena
sentral. Cairan intravena dapat dihentikan bila Ht telah turun sekitar 40 vol
%. Jumlah urin 12 ml/kgBB/jam atau lebih menandakan keadaan sirkulasi
membaik. Pada umumnya, cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam
sejak syok teratasi.
2. Monitoring vital sign yaitu tekanan darah , nadi, respirasi dan temperatur
haarus dicatat setiap 15-30 menit. Hb dan Ht tiap 4 jam sampai keadaan
klinis pasien stabil. Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan
mengenai jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk mengetahui apakah
cairan yang diberikan sudah mencukupi. Diuresis dipantau bila belum
mencukupi 2ml.kbBB/jam, sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai
kebutuhan, berikan furosemid 1 mg.kgBB. Bila diuresis tetap belum
mencukupi, pD umumnya syok belum teratasi dengan baik, maka
pemasangan central venous pressure (CVP) perlu dilakukan untuk
pedoman pemberian plasma selanjutnya.
3. Koreksi keseimbangan asam dan basa
Hematokrit stabil
Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
2.9 Komplikasi
Umumnya pasien DBD pulih dalam waktu dua minggu. Namun, pada kasus
kasus tertentu dapat kita jumpai munculnya komplikasi pada pasien DBD yaitu:13
Dengue shock syndromes (DSS)
DSS dikarakterisasikan dengan adanya tanda tanda kegagalan sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi turun ( 20 mmHg), hipotensi
(dibandingkan standar sesuai umur), akral dingin dan gelisah. Penderita seringkali
mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat
seringkali mendahului perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal
tanpa sebab yang dapat dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya perdarahan
gastrointestinal yang hebat.13
Ensefalopati Dengue
Ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.
Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat
menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. 13
Gagal Ginjal Akut
2.
ditekan.14
Pemberantasan jentik aedes aegypti
Pemberantasan jentik dapat dilakukan dengan cara, 3M di rumah yaitu:
menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali, menutup rapatrapat tempat penampungan air, dan menimbun barang-barang bekas yang
dapat menampung air. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat
penampungan air juga merupakan salah satu cara untuk memberantas nyamuk
demam berdarah dengue ini.14
2.11 Prognosis
Terapi yang cepat, tepat dan adekuat memberikan prognosis yang baik. Angka
kematian penyakit DBD masih tergolong tinggi. Perjalanan penyakit pada anakanak umumnya lebih berat dibandingkan dengan orang dewasa.5
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: IPKP
Umur
: 12 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Br. Peninjoan
Agama
Pendidikan
Tanggal pemeriksaan
: Hindu
: SD
: Senin, 12 Mei 2014
Kepala
Mata
THT
Thoraks
:
Telinga
: sekret -/Hidung
: sekret -/-, sianosis -, nafas cuping hidung Tenggorok : faring hiperemis (+), T1/ T1
Lidah
: sianosis (-)
Bibir
: sianosis (-)
Leher
: pembesaran kelenjar (-)
:simetris (+), retraksi (-)
Jantung
:
Inspeksi : Precordial bulging (-), iktus kordis tidak
tampak, pulsasi epigastrial (-)
Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS V, kuat angkat
(-), thrill (-)
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Paru-paru
:
Inspeksi : gerakan dada simetris statis dan dinamis,
retraksi (-)
Palpasi
: gerakan dada teraba simetris statis dan
dinamis, fokal fremitus normal
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+,
Aksila
Abdomen
Kulit
Genitalia
Inguinal
Ekstremitas
ronkhi -/-,
: timpani
Gran%
: 71,1 %
RBC
: 5,71 x 106uL
HGB
: 14,2 g/dL
HCT
: 39,2%
MCV
: 68,6 fL
MCH
: 24,9 pg
MCHC
: 36,3 g/dL
RDW-CV
: 16,4 %
RDW-SD
: 42,0 fL
PLT
: 166 x 103uL
MPV
: 8,6 fL
RDW
:15,8
PCT
: 0,143 %
DARAH LENGKAP (13 Mei 2014)
WBC
: 3,8 x 103uL(Leukopenia)
Lymp#
: 1,5 x 103uL
Mid#
: 0,4 x 103uL
Gran#
: 1,9 x 103uL
Lymph%
: 38,9 %
Mid%
: 11,6%
Gran%
: 49,5 %
RBC
: 5,49 x 106uL
HGB
: 13,7 g/dL
HCT
: 38 %
MCV
: 69,2 fL
MCH
: 25,0 pg
MCHC
: 36,1 g/dL
RDW-CV
: 16,2 %
RDW-SD
: 42,0 fL
PLT
: 75 x 103uL (trombositopenia)
MPV
: 9,2 fL
RDW
:15,3
PCT
: 0,069 %
DARAH LENGKAP (14 Mei 2014)
WBC
: 3,0 x 103uL(Leukopenia)
Lymp#
: 1,8 x 103uL
Mid#
: 0,6 x 103uL
Gran#
: 1,4 x 103uL (granulositopenia)
Lymph%
: 47,1 %
Mid%
: 16,8%
Gran%
: 36,1 % (granulositopenia)
RBC
: 5,4 x 106uL
HGB
: 13 g/dL
HCT
: 40 %
MCV
: 74,1 fL
MCH
: 22, pg
MCHC
: 32,5 g/dL
RDW
: 12,9 %
PLT
MPV
: 60 x 103uL (trombositopenia)
: 8 fL
MRS
IVFD RL 30 tpm
Paracetamol 4 x 500 mg @ 6 jam peroral
Ranitidin 3 x amp (12, 5 mg) @ 8 jam IV
KIE
Monitoring
- Keluhan
- Evaluasi tanda vital
- Balance cairan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anamnesis
Pasien dikeluhkan panas badan sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit (Kamis, 8 Mei 2014 pukul 11.00 WITA). Panas muncul secara
mendadak dan dirasakan diseluruh badan. Panas badan dirasakan menetap
sepanjang hari dan menghambat aktivitas pasien. Pasien kemudian dibawa ke
dokter pada sore hari harinya dengan suhu terukur 39,6C. Di dokter pasien
sempat diberikan 3 jenis obat, namun orang tua pasien tidak mengetahui jenis
obat apa yang telah diberikan. Setelah meminum obat, panas badan yang
dirsakan oleh pasien sempat turun hingga mencapai suhu normal 36C (10
Mei 1014) namun kemudian panas badan muncul kembali. Pasien memiliki
riwayat muntah 2 kali pada tanggal 10 Mei 2014 dan 11 Mei 2014 dengan isi
muntahan berupa makanan. Pasien juga dikeluhkan mengalami sakit kepala.s
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) normal seperti biasa.
Nafsu makan dan minum menurun. Keluhan mencret disangkal. Keluhan
nyeri perut kanan atas disangkal. Keluhan mimisan, gusi berdarah, buang air
besar berdarah disangkal. Keluhan menggigil disangkal. Keluhan nyeri sendi
disangkal. Keluhan kejang disangkal. Keluhan batuk dan pilek disangkal.
Ditetangga saat ini ada yang mengalami sakit demam berdarah dengue.
Berdasarkan heteroanamnesis didapatkan demam mendadak pada pasien
ini dapat merupakan salah satu manifestasi klinis dari demam berdarah
dengue ditambah dengan adanya riwayat sosial berupa tetangga yang
mengalami demam berdarah. Namun pada pasien ini tidak ditemukan adanya
manifestasi klinis perdarahan spontan berupa mimisan, buang air besar
berdarah ataupun gusi berdarah. Disamping itu keluhan yang mengarah
kearah kebocoran plasma seperti sesak nafas (efusi
kembung (ascites) juga tidak ditemukan pada pasien ini sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis agar lebih jelas. Tidak adanya nyeri nyeri pada sendi dapat
menyingkirkan salah satu diagnosis banding yaitu dari demam chikungunya.
normocephali, mata cowong -/- , , mata : konjungtiva pucat -/- , mata kuning
-/- , reflek pupil +/+ isokor, THT : telinga
napas cuping hidung (-), cyanosis (-), tenggorok : faring hiperemis (+), T1/ T1,
lidah : sianosis (-), bibir : sianosis (-), leher : pembesaran kelenjar (-), Kaku
kuduk (-), thoraks : simetris (+), retraksi (-), Jantung
regular, murmur (-), paru-paru
S1S2
tunggal,
-/-, aksila : pembesaran kelenjar (-), Abdomen : Inspeksi: distensi (-), nyeri
tekan (-), Auskultasi : bising usus (+) normal, palpasi: hepar-lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), massa (-), Perkusi
: timpani, kulit
turgor
kembali
MRS
IVFD RL 30 tpm
Paracetamol 4 x 500 mg @ 6 jam peroral
Ranitidin 3 x amp (12, 5 mg) @ 8 jam IV
KIE
Monitoring:
- Keluhan
- Evaluasi tanda vital
- Balance cairan
Pada kasus ini terapi yang diberikan telah sesuai dengan teori dimana
penanganan demam berdarah dengue adalah bersifat suportif. Pasien di MRS
kan agar dapat dipantau dengan ketat, hal ini dikarenakan pada pasien DBD
rentan mengalami syok. Pemberian cairan pada pasien ini untuk memenuhi
nutrisi dan cairan dari tubuh pasien. Pemberian ranitidin pada pasien ini
bertujuan untuk mengobati keluhan muntah yang dialami oleh pasien.
Pemberian parasetamol pada pasien ini berkaitan dengan keluhan panas badan
yang dialami oleh pasien.
BAB V
SIMPULAN
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gibbons
R,Vaugh
D.
2002.
Dengue:
an
escalating
problem.
BMJ2002;324:1563
7.
8.
Smit J, Wilscut J, Rodenhius I. 2010. Dengue virus life cycle : viral and
host factor modulating infectivity. Cell. Mol. Life Sci. (2010) 67:27732786
of
dengue
haemorrhagic
fever-dengue
shock
12.
13.
14.