Sedangkan
berbagai
macam
penampilan
bentuk
dapat
seperti
cara
dikategorikan
berpakaian,
keduanya
agar
harmonis
dan
selaras
baik
dalam
integrasi
mempunyai
makna
penyatuan,
atau
simbol-simbol
yang
didalamnya
mengandung
makna.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian Qalbiyah,
Jasadiyah, dan Maliyah ini berkaitan dengan perilaku, sikap,
arab
mal
yang
diterjemahkan
kedalam
bahasa
indonesia menjadi harta atau kekayaan. Hal ini pun juga sematamata pemberian dari Allah Sang Pencipta yang bertujuan agar
manusia dapat mengelola dan memanfaatkan semua itu untuk
kepentingan
beribadah
kepada-Nya
dan
berguna
bagi
Allah
telah
memilih
rajamu
dan
ayat-ayatNya
bertambahlah
iman
mereka
orang-orang
yang
mendirikan
shalat
dan
yang
orang-orang
yang
beriman
dengan
sebenar-
bila
ingin
memilih
seorang
pemimpin,
janganlah
hendaknya
atas
dasar
kepemilikan
sifat-sifat
dan
kehendak
Allah.
Dia
dipilih
Tuhan
karena
ada
ilmu
dihadapinya,
berkenaan
sehingga
dia
dengan
tidak
tugas
ragu-ragu
yang
sedang
menjalankan
pimpinan.
[1]Yang dimaksud dengan tubuh ialah kesehatan, bentuk tampan
yang menimbulkan simpati. Oleh sebab itu maka ulama-ulama
fiqih banyak berpendapat bahwa seseorang yang badannya
cacat (invalid) jangan di jadikan raja, kecuali cacat yang
mendengar
ayat-ayat
Al-Quran.
Thahir
ibnu
Asyur
keyakinan
pendengarnya
tentang
kebenaran
[2]Dari kutipan uraian Kamil Abda Samad dalam bukunya AlIjaz al-Ilmy fi Al-Quran yang memaparkan laporan sejumlah
peneliti setelah melakukan observasi dengan alat-alat elektronik
canggih
guna
mengukur
perubahan-perubahan
fisiologis
Kedokteran
Islam
Amerika
Utara
(IMANA)
yang
lahiriah
mereka,
yakni
disamping
keimanan
mereka
hanya
menyatakan
sebagian
dan
bukan
secara
keseluruhan.
[3]Sayyid Qutuhb menggarisbawahi bahwa apa yang dinafkahkan
sesorang sebenarnya itu hanyalah sebagian dari rezeki Allah
kemudian
hingga
saat
ini
pun
dia
masih
bercabang
menguraikan
kebesaran
memperhatikan
menguat
melalui
ayat-ayat
imannya
perhatian
kepada
Allah
Swt.
itu
maka
sehingga
Setiap
akan
mencapai
ayat-ayat
yang
mukmin
yang
bertambah
dan
fase
yakin
yaitu
hamba
memperhatikan
dengan
hubungannya
Allah.
Selanjutnya
dengan
dia
masyarakat
juga
dengan
pokok,
pertambahan
ayitu
amal
iman,
dan
kalbu,
berupa
penyerahan
hati
diri
ayng
kepada
gentar,
Allah,
bin
Hanbal,
dan
Imam
Abu
Ubaid
mengartikan
tentu
dia
akan
mengerjakan
sembahyang.
Sebab
berbuat
khilaf
walaupun
hal
tersebut
tak
yang beriman. Kemudian Allah Swt menyebutkan sifat orangorang mukmin melalui firman-Nya :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka
yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka.
Karena itu, mereka mengerjakan hal-hal yang diwajibkan-Nya.