Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
makhluk
Peran/Fungsi
budaya
Akai,
itu
Perasaan,
sendiri.
dan
Karsa
Peran dan fungsi cipta, rasa, karsa merupakan faktor dominan bagi lahirnya kebudayaan. Dengan akal/cipta
manusia senantiasa berfikir, merenung menggagas, menginterpretasikan segala macam realitas, kehidupan
yang dihadapi. Karenanya ia juga mempunyai gagasan-gagasan, angan-angan, harapan dan cita-cita dalam
hidupnya. Tak terkecuali ia juga memikirkan kebutuhan hidupnya dan tata cara untuk mewujudkannya, baik yang
berupa materi maupuan non materi, kebutuhan saat ini (didunia) maupuan saat nanti (di akhirat). Sebagai
contoh: manusia (person/individu) untuk hidup harus makan. Maka ia berfikir yang harus dimakan,: mengapa
harus makan, bagaimana caranya makan dan untuk apa ia makan. Dengan akalnya atau daya ciptanya manusia
dapat mencari jawaban tentang sesuatu yang dapat dimakan. Berikut alasan-alasannya, tata cara/prosedurnya
dan tujuannya ia makan, selain itu ia juga dapat berkembang ide-idenya, harapannya, gagasannya dan citacitanya tentang sesuatu yang dapat dimakan, alasan dan tata caranya dalam hal makan serta tujuannya dalam
soal makan. Contoh lain seperti manusia (makhluk sosial) hidup diantara manusia lainnya. Karena memiliki akal
ia berfikir bagaimana seharusnya agar dapat hidup baik dengan sesamanya. Ia meiliki harapan gagasan, citacita dan ide tentang hidup yang baik ialah saling-menghormati dan menghargai, tolong menolong dengan penuh
toleransi,
semertara
pola
hidup
yang
baik
adalah
kebutuhan
manusia
berbudaya.
Manusia sebagai makhluk budaya selain memiliki akal juga mempunyai perasaan atau hati nurani oleh sebab itu
manusia selalu dan pasti menghayati dan merasakan segala macam fenomena kehidupan seperti kesedihan,
kejujuran, kebaikan, keadilan, keindahan, tanggung jawab, ketentraman, kedamaian, cinta kasih dan sebagainya
yang menjadi realita kejiwaan atau psikologis. Berdasar perasaan atau nurani manusia memiliki cita, rasa yang
menjadi kualitas atau ide-ide dalam hidupnya. Manifestasi fenomena psikologis seperti rasa sedih, gugup, adil,
baik, indah, damai, tentram, bahagia, cinta, tanggung jawab, dan sebagainya itu; dalam realita kehidupan
manusia selain dapat diidenlifikasi malalui berbagai bentuk sikap, perilaku tindakan dan raut wajah (pancaran
cahaya)
biasanya
juga
berupa
berbagai
bentuk
ekspresi
seni
yang
beraneka
ragam
jenisnya
Contoh:
1. Penderitaan masyarakat Aceh yang diterjang tsunami pada akhir tahun 2004 lalu, medorong seseorang untuk
mengekpresikan pengalaman tersebut ke dalam bentuk puisi, musik, tarian, tealer, atau film. Tujuannya untuk
diapresiasi
oleh
masyarakat
luas
dan
untuk
mengabadikan
pengalaman
tersebut.
2. Kebahagjaan, cinta kasih dan kegalauan yang dialami oleh manusia perseorangan ataupun kolektif biasanya
lebih mudah dan segera di ekspresikan kedalam bentuk tulisan seperti sajak atau puisi sebagai memory.
Sebagai makhluk budaya manusia berbekal karsa atau kehendak. Ia mempunyai keinginan untuk melakukan
sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaanya, sehingga akan menjadi kenyataan atau konkrit. Dengan
kehendak itu manusia memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu yang baik bagi kehidupan dirinya dan
sesaranya, tentang apa yang ada didalam ciptanya dan hati nuraninya selain itu manusia juga mempunyai
kehendak akan sesuatu yang diyakiniriya. dipercayainya dalam batinnya agar dapat terealisasi dalam kehidupan
nyata. Kehendak atau karsa pada dasarnya merupakan kunci penting yang menentukkan bagi realisasi hasil
karya manusia yang disebut-sebut sebagai kebudayaan. Baik yang bertolak dari unsur cipta/akal maupun yang
bertumpu
pada
unsure
rasa.
Contoh:
1.
Tiap
orang
ingin
sukses
Kesuksesan tidak mungkin menghampiri seseorang bilamana seseorang itu tidak segera mau memulai usaha artinya harus ada kehendak untuk berusaha meskipun belum tentu segera sukses, sebab kesuksesan butuh
tekat,
semangat
yang
kuat
dan
pantang
menyerah
atau
tekun
dalam
suatu
kehendak.
2. Sesorang mempunyai ide tentang cara kerja yang efektif dan efisien. Gagasan yang baik dan brilian ini
menjadi tidak berani mana kala hanya berupa gagasan atau teori belaka, tanpa diterapkan dilapangan pekerjaan
ide baik akan benar-benar segera terbukti kebaikannya, bilamana segera ditindak lanjuti dengan kehendak untuk
melaksanakan
secara
Kebutuhan
sungguh-sungguh.
Makhluk
Budaya
pada hakekatnya manusia adalah mahluk mono plucal /majemuk tunggal terdiri dari susunan kodrat (jasmanirochani), sifat kodrat (individu sosial) serta kedudukan kodrat (pribadi mandiri-makhluk Tuhan). Susunan, sifat
dan kedudukan kodrat manusia yang terdiri dua unsur tersebut. pada hakekatnya tidak dapat dlipisah-pisahkan
dan bediri sendiri-sendiri meskipun hanya dalam pemikiran. Oleh sebab itu manusia hakekatnya adalah
monodualis/dwitunggal.
berdasarkan susunan kodratnya yang dwitunggal/monodualis, yakni terdiri dari jasmani dan rochani, maka
kebutuhan makhluk budaya pun juga mancakup aspek jasmaniah dan rochaniah. Kebutuhan jasmaniah pada
umumnya bersifat material seperti makan, minum, sandang tempat tinggal dan peralatan-peralatan lain yang
berbentuk konkrit atau kebendaan, sedangkan kebutuhan rochaniyah biasanya berupa non materi, seperti
kepuasan hati, kebahagiaan, ketentraman, kedamaian, keindahan, keadilan, kebaikan, kejujuran, tanggung
jawab,
dan
kepercayaan
/keyakinan
yang
sifatnya
spiritual
dan
religius.
Contoh:
Makhluk manusia butuh makan dan minum untuk mempertahankan hidup, tetapi juga butuh ketenangan batin,
kedamaian dalam hidupnya. Butuh kasih sayang dari orang tua dan keluarganya. Tetapi manusia juga butuh
beribadah dan berdo'a, menyerahkan diri dan mengakui keberadaan Tuhan sebagai kausa prima.
Menurut sifat Kodratnya (monodualis/dwitunggal) yakni sebagai makhluk individu dan sosial, kiranya dapat
disebutkan jika manusia makhluk budaya mempunyai kebutuhan pribadi yang secara spesifik berbeda dengan
individu lainnya. Akan tetapi sebagai makhluk sosial ia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan orang
lainnya, Bentuk kebutuhan individu dapat diindivikasi melalui pemikiran dan perasaan seseorang yang
cenderung berbeda antara personal yang satu dengan yang lain. Bahkan juga pada kehendaknya yang
senantiasa ingin menjadi yang lebih atau yang paling baik dan antara lainnya. Sementara kebutuhan sosial dapat
dipahami dan berbagai kesamaan baik di dalam pikiran dan perasaannya bahkan kehendak/Karsanya. Setiap
orang mempunyai keinginan, pikiran.dan perasaan yang sama, yaitu ingin cerdas, baik hati dan suskes.
Contoh:
1. Kebutuhan individu; setiap orang ingin pandai maka ia sekolah, setelah mengalami proses belajar
kecerdasannya
berbeda-beda
meskipun
sekolahnya
bersama-sama,
2. Kebutuhan sosial; Meski seseorang yang paling pandai sekalipun, ia tetap butuh teman berfikir, berdiskusi dan
tukar
pendapat.
Karenanya
membutuhkan
kebersamaan
atau
kesamaan
dalam
berfikir.
Selanjutnya berdasarkan hakekat kedudukan kodrat (monodualias/dwitunggal) yaitu sebagai pribadi' mandiri dan
makhluk Tuhan kebutuhan makhluk budaya mencakup kebebasan atau kemerdekaan' yang tak terbatas,
sedangkan dilain sisi membutuhkan suatu pedoman pandangan dan panutan didalam hidupnya. bagai orang
yang tidak berdaya. Kebutuhan akan suatu kebebasan/kemerdekaan pribadi dapat dimengerti melalui posisi
manusia yang inpenden, sehingga tidak mungkin dalam segala hal seseorang dapat di tentukan, diatur atau
ditetapkan oleh orang lain dengan seenaknya sendiri. Bahkan mungkin juga oleh Tuhan sekalipun tatkala
manusia masih hidup berada dialam bebas/dunia ini. Sedangkan kebutuhan akan sesuatu pedoman
hidup/pandangan hidup atau prinsip hidup tercermin dari perjalanan hidup manusia yang terus mencari dan
sesuatu yang dipercaya baik, benar, adil, tidak sesat dan mengakibatkan dosa agar kelak dapat terhindar dari
siksaan dan hukuman Tuhan di neraka. Manusia baik tidak berdaya dihadapan Sang Pencipta .
Contoh:
1. Sebagai pribadi yang bebas/mandiri, siapa saja orangnya dapat mengatakan tidak tehu tentang sesuatu yang
sesungguhnya diketahui. Sebaliknya juga bias mengucap 'tahu akan sesuatu yang sebenarnya tidak dia ketahui
independen
betul
manusia
itu.
2. Seseorang makan diwarung, setelah selesai harus membayar sebanyak Rp 7.500,- ia bayar dengan uang Rp
10.000;- oleh si penjual diberi uang pengembalian sebanyak Rp 5.500,- sedangkan haknya adalah sebanyak Rp
2.500,- yang bukan haknya tersebut apakah dikembalikan kepada si penjual makanan atau tidak sangat
tergantung
kepada
dirinya
sendiri
3. Segala macam sikap dan tindakan yang telah dipilih seseorang atas dasar kebebasan/kemerdekaan pribadi,
kelak
harus
dipertanggung
jawabkan
kepada
Tuhan.
4. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tidak ada pilihan lain kecuali patuh dan taat kepada hukum-hukum
penciptaan
yang
telah
ditetapkan
oleh
Sang
pencipta
itu
sendiri.
Disamping kebutuhan seperti yang telah disebutkan tadi manusia sebagai makhluk budaya juga mempunyai
kebutuhan biologis. Kebutuhan ini pada dasarnya bersifat alamiah, dan umumnya sering disebut kebutuhan
seksual. Secara naluriah/alamiah manusia mempunyai kebutuhan akan kelangsungan dan kelestarian sejarah
hidupnya. Bahkan secara alamiah pula manusia memiliki hasrat untuk miengembangbiakan keturunannya
melalui hubungan seksual. Maka reproduksi adalah pilar untuk mempertahankan kesinambungan sejarah
manusia, dan hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis manusia yang bersifat alamiah dan naluriah.
Contoh:
Perkawinan, persetubuhan manusia dengan lawan jenisnya akan mengakibatkan gillrannya akan melahirkan
anak manusia sebagai generasi selanjutnya.
1. Prof. Dr. Ph. Tobing, berpendapat kebudayaan ialah hasil usaha manusia sedapat mungkin mengolah, atau
mengjkuti kosmos dan tata tertibnya, termasuk memperoleh penghidupan yang lebih harmonis dan. lebih tinggi
baik di lapangan kerokhahiah maupun dilapangan kebendaan (Driankara, Tentang Kebudayaan; 42).
2. Dr. Muh Hatta, mengatakan kebudayaan adalah 'hasil buah perbuatan manusia yang merombak dan
membentuk alam sebagaimana adanya itu menjadi penghidupan yang lebih tiinggi: (.....) manusia yang masih
biadab takhluk semata-mata kepada alam, ia adalah bagian dari nature. Manusia yang adab(beradab)
merombak alam, dia adalah pembangun kultur (.....) kebudayaan atau kultur pada hakekatnya adalah
penjelmaan dari Cita yang menimbulkan (scheppendidee) dan kerja yang menimbulkan (scheppendiarbeid).
(.......) Barang-barang kultur dipupuk supaya subur tumbuhannya untuk memberikan hidup yang lebih mulia
kepada
manusia
(Drankara,
Tentang
Kebudayaan.43)
Kebudayaan adalah keseluruhan pemikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak bersumber dari
naluri/insting tetapi berdasarkan pengalaman / proses belajar.