Contoh Surat Nota Keberatan
Contoh Surat Nota Keberatan
benar ketentuan hukum yang telah ada dan berlaku sah itu dijalankan sesuai dengan yang
diharuskan.
Setelah mempelajari dengan saksama Surat Dakwaan serta meneliti dengan cermat berkas
perkara atas nama Terdakwa VALENTINUS ALLA, kami Tim Penasihat Hukum berpendapat
terdapat cukup alasan untuk menyampaikan Keberatan atau Eksepsi atas dakwaan yang telah
dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum pada sidang yang lalu sebagaimana akan kami uraikan
dibawah ini.
1.
II. TENTANG KEBERATAN (EKSEPSI) DAN SURAT DAKWAAN
Majelis Hakim yang Terhormat,
Penuntut Umum yang kami Homati,
Sidang Pengadilan Yang Kami Muliakan.
Bahwa Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan pada hakekatnya bukanlah merupakan
suatu perlawanan terhadap Jaksa Penuntut Umum, atau perlawanan terhadap Dakwaan Negara,
akan tetapi tiada lain bahwa eksepsiadalah merupakan instrumen yuridis untuk menjaga dan
mempertahankan harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan yaitu agar dalam surat dakwaan
tidak terdapat suatu masalah yang dapat menghambat proses dalam mempertahankan harkat dan
martabat manusia itu.
Bahwa kewajiban bagi aparat penegak hukum, untuk menjunjung tinggi dan memberikan
penghargaan terhadap harkat dan manusia dan kemanusiaan, karena hal itu adalah merupakan
salah satu perwujudan dari iman dan keimanan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
eksepsi ini diajukan
Bahwa sebelum Penasehat Hukum menyampaikan eksepsi terhadap Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum dalam perkara ini terlebih dahulu menyampaikan Opening Statement tentang
dasar kepemilikan dan penguasaan tanah oleh Terdakwa Valentinus Alla.
Semoga Majelis Hakim yang terhormat memperoleh gambaran yang lengkap, jelas, serta
memudahkan Majelis Hakim memberikan putusan dalam perkara ini terhadap terdakwa
Valentinus Alla
DASAR HUKUM KEPEMILIKAN TANAH
Kronologis tanah milik Valentinus Alla dan dasar-dasarnya adalah sebagai berikut :
1.
Bahwa pada tahun 1989, Valentinus Alla membeli sebidang tanah seluas 163 M dari
Cristian Salu Kombong. Jual beli ini dibuktikan dengan kwitansi tertanggal 17 Juli 1989
yang kemudian diperkuat dengan putusan Pengadilan Negeri Ujung Pandang No
15/PDT.G/1990/PN.UJ.Pdg. jo Putusan Pengadilan Tinggi Ujung Pandang No.
253/PDT/1991/PT.UJ.PDG. jo Putusan Mahkamah Agung No. 1621 K/Pdt.1992.
2.
Bahwa dalam Pengadilan Negeri Ujung Pandang No.15/PDT.G/1990/PN.UJ.Pdg. jo
Putusan Pengadilan Tinggi Ujung Pandang No.253/PDT/1991/PT.UJ.PDG. jo Putusan
Mahkamah Agung No.1621 K/Pdt.1992 tersebut, menyebutkan dan menegaskan yang
beberapa diantaranya :
Bahwa dalam pertimbangan, Majelis Hakim menyebutkan terbukti bahwa tanah objek
sengketa yang terletak di Jalan Racing Centre No. 46 RT I, RW II desa Panaikang, Kecamatan
Panakukang, sebelah barat dengan panjang 6 Meter, sebelah timur 7 dengan panjang 25 Meter.
Terletak di samping lapangan tenis PLN Proyek Bakaru yang merupakan sebagian dari tanah hak
milik Sertifikat No 653 GS No. 639/1981 atas nama Cristian Salu Kombong.
Adapun batas-batas tanah miliki Valentius Alla adalah sebagai berikut
Sebelah utara
: Tanah pekarangan milik Zainuddin (Daeng Zanud)
Sebelah timur
: Lorong Jalanan
Semua unsur delik yang dirumuskan dalam pasal pidana yang didakwakan harus cermat
disebut satu per satu.
Menyebut dengan cermat, lengkap, dan jelas segala hal meliputi deskripsi dan cara
tindak pidana yang dilakukan. Penguraian ini harus logis, masuk akal dan tidak saling
berbenturan.
Pada perkara a quo, Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa terdakwa VALENTINUS ALLA atas
perbutan terdakwa yang telah membangun pagar sepanjang 3 (tiga) meter dan lebar 1 (satu)
meter, dimana menurut Jaksa Penuntut Umum, pagar tersebut telah masuk ke dalam tanah milik
saksi korban Ir. Yunus Sakira.
Bahwa pagar tersebut telah dibangun oleh VALENTINUS ALLA pada tahun 1990. Dengan kata
lain pagar tersebut telah ada sejak tahun 1990. Ini berarti bahwa menurut Pasal 78 ayat (2) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, perkara a qou telah masuk kualifikasi daluarsa. Pasal 78 ayat
(2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berbunyi :
kewenangan menuntut pidana hapus karena daluarsa : mengenai kejahatan yang diancam
dengan pidana denda, pidana kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun sesudah enam
tahun
Pasal 167 ayat (1) yang didakwakan kepada terdakwa adalah tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan. Sebagaimana dalam Pasal 167 ayat (1)
disebutkan :
diancam dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
Penting untuk dipahami bahwa tindak pidana (delik) sebagaimana yang diatur oleh pasal 167
ayat (1) KUHP adalah termasuk kualifikasi delik formil yaitu delik yang telah dianggap
terpenuhi apabila telah dilakukan perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang. Jadi adanya
fakta perbutan dari VALENTINUS ALLA yang telah membangun pagar sepanjang 3 (tiga) meter
dan lebar 1 (satu) meter pada tahun 1990 menunjukkan tindak pidana penyerobotan sebagaimana
diatur dalam pasal 167 ayat (1) KUHP yang dituduhkan kepada terdakwa VALENTINUS ALLA
telah terwujud sejak pada tahun 1990.
Sementara itu proses penyelidikan dan penyidikan perkara a qou baru dimulai pada tahun 2010.
Jadi terhitung sejak tahun 1990 hingga tahun 2010 telah ada jarak waktu selama 20 (dua puluh)
tahun. Hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa perkara a qou telah masuk kategori daluarsa,
karena telah jauh melampai batas waktu yang telah digariskan oleh Pasal 78 ayat (2) KUHP yaitu
paling lama 6 (enam) tahun.
Hoge Raad (HR) dalam putusannya tanggal 3 Februari 1936 (dalam R. Soenarto Soerodibroto,
2007 : 69) disebutkan :
wewenang menuntut pidana, adalah wewenang negara untuk bertindak terhadap pelaku
secara pidana, tanpa peduli alat negara manakah yang melakukannya. Begitu suatu tenggang
waktu menurut undang-undang berlaku, maka kadaluarsa menggugurkan wewenang untuk
bertindak terhadap pelaku, baik tenggang waktu itu berlaku sebelum perkara dimulai maupun
selama berlangsungnya tenggang waktu kadaluarsa berada dalam stadium, bahwa alat penuntut
tidak dapat melakukan penuntutan.
M. Yahya Harahap (2007 : 125) menjelaskan bahwa apabila Hakim dalam persidangan
menemukan faktor daluarsa (exceptio in tempores) dalam perkara yang diperiksa maka hakim
harus menjadikannya sebagai dasar putusan dengan amar : MENYATAKAN KEWENANGAN
MENUNTUT HAPUS ATAU GUGUR
1.
IV. PENGADILAN PIDANA TIDAK BERWENANG MENGADILI PERKARA A
QUO
Majelis Hakim yang Terhormat,
Penuntut Umum yang kami Homati,
Sidang Pengadilan Yang Kami Muliakan
Bahwa Opening Statement sebagaimana yang telah diuraikan di diatas oleh Penasehat Hukum
juga menjadi penjelasan utama pada poin ini.
Bahwa perkara a quo berawal dari adanya jual beli tanah antara Cristian Salu Kombong selaku
penjual dengan terdakwa Valentinus Alla selaku pembeli pada tahun 1989. Selanjutnya setelah
terjadinya jual beli, masih pada tahun 1989, terdakwa Valentinus Alla membangun pagar tembok
di atas tanah yang ia beli dari Christian Salu Kombo tersebut dengan tujuan sebagai penanda
batas-batas tanahnya.
Bahwa pada tahun 1991, Christian Salu Kombo memperkarakan Valentinus Alla secara perdata
terkait keabsahan jual beli tanah tersebut beserta pelunasanannya. Baik oleh Pengadilan Negeri
Ujung Pandang (sekarang PN Makassar) Pengadilan Tinggi Ujung Pandang (sekarang PT
Makassar) maupun Mahkamah Agung, telah memenangkan Valentinus Alla. Pada putusan ketiga
tingkatan Pengadilan tersebut menegaskan bahwa Jual beli antara Cristian Salu Kombong
dengan Valentinus Alla adalah sah dan Valentinus Alla berhak atas tanah dari jual beli tersebut
Pada tahun 1999, terdakwa Valentinus Alla telah meng-sertifikatkan tanahnya tersebut dengan
Sertifikat Hak Milik no 20057/karampuan, surat ukur 00031 tanggal 23 April 1999, luas tanah
163 M2. atas nama VALENTINUS ALLA. Namun belakangan (masih disekitaran tahun 1999) Ir.
Yunus Sarira membeli sisa tanah Cristian Salu Kombong (yang berbatasan dengan tanah
Valentinus Alla).
Penting untuk diketahui bahwa tanah Valentinus Alla dan tanah Ir. Yunus Sarira dulunya adalah
merupakah satu kesatuan/berinduk dari tanah milik Cristian Salu Kombong. Tanah milik Cristian
Salu Kombong kemudian dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian yang dijual kepada
terdakwa Valentinus Alla dan bagian yang sekarang telah dibeli oleh Ir.Yunus Sarira.
Adapun Ir. Yunus Sarira membeli tanah dari Cristian Salu Kombong nanti pada tahun 1999
melalui ahli waris Cristian Salu Kombong yang bernama Maria Rurukl (istri Cristian Salu
Kombong). Jadi jauh sebelum Ir. Yunus Sarira membeli sisa tanah Cristian Salu Kombong, telah
ada bangunan pagar tembok milik Valentinus Alla yang menjadi pembatas tanahnya.
Yang sekarang menjadi dasar lahirnya perkara a qou adalah adanya bangunan pagar tambok yang
menjadi pembatas antara tanah milik terdakwa Valentinus Alla dengan tanah milik Ir. Yunus
Sarira (saksi korban dalam perkara a qou). Sementara sampai sekarang belum ada kejelasan
mengenai batas-batas tanah, baik batas-batas tanah milik Valentinus Alla maupun batas-batas
tanah milik Ir. Yunus Sarira.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta sebagaimana diuraikan diatas terdapat suatu prejudicial
gesschill (persengketaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu) karena dalam hal ini baik
terdakwa maupun korban sama-sama mempunyai alas hak (rechstitle) atas tanah yang dimaksud
penuntut umum dalam dakawaannya. Sehingga untuk menentukan siapakah dari terdakawa dan
korban yang melakukan perbuatan melawan hukum harus diputuskan terlebih dahulu
kepemilikan tanah tersebut dalam persidangan perkara perdata. Bahwa hal ini seharusnya
menjadi perhatian penuntut umum dalam menentukan dapat tidaknya perkara a quo diteruskan
ke proses penuntutan
Apa yang terjadi antara terdakwa Valentinus Alla dengan Ir. Yunus Sarira terkait adanya
bangunan pagar tembok yang menjadi pembatas antara tanah Valentinus Alla dengan Ir. Yunus
Sarira adalah murni sengketa penentuan batas yang dalam hal ini ADALAH MURNI
SENGKETA PERDATA yang seharusnya diadili oleh Hakim Pengadilan Perdata.
1.
V. KESIMPULAN
Majelis Hakim yang Terhormat,
Penuntut Umum yang kami Homati,
Muhajir, S.H.