Anda di halaman 1dari 9

Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader

BAB 1
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya merupakan refleksi dari keberhasilan kepala
sekolah sebagai pimpinan sekolah. Sebagai kekuatan sentral yang menjadi penggerak kehidupan
sekolah, kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsinya demi keberhasilan sekolah serta
memiliki kepedulian kepada para guru, staf dan peserta didik. Wahyusumidjo (2007:81) menjelaskan
bahwa kepala sekolah yang berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi
yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seseorang
yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.
Salah satu variabel penting yang harus dimiliki seorang kepala sekolah dalam menjalankan roda
kepemimpinannya adalah kemampuan sebagaileader (pemimpin). Sebagai leader kepala sekolah
harus mampu memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada di sekolah terkait dengan
berbagai program pembelajaran, proses evaluasi, pengembangan kurikulum, pengelolaan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pelayanan terhadap peserta didik, hubungan dengan masyarakat,
sampai pada penciptaan iklim sekolah yang kondusif.
Kemampuan kepala sekolah sebagai leader akan semakin diuji oleh pola pikir dan tatanan hidup
manusia yang berubah drastis dengan adanya globalisasi. Globalisasi telah mengubah cara hidup
manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga negara. Tidak ada
seorang pun yang dapat menghindari diri dari arus globalisasi. Kunandar (2007:37) memaparkan
bahwa setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni dia menempatkan dirinya dan berperan
sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya
arus globalisasi.
Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya,
baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini tugas kepala sekolah sebagai pemimpin dalam dunia
pendidikan akan semakin berat dari hari ke hari, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kepala sekolah dituntut untuk mampu memberdayakan semua potensi dan sumber
daya yang ada di sekolah agar dapat mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan kepala sekolah
sebagai leader, yang mampu memengaruhi orang lain untuk bertindak seperti yang diharapkan,
maka sekolah akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap
menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri. Sekarang dan ke depan
sekolah harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan

maupun secara sikap mental. Kepala sekolah diharapkan mampu melakukan perannya dengan lebih
optimal lagi.
B.

Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka maka ruang lingkup penulisan karya ilmiah
ini adalah bagaimana peran kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) menghadapi tantangan
globalisasi dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
C.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah :


1.

Untuk meningkatkan upaya kepala sekolah dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas.

2.

Untuk meningkatkan pemahaman kepala sekolah terhadap tantangan globalisasi yang


semakin deras.

3.

Untuk memotivasi kepala sekolah agar menjadi pemimpin yang selalu memiliki kamampuan
menyesuaikan diri terhadap stuasi dan kondisi yang selalu berubah.
Manfaat karya tulis ilmiah ini adalah :

1.

Sebagai bahan masukan bagi penulis untuk menambah wawasan berpikir mengenai
kepemimpinan dan tantangan globalisasi.

2.

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang untuk menciptakan
kepala sekolah yang siap menghadapi tantangan globalisasi melalui kegiatan-kegiatan pelatihan,
pemagangan, studi banding, dan pemenuhan sumber bacaan tentang dunia pendidikan yang
lengkap.
D. Kajian Teori
a.

Kepemimpinan dan Keberhasilan Kepala Sekolah

Ada tiga hal penting dari kepemimpinan: (1) kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau
pengikut dan kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, (2) kepemimpinan
menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota
kelompok, karena para pemimpinlah yang mempunyai wewenang untuk mengarahkan kegiatan para
kelompok, tetapi kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan para pemimpin secara langsung, (3)
pemimpin tidak hanya memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat
memengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Seperti yang dipaparkan Robbins
(2007:432) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi kelompok menuju
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
Sementara itu, Usman (2008:275) mengatakan kepemimpinan ialah ilmu dan seni memengaruhi
orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan dalam mencapai tujuan secara efektif

dan efisien. Lebih lanjut, Usman menguraikan kepemimpinan sebagai seperangkat sifat-sifat (traits)
yang esensi kepemimpinannya, efektif atau tidak efektif tergantung sifat-sifat yang dimiliki pemimpin
sejak lahir. Sedangkan perspektif perilaku terfokus pada perilaku pemimpin yang dapat diamati.
Gaya bersikap dan bertindak tampak dari cara melakukan sesuatu, seperti: cara memerintah, cara
mengambil keputusan, cara memotivasi, cara berkomunikasi, cara berkoordinasi, dan sebagainya.
Keberhasilan seorang kepala sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti yang dipaparkan
oleh Wahjosumidjo (2007:106-107) : (1) kemampuan kepala sekolah memberi perlakuan sama
terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya
dapat diciptakan semangat kebersamaan, (2) selalu memberi sugesti atau saran sehingga dapat
memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam
melaksanakan tugas masing-masing, (3) bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan
dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu,
bahkan suasana yang mendukung, (4) mampu menumbuhkan dan menggerakkan semangat para
guru, staf, dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya kemampuan kepala sekolah seperti yang tertera di atas, maka akan muncul sekolah
yang unggul, yang memiliki beberapa ciri, seperti : (1) memiliki kepala sekolah yang dinamis dan
komunikatif dengan visi misi menuju pendidikan yang unggul, (2) memiliki guru-guru yang kompeten
dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya secara
inovatif, (3) memiliki siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan
perilaku pembelajaran, (5) serta adanya dukungan masyarakat dan orang tua yang sangat besar
dalam menunjang pendidikan.
b.

Tantangan Globalisasi

Menurut http//.www.wikipedia org, globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi sebagai
suatu proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi dapat diartikan juga sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini
masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya, namun menjadi semakin tergantung
satu sama lain. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Dengan adanya arus globalisasi yang melanda dunia saat ini, maka banyak tantangan yang harus
disikapi kepala sekolah dengan tetap mengedepankan profesionalismenya dalam memimpin.
Beberapa tantangan globalisasi tersebut, seperti: (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang begitu cepat dan mendasar, (2) krisis moral yang sering melanda peserta didik, (3)
krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam
lingkungan kehidupan peserta didik, (4) krisis identitas yang muncul pada peserta didik, yang
kadang merasa malu menjadi warga negara Indonesia, (5) adanya lintas budaya, baik tingkat
ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Keberhasilan Kepala Sekolah sebagai Leader (Pemimpin)

Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam
memimpin sekolahnya dapat dilihat dari produk yang dihasilkan oleh proses transformasi
kepemimpinannya, seperti : (1) penampilan para guru dan peserta didik, (2) tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah, (3) pertumbuhan prestasi sekolah, (4) muncul kepuasan terhadap
kepemimpinan kepala sekolah, (5) muncul tanggung jawab terhadap tujuan sekolah, (6) muncul
dukungan dari para guru dan pegawai terhadap kedudukan dan jabatan kepala sekolah.
Kemampuan kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) merupakan salah satu kunci
keberhasilannya dalam meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan
sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah. Dalam kehidupan sehari hari kepala
sekolah akan dihadapkan kepada sikap para guru, staf dan peserta didik yang mempunyai latar
belakang kehidupan, kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil
terjadi konflik antarindividu bahkan antarkelompok. Dalam menghadapi hal semacam ini kepala
sekolah harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianakemaskan.
Dengan kata lain sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama
terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya
dapat diciptakan semangat kebersamaan diantara mereka.
Indikator kepemimpinan lainnya adalah kemampuan kepala sekolah memberi sugesti/saran yang
sangat diperlukan oleh para guru, staf dan peserta didik. Sehingga dengan saran/sugesti tersebut
mereka selalu memelihara bahkan meningkatkan semangat bekerja, rela berkorban, serta rasa
kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan
akan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah, dimana dan

dalam kesempatan apa pun. Oleh sebab itu, penampilan seorang kepala sekolah harus selalu dijaga
integritasnya, selalu terpercaya, dihormati baik perkataan maupun perilakunya.
B.

Sikap Kepala Sekolah sebagai Leader (Pemimpin) dalam Menghadapi Tantangan

Globalisasi
Kemampuan kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) akan semakin diuji keberhasilannya dengan
munculnya perubahan pola pikir dan tatanan kehidupan manusia akibat adanya arus globalisasi.
Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan
sebagai warga negara. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari diri dari arus globalisasi.
Kepala sekolah akan menghadapi dua pilihan, yaitu menempatkan organisasi sekolah dan berperan
sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi atau akan membawa organisasi sekolah sebagai
korban dan terseret derasnya arus globalisasi.
Keputusan kepala sekolah untuk mengambil pilihan pertama merupakan keputusan yang sangat
bijaksana demi meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan cara mengikuti perkembangan
arus globalisasi. Namun, kepala sekolah harus terlebih dahulu mempersiapkan diri dan mental
dalam menerima inovasi-inovasi baru yang muncul dalam dunia pendidikan agar dapat
menyesuaikan diri dalam proses kepemimpinan dan aspek lainnya di sekolah. Kepala sekolah harus
memiliki wawasan serta pemahaman yang luas dalam memilih dan menerapkan nilai-nilai positif
yang dibawa oleh arus globalisasi. Nilai-nilai tersebut untuk selanjutnya ditransformasikan kepada
para guru, staf dan peserta didik. Dengan keahlian kepala sekolah memimpin dan membawa
organisasi sekolah mengikuti perkembangan globalisasi ini maka akan dihasilkan peserta didik yang
berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral serta spiritual.
Akhirnya, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya.
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi kepala sekolah dengan tetap mengedepankan
mutu pendidikan di sekolahnya adalah sebagai berikut :
1.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.

Dengan kondisi ini kepala sekolah harus dapat menyesuaikan diri dengan responsif, arif, dan
bijaksana. Responsif artinya kepala sekolah harus dapat memberdayakan dan memotivasi para guru
untuk menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan,
seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Disamping itu, kepala sekolah diharapkan
juga melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Bagi guru yang mengajar di kelas diharapkan dapat menggunakan media laptop dan internet
sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan efektif dan interaktif, sehingga akan
tercipta kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan. Hal menarik lainnya dari penggunaan
media laptop ini adalah terbantunya tugas guru piket. Jika ada guru yang berhalangan masuk ke

dalam kelas, maka guru piket dapat memberikan materi pembelajaran dengan cara menayangkan
materi pembelajaran (disesuaikan dengan mata pelajaran dari guru yang berhalangan masuk ke
dalam kelas) melalui media laptop dan infocus. Peserta didik dapat belajar sendiri melalui
pengamatannya terhadap materi yang ditayangkan dan buku pegangan mereka. Tugas guru piket
hanyalah sebagai fasilitator dan materi pembelajaran tidak tertinggal. Tanpa penguasaan iptek yang
baik, maka guru akan tertinggal dan menjadi korban serta menjadi guru yang ketinggalan zaman.
2.

Krisis moral yang melanda peserta didik.

Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini tergeser seiring
dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik cetak maupun elektronik yang
menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan peserta didik tergoda dengan kehidupan yang
menjurus pada pergaulan bebas dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya menjadi korban dari
globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan, kesenangan belaka (hedonisme) dan
budaya instant. Arus globalisasi, terutama yang bersifat negatif, bila tidak disikapi dengan hati-hati
akan menghancurkan peserta didik dengan perilaku-perilaku yang menyimpang. Peran kepala
sekolah untuk mengingatkan guru sangat dibutuhkan agar guru selalu mengawasi/menjaga
peserta didik untuk tetap menganut nilai-nilai positif yang ada dalam kehidupan masyarakat, nilainilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas. Ada baiknya kepala sekolah menyediakan
film-film atau buku-buku yang memiliki muatan moral yang baik, yang dapat memotivasi peserta
didik agar dapat menciptakan ide-ide kreatif dan menyalurkan aspirasi positif yang ada dalam diri
peserta didik tersebut. Film-film dokumenter sejarah, agama, psikologi, ataupun tayangan National
Geography yang banyak bercerita tentang ilmu pengetahuan. Sehingga diharapkan peserta didik
memiliki kesibukan pola pikir yang lain selain berpikir untuk bergaya hidup bebas, hedonisme dan
menerapkan budaya instan tadi. Kerja sama yang erat sangat diharapkan antara kepala sekolah dan
para guru serta staf untuk selalu mengawasi semua kegiatan peserta didik agar terhindar dari
badai krisis moral.
3.

Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang

terjadi dalam lingkungan kehidupan peserta didik.


Akibat perkembangan industri dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada
dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industri
dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban
ganasnya industrialisasi dan kapitalisme. Ini merupakan tantangan bagi kepala sekolah untuk
merespon realitas ini. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang formal dan sudah mendapat
kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam
kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial
(kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan) bukan menjadi bagian bahkan penyebab

dari masalah sosial tersebut. Kepala sekolah harus mampu membuat kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler bagi peserta didik, seperti : olah raga, seni budaya, pramuka, KIR (Kegiatan Ilmiah
Remaja), PMR, Pelatihan Kepemimpinan bagi Remaja, Koperasi Siswa, dll. Melalui aktivitas yang
demikian padat diharapkan peserta didik dapat terhindar dari bahaya kriminalitas dan kekerasan.
Alangkah lebih baik lagi jika mata pelajaran Muatan Lokal di sekolah benar-benar disesuaikan
dengan kondisi alam yang ada di sekitar sekolah. Sehingga dapat menambah keterampilan peserta
didik yang nantinya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan mereka selanjutnya, misalnya : Elektronika,
Pertanian, Peternakan, Pertukangan, Tata Boga, Tata Busana, dll.
4.

Krisis identitas yang muncul pada peserta didik, yang kadang merasa malu menjadi
warga negara Indonesia.

Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa-bangsa di dunia, dibutuhkan identitas kebangsaan
(nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk
tetap eksisnya bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara akan
mendorong jiwa yang rela berkorban sehingga akan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara.
Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan peserta didik. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti kurang apresiasinya peserta didik pada kebudayaan
asli bangsa Indonesia, pola dan gaya hidup yang lebih kebarat-baratan, dan beberapa indikator
lainnya. Melihat realitas di atas kepala sekolah harus dapat memberdayakan guru untuk bersama
sama berperan sebagai penjaga nilai-nilai, termasuk nilai nasionalisme. Nilai nasionalisme ini harus
dapat memberikan kesadaran kepada peserta didik akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepala sekolah dapat melakukan lomba-lomba seni budaya,
dimana peserta didik menampilkan kreasi tari, lagu, maupun pakaian daerah yang ada di Indonesia.
Lomba tersebut dapat dilakukan di setiap akhir semester, saat mengisi waktu setelah ujian semester
selesai. Kepala sekolah dapat menunjuk guru yang memiliki keahlian dan keterampilan di bidang
seni budaya ini. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan peserta didik dapat lebih mengenal
budaya yang ada di nusantara sehingga akan muncul rasa cinta dan bangga dalam hati mereka.
Seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang.
5.

Adanya lintas budaya bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.

Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya
manusia. Dibutuhkan SDM yang handal dan unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM
yang digambarkan seperti di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan sosok kepala sekolah yang mampu
menciptakan guru-guru yang visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi sehingga mampu
membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengahtengah masyarakat yang sedang dan terus berubah. Tugas kepala sekolah untuk selalu

mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru di sekolah atau mengikutsertakan guru dalam kegiatankegiatan yang dapat menambah wawasan guru di Depdikbud atau di luar lingkungan Depdikbud.
Pelatihan merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk meningkatkan kompetensi
seseorang.

BAB III
PENUTUP
A.
1.

Kesimpulan dan Saran


Kemampuan kepala sekolah sebagai leader (pemimpin) merupakan salah satu kunci

keberhasilannya dalam meningkatkan mutu sekolah. Sebagai leader kepala sekolah harus mampu
memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada di sekolah.
2.

Dalam menghadapi tantangan globalisasi maka kepala sekolah harus memotivasi guru agar
menguasai iptek yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan
menggunakan multimedia.

3.

Peran kepala sekolah bersama para guru sangat dibutuhkan untuk tetap mengingatkan
peserta didik akan nilai-nilai positif yang ada dalam kehidupan masyarakat, nilai-nilai tradisional
yang sangat menjunjung tinggi moralitas.

4.

Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial (kriminalitas, kekerasan,
pengangguran, dan kemiskinan) bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial
tersebut.

5.

Kepala sekolah bersama dengan para guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai
nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada peserta didik akan pentingnya jiwa
nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

6.

Kepala sekolah harus mampu menciptakan guru-guru yang visioner, kompeten, dan
berdedikasi tinggi sehingga dapat membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang
diperlukan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.
B.

1.

Saran
Dalam proses rekrutmen kepala sekolah diharapkan pihak yang berkompeten yaitu Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Deli Serdang dapat menempatkan sosok kepala

sekolah yang memiliki kualitas kepemimpinan dengan tiga penguasaan dasar, yaitu conceptual
skills, human skills dan technical skills.
2.

Dalam proses rekrutmen kepala sekolah diharapkan agar rekomendasi untuk menjadi calon
kepala sekolah, selain dari kepala sekolah dan pengawas sekolah, didapatkan juga rekomendasi
dari guru sebagai teman sejawat calon kepala sekolah. Selain itu, tidak ada salahnya diperoleh
rekomendasi dari peserta didik.

3.

Bagi kepala sekolah yang sedang melaksanakan tugas, sangat diharapkan untuk terus
meningkatkan kompetensi diri baik dalam peningkatan kemampuan profesional, pembinaan
pengajaran, maupun wawasan kepala sekolah dalam menghadapi dinamika sekolah sebagai
birokrasi, sistem sosial, dan sekolah sebagai agen perubahan.

DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Edisi Revisi.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Robbins, S. P. 2007. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Drs.


Benyamin Molan. Indonesia : Macanan Jaya Cemerlang.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan.Edisi
Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahyusumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
http//.www.wikipedia org

Anda mungkin juga menyukai