Disusun oleh:
Sang Ayu Prabha Amandari Sutyandi
NIM 030.10.245
Telah diterima dan disetujui oleh dr.Fachry Uzer, Sp.S selaku dokter penguji dan
pembimbing Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr. Soeselo Slawi
pada tanggal 16 April 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan presentasi kasus yang
berjudul Stroke Non Hemoragik ini. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di RSUD Dr.Soesilo Slawi.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para
pengajar di SMF Ilmu Penyakit Saraf, khususnya dr. Fachry Uzer, Sp.S, atas
segala bimbingan, waktu dan pengorbanannya selama berlangsungnya pendidikan
di bagian Ilmu Penyakit Saraf ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan maksimal kemampuan saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini
dan untuk melatih kemampuan menulis makalahuntuk berikutnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI .. 3
BAB I PENDAHULUAN .. 4
BAB II STATUS PASIEN
A. Identitas . 5
B. Anamnesis . 5
C. Pemeriksaan Fisik .. 7
D. Pemeriksaan Penunjang .. 16
E. Resume ... 18
F.Diagnosa dan Diagnosa Banding 18
G. Terapi . 19
H. Follow Up .. 20
I. Prognosis 19
BAB III PEMBAHASAN KASUS .. 21
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
VASKULARISASI SARAF PUSAT
A. Anatomi 20
B. Fisiologi 22
STROKE NON HEMORAGIK
A. Definisi ...
B. Etiologi ...
C. Faktor Resiko ..
D. Klasifikasi . .
E. Patofosiologi . .
F. Diagnosis
G. Penatalaksanaan ..
22
23
24
24
26
27
32
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai
manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negaranegara berkembang. WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal atau global dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah
penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk.
Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Aceh (16,6 per 1000
penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke bersama-sama dengan
hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, merupakan
penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia.
Berdasarkan penelitian-penelitia sebelumnya, di Indonesia kejadian stroke
iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Adapun faktor
resiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah faktor yang
tidak dapat dimodifikasi (contoh: usia, ras, gender, genetic, dan lain lain) dan
faktor yang dapat dimodifikasi (contoh: obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dan
lain lain). Identifikasi faktor resiko sangat penting untuk mengendalikan
kejadian stroke di satu negara.
NIM
: 030.10.245
Dokter Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Ny. S
Jenis kelamin
: Wanita
Umur
: 60 tahun
Suku bangsa
: Jawa
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Balapulang 05/08
Tanggal masuk RS
: 04/04/15
A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (pada anak
pasien) pada tanggal 5 April 2015 pada pukul 08.00 WIB di Bangsal Dahlia
RSUD Dr. Soeselo Slawi.
Keluhan Utama
Kaki dan lengan sebelah kanan tiba tiba lemas sejak 5 jam sebelum masuk
Rumah Sakit
Keluhan Tambahan
Bicara tidak jelas, pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita 60 tahun datang di antar keluarganya ke IGD RSUD Dr.
Soeselo Slawi pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama kaki dan lengan sebelah
kanan tiba tiba lemas sejak 5 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan seperti
ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Saat malam hari sebelum masuk
Rumah Sakit, pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat yang terus menerus.
Menurut anak pasien, nyeri kepala yang dirasa pasien sudah cukup lama kurang
lebih selama 2 tahun dan memberat dalam seminggu ini. Pasien merasakan nyeri
kepala yang berputar dan rasa kaku yang menjalar hingga ke tengkuk. Pasien
menyangkal adanya gangguan penglihatan, mata berair, gangguan penciuman
ataupun telinga berdenging. Karena nyeri kepala, pasien mencoba untuk pergi
tidur, namun saat bangun tidur tiba tiba kaki dan lengan kanan pasien lemas dan
sulit digerakkan. Pasien menjadi sulit untuk berjalan dan bicaranya pelo. Pasien
menyangkal adanya riwayat demam, kejang, mual dan muntah. Riwayat trauma
disangkal. Tidak ada keluhan pada BAK dan BAB.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Pasien mempunyai
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus sejak 3 tahun yang lalu, pernah berobat ke
puskesmas namun jarang kontrol. Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
Riwayat stroke sebelumnya, asma, penyakit jantung, kejang dan alergi disangkal
pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma,
penyakit jantung, stroke sebelumnya, dan alergi.
Riwayat Kebiasaan
Pasien seorang ibu rumah tangga dan sehari hari beraktivitas di dalam
rumah. Kebiasaan makan teratur, gemar mengonsumsi gorengan dan jarang
berolahraga.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 April 2015 pada pukul 08.15
WIB di Bangsal Dahlia RSUD Dr. Soeselo Slawi.
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan sakit
Kesan gizi
: Cukup/berlebih
Status Psikis
Sikap
: Kooperatif
Perhatian
: Wajar
Suhu
: 36,7C
Pernafasan
: 22x/menit, reguler
Status gizi
TB
BB
BMI
: 165 cm
: 70 kg
:
70 kg/m2 25,73 kg/m2
27,22
Status generalis
Kepala
o Wajah : simetris
o Mata : alis warna hitam, udem palpebra -/-, bulu mata berwarna
hitam, konjunctiva palpebra anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil
linea
dullness (-)
o Auskultasi
Genitalia:
Tidak dilakukan
Ekstremitas:
Ekstremitas superior
Akral
Edema
Sendi
Jejas
Ekstremitas inferior
Akral
Edema
Sendi
Jejas
Dextra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
(-)
Dextra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
(-)
Sinistra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
(-)
Sinistra
Hangat
(-)
Tidak ada kelainan
(-)
C. STATUS NEUROLOGI
o Glasgow Coma Scale (GCS)
Eye
:4
Verbal
:4
Movement
:6
Total
: 14
o Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Kernig
: > 135o / >135o
Laseq
: > 70o / >70o
o Bahasa/ Bicara
Disfasia motorik : (-)
Disfasia sensorik : (-)
Disartria
: (+)
o Pemeriksaan Nervus Cranialis
1. Nervus Olfaktorius
- Subjektif
: Tidak dilakukan pemeriksaan
- Objektif
: Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Nervus Optikus
Pemeriksaan
Ketajaman penglihatan
Menilai warna
Lapang pandang
Funduskopi
Dextra
Sinistra
baik
baik
baik
baik
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3. Nervus Okulomotorius
Pemeriksaan
Kedudukan bulus oculi
Pergerakan bulbus oculi
Superior
Inferior
Medial
Superomedial
Diplopia
Strabismus
Ptosis
Enofthalmus
Pupil
Bentuk, ukuran
Isokor/anisokor
Refleks pupil
Dextra
Di tengah
Sinistra
Di tengah
Baik
Baik
Baik
Baik
-
Baik
Baik
Baik
Baik
-
Bulat, 3mm
isokor
+
Bulat, 3mm
isokor
+
4. Nervus Troklearis
Pemeriksaan
Pergerakan
bulbus
Dextra
Sinistra
+
oculi +
(inferomedial)
Diplopia
5. Nervus Trigeminus
-
Motorik
o Membuka mulut
: baik
o Mengunyah
: baik
o Menggigit
: baik
Sensorik
o Refleks kornea
: baik
o Sensibilitas wajah
Pemeriksaan
Ramus opthalmicus
Ramus maxillaries
Ramus mandibularis
Dextra
Baik
Baik
Baik
Sinistra
baik
Baik
Baik
6. Nervus Abdusen
Pemeriksaan
Pergerakan bulbus okuli
Dextra
Sinistra
Lateral
Baik
Baik
Superolateral
Baik
Baik
Inferolateral
Diplopia
Baik
-
Baik
-
10
7. Nervus Fasialis
Pemeriksaan
Fungsi Motorik
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Memejamkan mata
Menyeringai
Mengembungkan pipi
Fungsi Pengecapan
2/3 depan lidah
Dextra
Sinistra
8. Nervus Vestibulokoklearis
-
Nervus Koklearis
Pemeriksaan
Detik arloji
Mendengar suara berbisik
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Swabach
-
Dextra
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sinistra
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nervus Vestibularis
o Nigstagmus : -/o Vertigo
: -/-
9. Nervus Glossofaringeus
11
Motorik
Refleks muntah : tidak dilakukan pemeriksaan
o
-
Sensorik
o Indra pengecapan lidah 1/3 posterior : tidak dilakukan
pemeriksaan
Palatum molle
: simetris
Uvula
: di tengah
Arcus faringeus
: simetris
Disfagia
: (-)
Disfonia
: (-)
Mengangkat bahu
Menoleh
Pergerakan lidah
: baik
Tremor lidah
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Artikulasi
: terganggu
Atrofi lidah
: (-)
Badan
o Motorik
-
12
tegak, di tengah
-
o Sensorik
Pemeriksaan
Dextra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Taktil
Nyeri
Suhu
Sinistra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
o Refleks Superfisialis
Gluteal
Ekstremitas Superior
o Motorik
Pemeriksaan
Kesimetrisan
Pergerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Dextra
Simetris
Aktif, terbatas
Normotonus
Eutrofi
2
Sinistra
Simetris
Aktif, tidak terbatas
Normotonus
Eutrofi
5
o Sensorik
Pemeriksaan
Taktil
Nyeri
Suhu
Dextra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Sinistra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
o Refleks fisiologis
Pemeriksaan
Biceps
Triceps
Dextra
+
+
Sinistra
+
+
o Refleks patologis
Pemeriksaan
Hoffman-Tromner
Dextra
-
Sinistra
-
13
Ekstremitas Inferior
o Motorik
Pemeriksaan
Kesimetrisan
Pergerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Dextra
Simetris
Aktif, terbatas
Normotonus
Eutrofi
2
Sinistra
Simetris
Aktif, tidak terbatas
Normotonus
Eutrofi
5
o Sensorik
Pemeriksaan
Taktil
Nyeri
Suhu
Dextra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Sinistra
Normal
Normal
Tidak dilakukan
o Refleks fisiologis
Pemeriksaan
Patella
Achilles
Klonus patella
Klonus achilles
Dextra
+
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sinistra
+
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
o Refleks patologis
Pemeriksaan
Babinsky
Chaddock
Gonda
Gordon
Oppenheim
Schaeffer
Dextra
Sinistra
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Cara berjalan
Test Rhomberg
Tes Disdiadokinesa
14
Pemeriksaan
Tremor
Athetosis
Chorea
Ballismus
Dextra
-
Sinistra
-
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Atensi
: baik
Bahasa
: baik
Memori
: baik
Kognitif
: baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Labotarorium
Nama test
Hemoglobin
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
Tanggal
Pemeriksaan
Satuan
04/04/2015
Hasil
Hematologi
12,3
g/dL
289
ribu/uL
4,3
juta/uL
36
%
Nilai normal
12 14
150 400
46
37 42
15
MCV
MCH
84
29
fL
pg
80 100
26 34
16
MCHC
Leukosit
Diff. count
Basofil
Eusinolif
Netrofil
Limfosit
Monosit
34
10.800
g/dL
/mm3
0
0,1
91,9
5,9
2,1
GDS
Fungsi ginjal
Ureum
Kreatinin
Fungsi hati
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
o Radiologi
32 36
5.000 - 10.000
%
%
%
%
%
Kimia darah
196
mg/dL
24
01
50 70
25 40
28
36,0
1,20
mg/dL
mg/dL
17,1 42,8
0,4 1,2
u.l
u/l
13 33
6 30
23
17
75 140
17
Kesan
E. RESUME
Pasien wanita, 60 tahun datang di antar keluarganya ke IGD RSUD Dr.
Soeselo Slawi pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama hemiplegi dekstra
disertai diartria sejak 5 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan seperti ini baru
pertama kali dirasakan oleh pasien. Sebelumnya, pasien mengeluh nyeri kepala
hebat yang terus menerus. Pasien menjadi sulit untuk berjalan dan bicaranya pelo.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes mellitus sejak 3 tahun yang
lalu dan jarang kontrol ke puskesmas.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah pasien 210/110 mmHg.
Dari pemeriksaan status neurologis didapatkan GCS E4V4M6, adanya hemiparesis
N.VII dan N.XII dan pada pemeriksaan motorik, didapatkan tanda lateralisasi
berupa kelemahan pada ekstremitas dekstra, dengan kekuatan otot ekstremitas
superior dan inferior dextra yaitu 2. Pemeriksaan sensorik normal. Refleks
fisiologis (+) dan reflex patologis (+). Dari pemeriksaan laboratorium darah
didapatkan kesan leukositosis dan hiperglikemia. Pemeriksaan CT-Scan
menunjukkan bukti adanya infark pada lobus occipital kiri dan cerebellum kiri
dan aging atrofi cerebri.
F. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis klinis
: Hemiparesis dekstra, disartria, paralisis N.VII dan N.XII,
cephalgia
Diagnosis etiologis : Hipertensi grade II, DM tipe II
Diagnosis topis
: Infark pada lobus occipital kiri dan cerebellum kiri
Diagnosis patologis : Infark serebri / stroke iskemik / non hemoragik
G. TERAPI
o Medikamentosa
IVFD NS + 2A 20 tpm
18
o Nonmedikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentan penyakit
yang sedang diderita oleh pasien.
o Edukasi tentang pemberian makan (jenis makanan), minum dan
kepatuhan minum obat.
o Hindari faktor resiko
o Fisioterapi
H. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanasionam
I.
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
FOLLOW UP
Tgl.
S
06/04/15 Kelemahan
ekstremitas kanan
(+), bicara tidak
jelas
O
TD 210/110 mmHg
HR 100x/m
RR 22x/m
GCS E4V4M6
RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
Refleks patologis
(+)
Motorik
2
A
SNH hari
ke 3
P
Infus 2A + NB 20tpm
Inj.Citicholin 2x500mg
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Ranitidine 2x1 amp
Inj. Mecobalamin 2x1
Clopidogrel 1x1tab
Nimotop 3x1tab
Flunarizine 1 x 1 tab
19
Sensorik
+2
07/04/15 Kelemahan
ekstremitas kanan
(+), bicara tidak
jelas, ma/mi
kurang
+
2
+2 +
2
TD 160/90 mmHg
N 88x/menit
GCS E4V4M6
Pupil bulat isokor,
RP +/+
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
2
SNH hari
ke 4
Motorik
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita infark cerebri
atau stroke non hemoragik/ stroke iskemik.
A. ANAMNESIS
1. Gejala klinis
Didapatkan adanya defisit neurologis berupa kelemahan pada
ekstremitas superior dan inferior dextra (hemiparesis dekstra) yang
terjadi secara tiba tiba yaitu 5 jam SMRS. Defisit neurologis yang
20
meningkatkan
kemungkinan
pemeriksaan.
Tanda vital : didapatkan adanya hipertensi grade II ( TD = 210/110
mmHg).
Pemeriksaan neurologis:
GCS E4V4M6
21
lesi iskemik.
Pemeriksaan motorik didapatkan kelemahan pada ekstremitas
dekstra, dengan kekuatan otot ekstremitas superior dan inferior
dextra yaitu 2.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, sebelum dilakukannya CTscan dapat dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan sistem skoring:
- Gadjah Mada score
Penurunan kesadaran (-) + sakit kepala (-) + refleks babinski (+) infark
-
serebri
Siriraj score
SSS = 2,5 (kesadaran) + 2 (muntah)+ 2 (sakit kepala) + 0,1 (tekanan darah
diastolik) - 3 (ateroma) 12
Terjaga (alert)
0
1
Bila SSS >1 diagonis adalah perdarahan serebral, bila < -1 diagnosis adalah infark
serebral. Bila diantara -1 sampai 1 diagnosis tidak jelas
Score pasien:
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 110) - (3 x 1) 12 = - 2
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan CT-scan (gold standart), yang dapat membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik. Hasil CT Scan pasien
22
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien stroke iskemik yang pertama adalah:
- Medikamentosa
1. Oksigenisasi nasal kanul 3 liter/menit
Oksigen dapat berperan sebagai neuroprotektor, membantu suplai dan
kelancaran oksigen ke otak untuk mencegah terjadinya hipoksia otak dan
mencegah perburukan fungsi neurologis.
2. IVFD 2A + Neurobion 20 tpm
Infus 2A merupakan kombinasi cairan koloid dan kristaloid yang
mengandung glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1:1,
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian, pada
keadaan asupan oral yang terbatas. Selain itu, pemberian neurobion 1
ampul secara drip yang mengandung vitamin B1, vitamin B6 dan vitamin
B12 menghasilkan efek analgesik dan mampercepat terjadinya regenerasi
saraf.
3. Piracetam 3 x 3 gram (iv)
Piracetam dapat bersifat sebagai neuroprotektor. Pada tingkat neuron,
piracetam berfungsi untuk memperbaiki neurotransmisi saraf dan pada
tingkat
vaskular
berfungsi
untuk
mengurangi
agregasi
platelet,
23
24
mencegah
adanya
kontraktur
dan
atrofi
otot
serta
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
VASKULARISASI SARAF PUSAT
A. Anatomi
25
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak,
sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian
lobus temporalis. Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan
kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui
kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang
arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang:
arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis. Ke 3 pasang arteri serebri ini bercabang-cabang
menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabangcabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling
berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya.1
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu: Sirkulus
Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri
media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang menghubungkan
kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan arteri
komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan
posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah
orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri
maksilaris eksterna. Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis
ekterna (pembuluh darah ekstrakranial). Selain itu masih terdapat lagi
hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga menurut Buskrik tak
26
ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak. Darah vena dialirkan
dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah
ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak
dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis
dicurahkan menuju ke jantung.1
B. Fisiologi
Sis
tem karotis
terutama
melayani
kedua
hemisfer
otak,
dan
sistem
27
28
29
adalah
fibromuskular
dari
polisetemia,
arteri
anemia
serebral,
sickle
dan
sel,
displasia
vasokonstriksi
yang
30
pembuluh
halus
hipersensitif
dan
31
E. Patofisiologis
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik, salah
satunya
adalah
aterosklerosis,
dengan
mekanisme
thrombosis
yang
menyumbat arteri besar dan arteri kecil, dan juga melalui mekanisme emboli.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang
menuju ke otak. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau
perdarahan aterom.
3. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai
emboli
Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma
yang kemudian dapat robek.
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga.
Bila anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel
penyangganya yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai
nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas
vaskular disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel radang.
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+
dari asidosis laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai
rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini
menyebabkan daerah sekitar nekrosis mengalami gangguan perfusi dan timbul
iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah iskemik
penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan
terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di
daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan
glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini
akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang
32
terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal
kalsium (calcium channels).
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Metabolisme anaerob
Asam laktat
Infark
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
Gg.kesadaran, kejang fokal, hemiplegia,
defek medan penglihatan, afasia
33
akan merombak molekul lemak didalam membran sel, sehingga membran sel
akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke iskemik menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan kematian sel.
F. Diagnosis
1.
Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang
mengalami defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau
penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang
dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun
gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat
kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala
umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese, atau
qudriparese,
hilangnya
penglihatan
monokuler
atau
binokuler,
34
keberhasilan
terapi.
Komponen
penting
dalam
Hemiplegia kontralateral
(lengan lebih berat dari
tungkai)
hemihipestesia
kontralateral.
Tidak ada gangguan
Hemiparese kontralateral,
tidak
ada
gangguan
sensoris atau ringan sekali
A.Serebri anterior
Hemiplegia
kontralateral
35
A.Serebri posterior
Hemiplegia
sementara,
berganti dengan pola
gerak chorea pada tangan,
hipestesia atau anestesia
terutama pada tangan
Gangguan
motorik
murni,
gangguan
sensorik
murni,
hemiparesis ataksik, sindrom
clumsy hand
Terjaga (alert)
36
Tidak
Ya
0
1
Bila SSS >1 diagonis adalah perdarahan serebral, bila < -1 diagnosis adalah infark
serebral. Bila diantara -1 sampai 1 diagnosis tidak jelas
Sedangkan algoritma stroke Gajah Mada adalah sebagai berikut :10
2.
Gambaran Laboratorium
ginjal).
Pemeriksaan
koagulasi
dapat
menunjukkan
37
Gambaran Radiologi
a) CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke
non hemoragik memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi
anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma,
abses).3
38
perfusi
karena
daerah
yang
mengalami
hipoperfusi
39
G. Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:1
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang
menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. tindakan dan
obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap
cukup, tidak justru berkurang. Karena itu dipelihara fungsi optimal:1
Respirasi
: jalan napas harus bersih dan longgar
Jantung
: harus berfungsi baik, bila perlu pantau
EKG
Tekanan darah
dipertahankan
pada
tingkat
optimal,
dipantau
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme
otak yang menderita di daerah iskemi (ischemic penumbra) masih
menimbulkan perbedaan pendapat. Obat-obatan yang sering dipakai
untuk mengatasi stroke iskemik akut:1
a) Mengembalikan reperfusi otak
1. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang
diberikan secara intravena akan mengubah plasminogen
menjadi plasmin yaitu enzim proteolitik yang mampu
menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein pembekuan
lainnya. Pada penelitian NINDS (National Institute of
Neurological Disorders and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA
diberikan dalam waktu tida lebih dari 3 jam setelah onset
stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari
40
41
neuroprotektif
diharapkan
meningkatkan
42
Pengobatan hipertensi
Berolahraga teratur 1
BAB V
KESIMPULAN
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta
Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2005.
h.81-82.
2. Kementeriaan
Kesehatan
Indonesia.
Stroke.
Available
at
Accessed on:
44