Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MIKROBIOLOGI II

VIRUS CHIKUNGUNYA

Disusun oleh :
SRI WAHYUNI ( E1A 011 056 )
KELAS B
SEMESTER VIII
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini. Penulis juga berterima kasih
kepada dosen pembimbing karena berkat dorongan dosen sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul VIRUS CHIKUNGUNYA.
Penulis juga sadar mungkin makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan, baik
dari segi isi, susunan maupun pemakaian bahasa. Kritik dan saran dari berbagai pihak kami
terima dengan senang hati untuk perbaikan makalah ini. Mohon maaf atas segala penulisan
dan segala kekurangannya, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Mataram , April 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam chikungunya adalah jenis penyakit menular dengan gejala utama demam
mendadak, nyeri persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta
tulang belakang yang disertai ruam (bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang disebabkan
oleh virus jenis Chikungunya, Genus Alphavirus, Famili Togaviridae. Demam
chikungunyan adalah penyakit disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui
nyamuk genus Aedes.
Chikungunya berasal dari bahasa Shawill yang menunjukkan gejala pada penderita
dengan arti posisi tubuh meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang
membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia).3 dan sumber lain menyebut berasal
dari bahasa Makonde yang artinya melengkung ke atas yang adalah merujuk pada tubuh
bungkuk karena gejala arthritis penyakit ini.
Virus Chikungunya pertama kali diisolasi oleh Ross pada tahun 1953 sejak terjadinya
epidemi dengue di wilayah Newala, Tanzania. Transmisi penyakit ini umumnya oleh
nyamuk genus Aedes. Distribusi geografi meliputi wilayah tropis dari sub-Sahara Afrika,
Asia dan Amerika Utara.
Demam Chikungunya relatif kurang berbahaya dan tidak fatal dibandingkan dengan
penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demam chikungunya merupakan penyakit self
limiting disease (sembuh sendiri). Masa inkubasi terjadinya penyakit sekitar dua sampai
empat hari, sementara manifestasinya timbul antara tiga sampai sepuluh hari.
Gejala utama terkena chikungunya, tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu
di persendian. Bahkan, terdapat gejala khas yaitu timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga
timbul rasa sakit pada tulang-tulang (demam tulang / flu tulang). Dalam beberapa kasus
didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama sekali (silent
virus chikungunya). Kelumpuhan dapat terjadi pada kasus demam chikungunya walau
hanya bersifat sementara sebagai efek dari proses perkembangbiakan virus dalam darah
yang menimbulkan perasaan nyeri pada tulang dan seputar persendian sehingga sulit
menggerakkan anggota tubuh. Akan tetapi, itu bukan berarti kelumpuhan total.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Virus

Ciri virus lainya yang tidak dimiliki oleh sel makluk hidup adalah tubuh virus hanya
tersusun atas selubung (disebut kapsid) yang tersusun atas molekul protein, dan bagian isi
yang tersusun atas asam nukleat. Jadi, virus tidak memiliki sitoplasma seperti pada sel,
serta tidak memiliki organel sehingga tidak melakukan metabolisme. Oleh karena itu para
pakar tidak memungkinkannya untuk memiliki struktur sebagaimana struktur sel. Satu
unit lengkap virus yang mempu mengifeksi organisme hidup disebut virion.
Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel), Hanya memiliki satu macam asam nukleat
(RNA dan DNA).
1. Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid.
2. Kapsid
Kapsid adalah selubang yang berupa protein. Kapsid terdiri atas selubang yang berupa
protein. Kapsid terdiri atas bagian-bagian yang disebut kapsomer. Misalnya, kapsid
pada TMV dapat terdiri atas satu rantai pelipeptida yang tersusun atas 2.100
kapsomer. Kapsid juga terdiri atas protein monomer protein-protein monomer yang
identik, yang masing-masing terdiri dari rantai peptida.
3. Isi tubuh
Isi tubuh yang sering disebut virion. Adalah bahan genetik yakni asam nukleat (DNA
atau RNA), contoh adalah sebagai berikut.
a. Virus yang isi tubuhnya RNA dan bentuknya menyerupai kubus antara lain,
polyomyelitis, virus radang mulut dan kuku, dan virus influenza.
b. Virus yang isi tubuhnya RNA, protein, lipida, dan polisakarida, contohnya
paramixovirus.
c. Virus yang isi tubuhnya terdiri atas RNA, protein, dan banyak lipida, contohnya
virus cacar.
4.

Ekor
Ekor virus merupakan alat penancap ketubuh organisme yang diserangnya. Ekor virus

terdiri atas tubus bersumbat yang di lengkapi benang / serabut.


1. Bentuk Virus
Berdasarkan arsitektur kapsid seperti yang dapat diamati di bawah mikroskop
electron, menurut Tarigan (217-218) virus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
tipe morfologi yaitu:
a. Virus yang berbentuk helik (helical virus)

Gambar 1. Bentuk dari virus bentuk helix


Bentuknya menyerupai batang yang penjang, agak kaku dan lentur (fleksibel).
Kapsid sebagai tabung silinder yang pendek berbentuk seperti helik yang
mengelilingi asam nukleat virus.
Contoh : virus yang menyebabkan penyakit mosaic pada tanaman tembakau
(TMU) dan vitus yang dapat memangsa baketri (bakteriofage, M13)
b. Virus polyhedral
Virus polyhedral berbentuk seperti polyhedron sehingga memberi kesan seperti
bentuk kristal.

Gambar
Bentuk dari

2.

virus

polyhedral
Contoh : virus hewan, virus tanaman, dan virus bakteri merupakan virus
polyhedral yang mempunyai bidang sisi yang banyak.kapsid dari kebanyakan
virus ini berbentuk ikosahedron (acosahedron) yaitu polyhedron beraturan dengan
20 bidang segitiga dan 20 sudut. Kapsomer dari tiap-tiap bidang membentuk

segitiga sama sisi. Suatu contoh dari virus npolihedral yang berbentuk ikosa
hedron adalah adenovitus dan viruspolio.

c.

Virus yang berkulit

Gambar 3. Struktur dari virus yang berkulit


Telah kita ketahui bahwa kapsid beberapa jenis virus diselubungi oleh suatu kulit
yang disusun oleh kombinasi senyawa-senyawa protein, lipid dan karbohidrat.
Virus-virus ini berbentuk bulat dan bermacam-macam (polimorfik) karena sifat
kulit yang kaku. Virus yang berbentuk helik dan polyhedron dapat mempunyai
kapsid yang berkulit.
Contoh : Virus helik yang mempunyai kulit adalah virus influenza, dan virus
poliheron yang berkulit adalah herpes simplex virus.
d. Virus komplek
Beberapa virus, terutama virus bakteri mempunyai struktur yang amat komplek
(rumit) sehingga dinamakan virus komplek.

Gambar
4.
Bentuk dan struktur Bakteriofage
Contoh : Virus cacar (poxvirus), tidak mempunyai kapsid yang jelas tetapi
mempunyai kulit (coat) yang menyelubungi asam nukleat. Bakterifag yang
mempunyai sebuah kapsid yang merupakan tempat melekatnya bentuk tambahan.
Apabila kita amati struktur dari bakteriofag, akan jelas terlihat bahwa bagian
kepala kapsid berbentuk polyhedral, sedang bagian ekor berbentuk helical. Bagian
kepala dari virus ini mengandung asam nukleat.
2. Bagian Tubuh
Bagian inti tersusun atas asam inti (asam nukleat). Asam nukleat yang menyusun
virus pada umumnya hanya satu untaian, keculi pada virus influenza terdapat 6-8
untaian. Setiap untaian asam nukleat mengandung 3.500 sampai 600.000 nukleotida.
Jika diperkirakan 1 gen tersusun atas 1000 nukleotida, maka diperkirakan virus hanya
tersusun atas dua atau beberapa ratus gen.
Virus memiliki asam nukleat yang bervariasi, ada yang memilikiDeoxyribonukleic
Acid (DNA) atau asam deoksiribonukeat ganda terpilin dan DNA tunggal terpilin.
DNA tersebut berbentuk linier (lurus) atau sirkuler (melingkar). Beberapa virus ada
yang memiliki asam nukleat yang berupa rantai tunggal, ada yang berupa rantai
ganda. DNA atau RNA merupakan materi genetik, yakni berisi kode-kode pembawa
sifat

virus.

Berdasarkan

inti

yang

dikandungnya,

virus

dapat

dibedakan

menjadi virus DNA dan virus RNA.Sebagian besar virus yang menginfeksi manusia
merupakan virus RNA, contohnya virus influenza dan HIV. Virus cacar merupakan
virus DNA. Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa macam enzim .

Gambar 5. Virus dengan Asam Nukleat DNA dan RNA


Asam nukleat suatu virus diselubungi oleh suatu kapsid yang terdiri dari protein.
Secara morfologi kapsid itu terdiri dari sub unit-sub unit yang dinamakan kapsomer
(capsomeres). Kapsomer terdiri dari sejumlah sub unit protein atau molekul yang
dinamakan protomer. Pada beberapa virus, kapsidnya ditutupi oleh suatu kulit
(semacam mplop) yang biasanya terdiri atas beberapa kombinasi lipid, protein, dan
karbohidrat. Organisasi molekul dari kulit ini belum diketahui dengan jelas. Pada
beberapa virus hewan dapat dilepaskan dari sel inang oleh suatu membrane plasma sel
inang. Lapisan inilah yang menjadi kulitnya virus. Dalam beberapa hal, kulit
mengandung protein yang ditandai oleh komponen sel yang norma. Kulit virus ini
dapat dilengkapi dengan tonjolan-tonjolan pada permukaannya yang disebut spike.
Adanya spike (duri) ini merupakan ciri dari beberapa virus yang yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan identifikasi .
Kemampuan suatu virus tertentu seperti virus influenza untuk menggumpalkan sel-sel
darah

merah

berkaitan

dengan

duri-duri

yang

dapat

mengakibatkan

hemaglutimasi (hemaglutimation). Ada juga virus yang mempunyai kapsid yang tidak
berkulit yang berfungsi untuk melindungi asam nukleat dari enzim nuclease yang
terdapat di dalam cairan tubuh jasad hidup.
3.

Ukuran Virus
Ukuran virus adalah partikel berukuran sangat kecil yang dapat menginfeksi
hampir semua jenis organisme. Ukuranya sekitar 20-300 milimikron (1milimikron =
1x10-6mm). jadi, uikuranya jauh lebih kecil dibangdingkan bakteri yang berukuran 10
mikron(1 mikron = 1x10-3). Karena ukuranya yang kecil itu, virus tidak dapat diamati
dengan mikroskop cahaya. Virus hanya dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop electron. Virus dapat lolos dari sarinagn keramik (ceramic filter), padahal

bakteri tidak. Jadi, seandainya cairan yang mengandung bakteri dan virus disaring
dengan saringan keramik, bakteri dapat disaring sedangkan virus tidak .

Gambar 6. perbandingan antara virus dengan sel bakteri dan virus-virus dengan
berbeda bentuk.
Virus bukanlah sel karena ukuranya yang kecil, tidak memiliki sitoplasma, membrane
sel, ribosom dan dapat dikristalkan. Sampai sekarang, para ilmuan belum mencapai
kesepakatan apakah virus merupakan makluk hidup atau bukan, karena virus tidak
mengalami pertumbuhan dan melakukan metabulisme, srta tidak dapat berkembang
biak dengan sendirinya. Virus memiliki sebagian sifat yang menyatakan sebagai
makluk hidup, namun tidak semua kriteria kehidupan dipenuhinya. Apabila kita
meninggalkan virus dalam suatu botol yang kering, virus akan menghablur seperti
kristal garam atau gula, dan tidak akan tumbuh, berkembang, bereplikasi, atupun mati.
Degan demikian virus dikatakan sebagai makluk peralihan antara hidup dan tidak
hidup.
2. Chikungunya
2.1 Definisi
Chikungunya merupakan satu di antara Arbovirosis (Arthrophode borne viral
diseases)

yang

disebabkan

oleh

virus

dari

Genus

Alphavirus,

Famili

Togaviridae.Awalnya virus ini merupakan jenis virus yang menyerang primata di


savana Afrika.Satwa primata yang bertindak sebagai inang definitifnya adalah Papio
sp. danCercopithecus sp. Siklus sylvatic di antara satwa primata tersebut ditularkan
oleh nyamuk Aedes spp.yaitu Ae.africanus, Ae. furcifer, Ae. taylori, Ae.

luteocephalus,Ae. cordelierri, Ae. opok. Selain menyerang primata, virus ini juga
menyerang jenis mamalia lain serta burung.
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita,
yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita
yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyamuk dapat mengandung
virus chikungunya pada saat menggigit penderita yang sedang viremia, yaitu 2 hari
sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Virus tersebut berada di
kelenjar liur nyamuk berkembangbiak selama 8-10 hari, kemudian ditularkan lagi
kepada orang yang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes spp.yang mengandung virus
tersebut. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah demam mendadak yang muncul tibatiba bisa mencapai 39-40oC dan disertai dengan menggigil yang tidak berlangsung
lama, nyeri pada persendian (terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang), nyeri otot pada otot bagian leher, bahu dan anggota gerak,
ruam (kemerahan di kulit) bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular.
Lokasi kemerahan di daerah muka, hidung dan sekiarnya, badan, abdomen, tangan,
dan kaki, pada bayi sering juga ditemukan kelainan kulit yang berupa vesikel dan
bullae. Gejala tambahanadalah sakit kepala, kemerahan pada konjungtiva,
pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah, kadang-kadang gatal
pada ruam .Studiyang dilakukan pada 107 orang penderita chikungunya di India
ditemukan
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit infeksi virus akut yaitu virus
Chikungunya (CHIKV)

yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Nama

chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud
membungkuk, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri
sendi hebat (arthralgia).
2.2 Morfologi
CHIKV adalah virus RNA yang mempunyai selubung luar membran lipid
(envelope), berbentuk spherical dan pleomorphic, dengan diameter 70 nm (Kelvin
2011).Pada permukaan envelope terdapat tonjolan-tonjolan glikoprotein, yang terdiri
dari 2 glikoprotein berbentuk heterodimer (Gambar 1).Genom virus terdiri dari 1
molekul RNA untai tunggal sepanjang 11.805 nukleotida yang dibungkus oleh
kapsid(Nucleocapsids)isometrik berdiameter 40 nm.Pada genomnya terdapat 2 buah
Open Reading Frame (ORF) yang mengkode poliprotein nonstruktural dan struktural.

Gambar 7. Skema struktur virus chikungunya, Poliprotein nonstruktural berfungsi untuk


replikasi virus yang terdiri dari nsP1, nsP2, nsP3, dan nsP4, sedangkan poliprotein
struktural terdiri dari C (capsid) dan E (envelope) E3, E2, 6K, E1. Kedua ORF tersebut
diapit oleh sebuah 5 dan 3 nontranslated region (NTR) pada kedua ujungnya (Khan et
al. 2002; Akahata 2010). Gen protein nonstruktural (7425 nukleotida) yang diawali
dengan start codon triplet (ATG) pada posisi 77-79 dan diakhiri dengan stop codon
triplet (TAG) pada posisi 7499-7501, sementara gen protein struktural (3735
nukleotida) menempati posisi 7567-11301 genom seperti terlihat pada Gambar .
Klasifikasi ilmiah virus berdasarkan International Committee on Taxonomy of Viruses
(ICTV) 2010 sebagai berikut :
Kingdom
Ordo
Famili
Subfamili
Group:
Genus
Spesies

: Virus
: Togavirales
: Togaviridae
: Togavirinae
: Group IV [(+) SS RNA]
: Alphavirus
: Chikungunya Virus (CHIKV)

2.3 Epidemiologi
Di antara wabah demam chikungunya, virus ini mungkin sempat terlupakan selama
beberapa tahun hingga beberapa dekade. Perbedaan kejadian penyakit telah dikaitkan
dengan banyak faktor termasuk terjadinya siklus sylvatic, kerentanan manusia, hewan,
dan vektor terhadap virus, perubahan dalam kondisi perkembangbiakan dan kepadatan
vektor. Globalisasi juga memfasilitasi terjadinya pengenalan virus dari daerah
endemik ke daerah-daerah baru.

Gambar 8. Virus chikungunya tersebar pada daerah dunia yang paling berpopulasi. Di
Asia, A. Aegypti adalah vektor utama; di Afrika Tenggara spesies lain dapat
merupakan vektor penting. Di Asia Tenggara, wabah dengue dan chikungunya terjadi
bersamaan.
Dari September 2001 sampai Maret 2003, 24 kasus dugaan wabah virus CHIK
telah dilaporkan di seluruh Indonesia. Sebagian besar wabah (83%) terjadi di pulau
utama Jawa, hampir setengahnya (46%) terjadi di provinsi berpenduduk padat Jawa
Tengah. Kejadian wabah CHIK juga dilaporkan dari Aceh (1 episode), Sumatera
Utara (1), Sulawesi Utara (1) dan Pulau Lombok (2). Wabah ini terjadi pada perkotaan
(21%), semi urban perkotaan (sekitar kota dan desa) (17%) dan masyarakat pedesaan
(62%), yang kira-kira mencerminkan distribusi populasi manusia di Jawa
2.4 Etiologi
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus
Chikungunya. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau group
A antropho borne viruses.
Virus chikungunya

termasuk kelompok virus

RNA yang memiliki

pembungkus yang mengandung lipid dengan tonjolan halus. Intinya berdiameter + 2530 nm yang pada potongan melintang berbentuk heksagonal dan mengandung
nukleokapsid yang tidak simetris. Bersama-sama dengan alphavirus lainnya, virus ini
memiliki genom single strained RNA. Mereka mempunyai koefisien sedimentasi 46
dan mempunyai berat molekul + 4,2 x 106 dalton. Ekstrak fenol dari virus
chikungunya memiliki material yang infeksius. Bentuk prekursor virus dalam matriks
sitoplasma menjadi lurus dalam daerah membran sel atau berlawanan dengan
membrab vakuola. Gabungan dari partikel virus pada permukaan sel menyebabkan
proses budding yang melibatkan inti prekursor virus menjadi partikel virus. Membran
sel pejamu dimodifikasi selama infeksi dan mengandung antigen virus ketika
bergabung ke dalam pembungkus virus.

Pejamu (host): Virus Chikungunya (CHIKV) diyakini memiliki siklus sylvatic(Siklus


di hutan) karakteristik CHIK virus yang semula bersiklus dari satwaprimata-nyamuk-satwa-primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamukmanusia dan terdapat pada monyet vervet, babon, monyet macaque,
lemur dan tikus. Pada manusia, virus ini tidak memiliki pengaruh
khusus terhadap usia atau jenis kelamin tetapi tampak bahwa anakanak, orang tua dan keadaan immunocompromise merupakan yang
paling mudah terpengaruh.
Vektor

: Vektor yang paling efektif pada penularan terhadap manusia adalah


nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor utama virus
chikungunya ke manusia

Transmisi

: Virus Chikungunya disebarkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Gambar 9. Nyamuk terinfeksi ketika mereka menggigit orang yang terinfeksi virus
chikungunya. Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menyebarkan virus ke manusia
lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis
(berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain
manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji
hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung
antibodi terhadap virus Chikungunya.
Environment

: Para Ae spesies.albopictusberkembang biak di tempat-tempat yang


tergenang air, seperti sekam kelapa, buah kakao, tunggul bambu,
lubang pohon dan kolam batu, contoh lain seperti ban kendaraan dan

piring di bawah pot-pot tanaman. Habitat Nyamuk Ae.albopictusjuga


di daerah pedesaan serta pinggiran kota dan taman kota teduh.
Nyamuk Ae.aegypti lebih erat hubungannya dengan tempat tinggal
manusia karena nyamuk-nyamuk tersebut berkembang biak pada
tempat-tempat disekitar ruangan , seperti vas bunga, gorden, tempat
penyimpanan air dan bak kamar mandi, demikian juga dengan
nyamuk Ae.albopictus
2.5 Virologi Chikungunya
Secara virologik, virus ini memiliki RNA untai tunggal (ssRNA), berukuran 70 nm
dan bersimetri kubus dan memiliki selubung protein(envelope). Asam nukleat
Chikungunya panjangnya sekitar 11824 bp (pasangan basa), yang terdiri dari daerah
structural yang dapat menghasilkan protein structural, berupa protein virus di daerah
envelop, yaitu protein hemaglutinin, protein kapsid, protein membrane serta protein di
daerah non struktural yaitu protein ensim RNA polimerase dan protein untuk
replikasi virus. Virus ini bersifat sensitive terhadap ether dan zat pelarut lemak
lainnya, perubahan temperatur dan perubahan pH media. Virus ini dapat
mengaglutinasi eritrosit jenis burung (Aves). Telah dikenal adanya dua jenis varian
virus yang menghasilkan dua jenis plaque, yang berukuran besar merupakan varian
virus liar dan yang berukuran lebih kecil merupakan varian virus jinak.
Diagnosa infeksi virus Chikungunya dapat dilakukan dengan cara serologi, yaitu
mendeteksi adanya IgM untuk mengetahui adanya infeksi dini (recent infection) dan
adanya status kekebalan humoral pada masyarakat dapat dilakukan dengan serosurvei
IgG. Isolasi virus perlu dilakukan mengingat sifat reaksi silang antar tipe virus di
dalam suatu keluarga Alphavirus. Hal ini perlu dilakukan sebagai tindakan konfirmasi
dari hasil pemeriksaan serologi, untuk meyakinkan apakah penyakit yang terjadi
memang karena infeksi Chikungunya, walaupun pada pemeriksaan serologi telah
menggunakan antigen dengan konsentrasi cukup tinggi (lebih dari 16 HA unit).
Isolasi virus dilakukan pada sel Vero (sel ginjal kera hijau). Pendekatan molekular
dengan mendeteksi RNA chikungunya dengan teknik RTPCR (Reverse TranscriptasePolymerase Chain Reaction) dilakukan untuk diagnosa cepat secara bio molekuler.
2.6 Patogenesis
Tidak ada studi lengkap mengenai patogenesis demam chikungunya. Setelah gigitan
nyamuk yang terinfeksi, virus bereplikasi di dalam organ-organ limfoid dan mieloid
dan kemudian merangsang imunitas seluler dan humoral yang menyebabkan

timbulnya manifestasi penyakit ini. Kerusakan akibat peradangan pada tulang rawan
dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan fibrosis menyebabkan timbulnya gejalagejala persendian. Hal ini terbukti melalui penelitian biokimia yang menunjukkan
adanya peningkatan jumlah mukopolisakarida, hidroksiprolin dan prolin di dalam
urine penderita chikungunya.
Penelitian mengenai pelepasan sitokin pada pasien dengan chikungunya menunjukkan
bahwa jumlah protein terinduksi 10, protein kemoatraktan monosit dan IL 8
meningkat sementara jumlah IFN , TNF , IL 1, 6, 10 dan 12 tercatat normal.

Gambar 10. Virus chikungunya masuk ke dalam aliran darah (viremia) selama 4-7 hari
--> virus melakukan replikasi --> merangsang imunitas selular dan humoral --> bila
pasien mengalami imunocompromise --> maka akan timbul beberapa manifestasi klinis

--> myalgia (nekrosis), athralgia dan demam --> fase demam terjadi ketika virus sudah
masuk ke dalam sistem peredaran darah --> merangsang termostat dalam tubuh akibat
adanya respon pada hipotalamus --> sementara athralgia dan myalgia -->terjadi karena
kerusakan akibat peradangan pada tulang rawan dalam bentuk nekrosis, kolagenosis dan
fibrosis menyebabkan timbulnya gejala-gejala persendian.

2.7 Manifestasi Klinis


a. Masa Inkubasi
Manifestasi klinis sangat bervariasi mulai dari penyakit yang asimptomatik sampai
dengan penyakit berat yang dapat melemahkan. Anak-anak berada di antara kelompok
yang berisiko maksimal untuk mengalami manifestasi berat tersebut dan beberapa
gambaran klinis dalam kelompok ini berbeda dengan apa yang ada pada orang
dewasa. Setelah masa inkubasi, rata-rata antara 2 sampai 4 hari (rentang: 2 sampai 12
hari), penyakit mulai bermanifes tanpa gejala prodromal, dengan gambaran khas
demam, ruam dan arthralgia.
Infeksi virus chikungunya pada anak dapat terjadi tanpa gejala. Adapun gejala klinis
yang sering dijumpai pada anak umumnya berupa demam tinggi mendadak selama 16 hari, disertai dengan sakit kepala, fotofobia ringan, mialgia dan artralgia yang
melibatkan berbagai sendi, serta dapat pula disertai anoreksia, mual dan muntah.
Pada bayi, secara tipikal penyakit dimulai dengan adanya demam yang mendadak,
diikuti kulit yang merah. Kejang demam dapat terjadi pada sepertiga pasien. Setelah
3-5 hari demam, timbul ruam makulopapular minimal dan limfadenopati, injeksi
konjungtiva, pembengkakan kelopak mata, faringitis. Beberapa bayi mengalami kurva
demam bifasik. Artralgia mungkin sangat hebat, walaupun hal tersebut jarang tampak.
Gejala yang muncul berupa:
- Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka
kemerahan. Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39400 C. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama 2-

5 hari, dan demam kemudian menurun setelah 2-3 hari.


Nyeri sendi (arthralgia)
Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita chikungunya. Nyeri
sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat

bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita merasa lumpuh sebelum


berobat. Sehingga ada beberapa orang yang menamainya sebagai demam tulang
atau flu tulang. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang. Gangguan persendian bersifat
poliartikular, lebih sering pada tungkai bawah dan persendian-persendian
kecil. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan
berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan selama
beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun
-

sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Artritis.


Nyeri otot(myalgia)
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot otot bagian leher, daerah bahu dan

anggota gerak.
Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Menjelang akhir fase demam (3 sampai 5 hari) kebanyakan pasien mengalami
ruam makulopapular yang difus dan biasanya pada lengan, punggung dan bahu

dan kadang-kadang di seluruh tubuh. Ruam ini biasanya berlangsung 48 jam.


Gejala lain
Gejala lain yang jarang dijumpai adalah sakit kepala, conjungtival injection
(mata kemerahan) dan sedikit fotophobia. Pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher juga jarang. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah dan
menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan
memproduksi virus yang menyerang tulang.
Nyamuk Aedes aegypti dapat mengandung virus Chikungunya pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam
sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum
dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation
period) sebelum menimbulkan penyakit.

b. Masa Laten dan periode infeks


Setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, onset penyakit terjadi biasanya antara empat
dan delapan hari, tetapi dapat berkisar dari dua sampai 12 hari. CHIKV infeksi (baik
klinis atau diam) diperkirakan memberikan kekebalan seumur hidup. Penyakit ini

merupakan penyakit epidemik yang timbul dalam jangka waktu 7-8 tahun namun bisa
sampai 20 tahun baru timbul kembali.

2.8 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium (uji serologik
antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA)
Dilihat dari gejala yaitu mengalami demam onset akut biasanya dengan menggigil yang
berlangsung selama 3 - 5 hari dengan beberapa nyeri sendi yang dapat berlanjut selama
beberapa minggu hingga bulan.
Berbagai pemeriksaan laboratorium tersedia untuk membantu menegakkan diagnosis,
seperti
a. Isolasi virus dari darah
- Terdapat virus chikungunya (CHIKV) pada isolasi virus
- Isolasi virus merupakan tes definitif terbaik. Untuk pemeriksaan ini diperlukan
whole blood sebanyak 2-5 ml yang dimasukkan dalam tabung berheparin. Sampel
diambil saat minggu pertama sakit, dibawa dengan es ke laboratorium. Virus
chikungunya akan memberikan efek cytopathic terhadap berbagai dinding sel
seperti sel BHK-21, HeLa dan Vero. Efek cytopathic itu harus dikonfirmasi
b.

dengan antiserum spesifik dan hasilnya dapat diperoleh dalam 1-2 minggu.
Uji hambatan aglutinasi/HI
- Biasanya pada serum yang diambil saat hari ke-5 demam tidak ditemukan
antibodi HI, CF ataupun netralisasi.HI baru ditemukan pada serum yang diambil

saat 2 minggu atau lebih sesudah serangan panas timbul.


- Peningkatan titer antibodi 4 kali lipat pada uji hambatan aglutinasi(HI)
c. Complement fixation/CF
d. Serum netralisasi
e. Tehnik IgM capture ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
Tes serodiagnostik memperlihatkan peningkatan titer IgG CHIKV 4 kali lipat antara
serum fase akut dan konvalesen.Akan tetapi, pengambilan serum berpasangan
biasanya tidak dilakukan.Sebagai alternatif, dapat dilakukan pemeriksaan IgM
spesifik terhadap virus chikungunya pada serum fase akut bila serum berpasangan
tidak dapat dikumpulkan. Tes yang biasa digunakan adalah IgM capture ELISA
(MAC-ELISA). Hasil MAC-ELISA dapat diperoleh dalam 2-3 hari.
f. Reverse transcription polymerase chain reaction RT-PCR)

Sangat berguna dalam mendiagnosa virus chikungunya (CHIKV) dengan cepat.


Malah RT-PCR juga merupakan teknik mendeteksi m-RNA yang paling sensitif.
Dibandingkan dengan 2 teknik lain yang sering digunakan untuk menkuantifikasi mRNA level yaitu Northen blot analysis dan RNase protection assay, RT-PCR dapat
digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA level dari jumlah sampel yang kecil.
Malah kombinasi RT-PCR dan nested PCR terbukti efisien untuk deteksi spesifik dan
mengenotip CHIKV.
Diagnosis pasti adanya infeksi virus chikungunya ditegakkan bila didapatkan salah satu
hal berikut:
1. Peningkatan titer antibodi 4 kali lipat pada uji hambatan aglutinasi (HI)
2. Virus chikungunya (CHIKV) pada isolasi virus
3. IgM capture ELIS
2.9 Penatalaksanaan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Tidak didapatkan obat
yang khusus untuk virus Chikungunya. Tetapi karena sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh virus dapat disembuhkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.
Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul.
Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat self limited disease,
yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik untuk penyakit ini dan juga belum
ditemukan vaksin yang berguna sebagai tindakan preventif, pengobatan hanya bersifat
simptomatis dan supportif.
a. Terapi simptomatis
- Antipiretik-Analgetik:

paracetamol

(anak-anak,

10mg/kg/bb/kali,

dewasa

500mg/kali). Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak


-

dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet.


Non Steroid Anti Inflamasi Drug: natrium diklofenak, piroksikam, ibuprofen,

dll;
Antiemetic: dimenhidramin atau metoklopramid.
b. Terapi supportif
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang
-

bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin.
Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk
penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak

protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum
banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat
terjadi demam.
Sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik untuk penyakit ini dan juga belum
ditemukan vaksin yang berguna sebagai tindakan preventif, pengobatan hanya bersifat
simptomatis dan supportif.
2.10 Prognosis
Prognosis baik karena penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan
adanya kematian sedangkan keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Penelitian
sebelumnya pada 107 kasus infeksi Chikungunya menunjukkan 87,9% sembuh
sempurna, 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort.
2.11 Nyamuk Penular Demam Chikungunya
Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A.
africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam
Chikungunya karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak
kontak dengan manusia. A. aegyptiadalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis .
Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat tempat gelap yang lembab,
baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk
bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga,
tangki air tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong
serta salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan.
Nyamuk A.aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4 mm,
berwarna hitam dengan hiasan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna
putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan, nyamuk jantan tidak menggigit
manusia, ia makan buah.Hanya nyamuk betina yang menggigit, yang diperlukan untuk
membuat telur. Telur nyamuk Aedes diletakkan induknya menyebar, berbeda dengan
nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok.Nyamuk bertelur di air bersih, telur menjadi
pupa beberapa minggu. Nyamuk Aedes bila terbang hampir tidak berbunyi, sehingga
manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya.Menyerang dari bawah atau dari
belakang,terbang sangat cepat.Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam

kekeringan (dapat > 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur;nyamuk dapat
bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor
chikungunya (CHIK) virus alphavirus, beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus
namun sebagian susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromoson, Vektor
chikungunya di asia adalah aedes aegypti, aedes albopictus.
a. Tempat Perindukan (Breeding Place)
Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air didalam dan diluar
sekitar rumah. Nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak di genangan air yang
langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk aedes
aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti drum,
tengki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain.
2. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung,
vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik
dan lain-lain).
3. Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung
kelapa, talang penampungan air hujan.
b. Kebiasaan Menggigit (Feeding Habit)
Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai darah manusia daripada binatang
(antropofilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh
nyamuk jantan sehingga menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan
biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus gonotropik.
Nyamuk ini aktif pada siang hari dan menggigit di dalam dan diluar
rumah.Mempunyai dua puncak aktifitas dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari
dan petang hari yaitu antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.
c. Tempat Istirahat (Resting Place)
Tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat selama menunggu bertelur adalah
tempat yang gelap, lembab dan sedikit angin. Nyamuk aedes aegypti biasanya
hinggap didalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian.
d. Jarak Terbang (Flight Habit)
Pergerakan nyamuk aedes aegypti dari tempat perindukan ketempat mencari mangsa
dan tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk aedes aegypti betina
adalah rata-rata 40-100 m. Namun secara pasif karena angin dapat terbang sejauh 2
km.
e. Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk aedes aegypti mengalami metamorfosa sempurna dengan tahap
telur, larva,pupa dan dewasa.
1. Telur
Nyamuk aedes aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding
vertikal bagian dalam tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari
cahaya matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air didalam
rumah dan dekat. Telur aedes aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon, telur
diletakkan satu persatu di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi didalam
rumah dan bangunan, termasuk dikamar tidur,kamar mandi, kamar kecil maupun
dapur. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam dilingkungan yang
hangat dan lembab.Begitu proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa
pengeringan yang lama (lebih dari 1 tahun).Telur akan menetas pada waktu yang
sama, kapasitas telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu
mempertahankan kelangsungan spesies selama kondisi iklim buruk.
2.

Larva
Telur yang tidak menetas karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai
membentuk larva yang dilapisi kista dapat bertahan lebih dari setahun berbentuk
oval dan berwarna putih.Larva aedes aegypti menempel dipermukaan dinding
vartikel sampai pada waktu menetas. Perkembangan larva tergantung pada suhu,
ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada sarang.Pada kondisi yang
optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan
nyamuk dewasa akan berlangsung sedikitnya selama 7 hari termasuk 2 hari untuk
masa menjadi pupa, sedangkan pada suhu yang rendah membutuhkan beberapa
minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa.Habitat alami larva jarang ditemukan,
tetapi dapat ditemukan di lubang pohon, pangkal daun dan tampurung kelapa.
Selain di tempat alami larva dapat juga ditemukan pada kendi air, kaleng, pot
bunga, botol, tempat penampung air terbuat dari logam dan kayu, ban. Pada
daerah yang panas dan kering, tangki air diatas, tangki penyimpanan air di tanah
dan septic tank bisa menjadi tempat habitat larva yang utama dan pada wilayah
yang persediaan airnya tidak teratur, penghuni menyimpan air untuk kegunaan

rumah tangga sehingga memperbanyak jumlah habitat yang ada untuk larva .
3. Pupa
Pupa nyamuk A. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala dada
lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda
baca koma. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat pernapasan

seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang
berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu pada
ruas perut tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya
lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar
dedengan bidang permukaan air .
4. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan disepanjang tahun di
semua kota di Indonesia sesaat setelah menjadi dewasa akan kawin dengan
nyamuk betina yang sudah dibuahi dan akan menghisap darah dalam waktu 24-36
jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur .
2.12 Gejala Demam Chikungunya
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam
diikuti dengan linu dipersendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah
timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasasakit pada tulang tulang, ada yang
menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip
dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini
dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes
aegypti.
Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis.
Secara mendadak penderitaakan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga
dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecildimulai dengan demam
mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari.
Matabiasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang
demam.Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan
sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri
sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena
rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada
umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau
sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah
dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun
kematian.
Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa
nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto,
2007). Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam

tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta
bintik bintik merah di kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam
berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok)
maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan kaki
serta persendian jari tangan dan kaki.
Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama
pasien. Keluhan sakit sendi kadang kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam
hilang . Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat
infeksi Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan,
dan selanjutnya keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4 bulan.
Dilaporkan angka 12 % yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi keluhan
sendi kronis. Untuk itu dicoba pemberian chloroquin phospat. Pernah dilaporkan terjadi
kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya (Suharto, 2007).

BAB III
KESIMPULAN
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk
Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa

Swahili yang berarti yang berubah bentuk atau bungkuk, mengacu pada postur penderita
yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan
penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari.
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae.
Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya
disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. 3. Masa inkubasi dari demam
Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat
dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien.Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari.
Gejala chikungunya adalah sebgai berikut : Demam ,Sakit Persendian, Nyeri Otot,
Bercak

kemerahan

(ruam)

pada

kulit,

Sakit

Kepala,

Kejang

dan

Penularan

Kesadaran.Diagnosis demam chikungunya adalah sbb: Demam Chikungunya dikenal sebagai


flu tulang (break-bone fever) dengan gejala mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan
dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia, pembuluh darah konjungtiva tampak
nyata, dengan demam mendadak yang hanya berlangsung 2-4 hari. Pemeriksaan serum
penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi terhadap virus Chikungunya.
Pengobatan chikungunya adalah sbb: Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk
Chikungunya. Tidak didapatkan obat yang khusus untuk virus Chikungunya. Tetapi karena
sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh virus dapat disembuhkan oleh sistem
kekebalan tubuh sendiri. Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan
gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat self
limited disease, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul.
Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI), pilih
salah satu contoh dibawah ini: Parasetamol, antalgin, Natrium diklofenat, Piroxicam atau
ibuprofen.
Pencegahan penyakit chikungunya adalah sebagai berikut: Tindakan pencegahan
Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes aegypti adalah menghilangkan tempat
dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya, terutama pada tempat penyimpanan air buatan,
misalnya bak mandi, kolam ikan, ban mobil atau kaleng dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym

2013.

World

Health

Organization.

Chikungunya.

Akses

di

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs327/en/. Pada tanggal 10 April


2015.

Anonym . 2012. Chikungunya. Akses di http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2012/


chapter \-3-infectious-diseases related-to-travel/chikungunya.htm. Pada tanggal
10 April.
Judarwanto,
W.

2007.

Penatalaksanaan

Demam

Cikungunya.

htpp://www.childrenfamily.com. Diakses pada tanggal 10 April 2015.


Mahendradas et al. Journal of Ophthalmic Inflammation and Infection Chikungunya
2013, 3:35. http://www.joii-journal.com/content/3/1/35. Diakses pada tanggal 10
April 2015.
Sam, I.C., MRCpath, Bakar S.A. 2006.Chikungunya Virus Infection. Medical Journal of
Malaysia, Volume 61, Issue No. 2.
Wibowo. 2010. Suplemen Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume XX:
Sejarah chikungunya di Indonesia.
WHO. Guide lines on Clinical Management on Chikungunya Fever. 2008. Widodo, ulvi
H. Rapid Detection of chikungunya Virus by PCR, USU Repository 2006.

Anda mungkin juga menyukai