Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. DEFINISI
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara
sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan
aturan, mengajarkan nilai/ norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta
menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya.
(Theresia, 2009)
Sedangkan pola asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai dengan
ajaran agama yang berarti memahami anak dari berbagai aspek, dan memahami anak
dengan memberikan pola asuh yang baik, menjaga anak yatim, menerima, memberi
perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik- baiknya. (QS Al
Baqoroh: 220)
Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan
oleh orang tua kepada anaknya. Strategi, cara dan bentuk pendidikan yang dilakukan
orang tua kepada anak-anaknya sudah tentu dilandasi dengan harapan orang tua.
Diharapkan pendidikan yang diberikan orangtua membuat anak mampu bertahan hidup
sesuai alam dan lingkungannya dengan cara menumbuhkan potensi- potensi yang berupa
kekuatan batin, fikiran dan kekuatan jasmani pada diri setiap anak. (Anto, dkk.1998)
Menurut Baumrind (1975), pola asuh pada prinsipnya merupakan parental control. Hal
senada juga dikemukakan oleh Kohn (1971) yang menyatakan bahwa pola asuh
merupakan cara orang tua berinteraksi dengan anaknya meliputi; pemberian aturan,
hadiah, hukuman, dan pemberian perhatian, serta tanggapan terhadap perilaku anak.
Berdasarkan dari pendapat di atas maka pola asuh dapat didefinisikan sebagai upaya
pemeliharaan seorang anak, yakni bagaimana orangtua memperlakukan, mendidik
membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak, yang meliputi cara orangtua
memberikan peraturan hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma- norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.
Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan orang tua pada anak dan
bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak
baik dari segi negatif maupun positifnya. Berhasil tidaknya orang tua membentuk tingkah
laku anak sangat bergantung kepada bagaimana pola asuh orang tua yang dirasakan anak
itu sendiri.
B. TIPE POLA ASUH ORANG TUA
Baumrind (1989), mengemukakan tiga pola asuh orang tua, yaitu :
a. Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak yang harus dituruti biasanya
disertai dengan ancaman- ancaman, anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang
tua, pengontrolan orang tua terhadap sikap anak sangat ketat, hampir tidak pernah
memberikan pujian, sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi
standar yang ditetapkan orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi dan orang tua
memaksa anak untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Pola asuh ini ditandai dengan
adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua, bila aturan-aturan ini dilanggar, orang tua
akan menghukum anak dengan hukuman yang biasanya bersifat fisik. Tapi bila anak
patuh maka orang tua tidak memberikan hadiah karena sudah dianggap sewajarnya bila
anak menuruti kehendak orang tua. Perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak
bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan
yang diberikan oleh orang tua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan
alasan dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang keinginan anak. Pola asuh
otoriter dapat berdampak buruk pada anak, yaitu anak merasa tidak bahagia, ketakutan,
tidak terlatih untuk berinisiatif (kurang berinisiatif), selalu tegang, cenderung ragu, tidak
mampu menyelesaikan masalah, kemampuan komunikasinya buruk serta mudah gugup,
akibat seringnya mendapat hukuman dari orang tua. Dengan pola asuh seperti ini, anak
diharuskan untuk berdisiplin karena semua keputusan dan peraturan ada di tangan orang
tua.
Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum, tidak mengenal
kompromi dan komunikasi biasanya satu arah, tidak memerlukan umpan balik dari
anaknya.
Profil yang dibentuk dari pola asuh orang tua Otoriter ini adalah :
Penakut.
Gemar menentang
Tertutup.
Tidak berinisiatif
Mudah terpengaruh
Mudah stress
Tidak bersahabat
fisik yang diberikan jika terbukti anak secara sadar menolak melakukan apa yang telah
disetujui bersama, jadi bersifat edukatif.
Orang tua tipe ini bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang
berlebihan atas kemampuan anak, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan. Pendekatan kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh demokratik ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan
anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi kebebasan
untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya serta belajar untuk dapat
menanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan
pertimbangan terhadap aktivitas anak. Dengan pola asuhan ini, anak akan mampu
mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima
oleh masyarakat. Hal ini akan mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri,
bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang
dengan
baik
karena
orang
tua
selalu
merangsang
anaknya
untuk
mampu
berinisiatif.Menurut Shochib (dalam Yuniyati, 2003), orang tua menerapkan pola asuh
demokratis dengan banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat
keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk
memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman
badan untuk mengembangkan disiplin. Pola asuh authoritative dihubungkan dengan
tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan
pengembangan kognitif.
Profil yang dibentuk dari pola asuh orang tua authoritative (demokratis) ini adalah :
Bersikap bersahabat
Bersikap sopan
Mandiri
Suka memberontak
Suka mendominasi
Prestasinya rendah
Tidak patuh
Manja
Moody
Impulsive dan agresif
Kurang bertanggung jawab
Tidak mau mengalah,
Self Esteem (harga diri) yang rendah,
Sering Membolos
Tidak punya control diri yang baik.
Kemampuan sosialnya buruk
Merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya.
Tipe pola asuh menurut Hoffman, 1970 (dalam Garliah, 2003) terdiri dari tiga tipe yaitu :
a. Induction (Pola Asuh Bina Kasih)
Adalah suatu teknik disiplin dimana orang tua memberi penjelasan atau alasan
mengapa anak harus mengubah perilakunya. Pada tipe pola asuh seperti ini dijumpai
perilaku orang tua yang directive dan supportive tinggi.
b. Power Assertion (Pola Asuh Unjuk Rasa)
Adalah perilaku orang tua tertentu yang menghasilkan tekanan-tekanan eksternal
pada anak agar mereka berperilaku sesuai dengan keinginan orang tua. Pada tipe pola
asuh ini dijumpai perilaku orang tua yang directive nya tinggi dan supportive rendah.
c. Love withdrawal (pola asuh lepas kasih)
Adalah pernyataan-pernyataan non fisik dari rasa dan sikap tidak setuju orang tua
terhadap perilaku anak dengan implikasi tidak diberikannya lagi kasih saying sampai
anak merubah perilakunya. Pada tipe pola asuh ini dijumpai perilaku orang tua yang
directive dan supportive rendah.