DISUSUN OLEH :
LOLY SUBHIATY DRUS
(F1F1 12 077)
(F1F1 12 079)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah bahan yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis
atau biokimia dalam tubuh. Mereka mungkin berupa senyawa tunggal atau
campuran, dan efek mereka mungkin bermanfaat atau berbahaya. Obat dapat
memicu suatu system dan menghasilkan efek, dapat menekan suatu sistem,
atau tidak berinteraksi secara langsung dengan suatu system tetapi dapat
memodulasi efek dari obat lain. Untuk dapat menghasilkan efek, obat harus
melwati serangkaian proses yang menentukan yaitu absorbsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi. Namun yang terpenting adalah bahwa obat harus
dapat mencapai tempat aksinya.
Ada beberapa tempat yang bisa menjadi target aksi obat yaitu kanal
ion, enzim suatu transporter (carrier atau protein pembawa), atau pada reseptor.
Enzim itu sendiri merupakan suatu protein yang berperan sebagai katalisator
berbagai reaksi kimia dan biokimia dalam tubuh. Dalam makalah ini akan
dibahas secara lanjut mengenai enzim sebagai target aksi obat
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
C. Tujuan
1.
2.
3.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Enzim
Enzim adalah protein yang memiliki aktivitas katalisis, yaitu
mempercepat reaksi kimia pada system biologi. Suatu enzim tidak
mempengaruhi konstanta ekuilibrium reaksi yang dikatalisisnya, tetapi
menurumnkan ambang energy yang dibutuhkan sehingga reaksi bisa bekerja
dengan lebih mudah.
Aksi obat pada enzim diperantarai oleh sedikitnya dua mekanisme,
yaitu :
a. Molekul obat bertindak menjadi substrat analog yang beraksi sebagai
inhibitor kompetitif bagi enzim
b. Molekul obat bertindak sebagai sustrat yang salah atau palsu (false
substrate), sehingga molekul obat mengalami transformasi kimia oleh
enzim, tetapi membentuk produk yang abnormal (yang tidak diharapkan).
Hal ini membuat jalur metabolic terganggu atau berubah.
B. Cara Kerja Enzim
Substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat
untuk dapat bekerja terhadap suatu zat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian
enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substrat dengan
enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian
enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai
bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian
aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila
substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung
pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi
terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap enzim mempunyai
kekhasan terhadap substrat tertentu.
Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan
terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang
aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang
diinginkan telah terjadi.
Ada 2 teori yang mengungkapkan cara kerja enzim yaitu:
1. Teori kunci dan anak kunci (Lock and key)
Teori ini dikemukakan oleh Emil Fisher yang menyatakan kerja
enzim seperti
kunci dan anak kunci, melalui hidrolisis senyawa gula dengan enzim
invertase, sebagai berikut:
a. Enzim memiliki sisi aktivasi, tempat melekat substrat
b. hubungan antara enzim dan substrat terjadi pada sisi aktivasi
c. Hubungan antara enzim dan substrat membentuk ikatan yang lemah
d.
1. Suhu
Reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat seiring dengan
kenaikan suhu 0 - 35 derajad celcius. Secara umum kenaikan 10 derajad
celcius maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipatnya dalam batas suhu
yang wajar. Suhu ideal kerja enzim adalah 30 40oC, dengan suhu
optimum 36 oC. Dibawah atau diatas suhu tersebut kerja enzim lemah
bahkan mengalami kerusakan. Enzim akan menggumpal (denaturasi) dan
hilang kemampuan katalisisnya jika dipanaskan
2. Logam berat
Logam berat seperti Ag, Zn, Cu, Pb dan Cd, menyebabkan enzim menjadi
tidak aktif.
1. Logam
Aktivitas enzim meningkat jika bereaksi dengan ion logam jenis Mg, Mn,
Ca, dan Fe.
3.
pH
Enzim bekerja pada pH tertentu, enzim hanya dapat bekerja pada pH
yang ideal. Enzim Ptialin hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim
pepsin bekerja pada pH asam sedangkan enzim tripsin bekerja pada pH
basa.
4. Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan
untuk suatu reaksi semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam
keadaan konstan. Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat
kerja enzim, tapi jika kerja enzim telah mencapai titik maksimal, maka
kerja enzim berikutnya akan konstans.
5. Faktor Internal (Faktor dalam)
Vitamin dan hormon berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim.
-
sehingga menghambat
trimetropim
bereaksi
secara
sinergis
menghambat
enzim
2. Substrat Palsu
Obat antikanker fluorourasil merupakan suatu contoh obat yang
beraksi sebagai substrat palsu. Pada proses normal , urasil dalam 2deoksiuridilat ( DUMP) diubah menjadi 2-deoksitimidilat ( DTMP)
melalui enzim timidilat sintetase. Timidilat tersebut digunakan dalam
proses sintesis purine atau sintesis DNA sel. Pada pemberian fluorourasil,
senyawa ini kan mengalami transformasi kimia untuk membentuk produk
abnormal yang mengganti jalur metabolisme yang normal. Fluorourasil
mengganti urasil sebagai intermediet pada biosintesis purine. Dalam
tubuh fluorourasil diubah menjadi fluorodeoksiuridin monofosfat
( FDUMP), dapat berinteraksi dengan timifilat sintetase namun tidak
mngahasilkan DTMP. Hal ini mengakibatkan penghambatan sintesis DNA
dan pada akhirnya pembelahan sel terhenti.
Contoh lain adalah metildopa suatu obat antihipertensi golongan
central blockers. Peningkatan tekanan darah salah satunya dipacu oleh
aktivitas syaraf simpatik pada organ kardiovaskuler dengan melibatkan
noradrenalin ( NA). Dalam sistem syaraf simpatik , NA dibentuk dari
dopamin oleh enzim dopamin b-hidroksilase. Dopamin sendiri dibentuk
dari dopa oleh enzim dopa dekarboksiloase. Pada pemberian metildopa,
senyawa tersebut dapat berinteraksi dengan enzim tersebut sehingga tidak
terbentuk noradrenalin namun membentuk metil-noradrenalin. Metilnoradrenalin merupakan agonis Alfa 2 adrenergik. Aktifitas pada reseptor
alfa adrenergik menyebabkan penghambatan pelepasan noradrenalin dari
sistem syaraf simpatik.
Haemostatis
Regulasi ginjal
b. Melindungi substrat
- MAO-bloker (fenelzin dan tranylypropimin)
Obat ini menghambat enzim mono-amin-oksidase (MAO) yang
menguraikan zat-zat monoamin(adrenalin, serotonin, dopamin) tidak
diuraikan lagi dan kadar plasmanya naik.
antidepresiva.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu
1. - blocker karena obat ini memblok atau menghentikan rangsangan pada
reseptor (adrenoseptor).
2. - blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja jantung melalui
pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan tekanan darah.
3. - blocker dibagi dua yaitu - blocker positif contohnya atenolol,
metoprolol, acebutol dan carteolol dan blocker non-selektif contohnya
Labelol, nadolol, timolol, propranolol dan pindol
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Baxter, Karen., 2008, Stockleys Drug Interactions Eight Edition, Pharmaceutical
Press, Great Britain.
Brunner dan Suddarth, 2002, Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
EGC, Jakarta.
Cahyono, Suharjo B., 2008, Gaya Hidup dan Penyakit Modern, Kanisius,
Yogyakarta.
Gitawati, Retno., 2008, Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya, Media Litbang
Kesehatan, Vol. VIII, No. 4.
Rahmiati, Siti., dan Woro Supadmi, 2012, Kajian Interaksi Obat Antihipertensi
pada Pasien Hemodialisis di Bangsal Rawat Inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode Tahun 2010, Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, Vol. 2, No. 1.
Tjay, Tan Hoan., dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Edisi VI, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.