Keberagamaan
Zuly Qodir
Kompas, 02 September 2014
Akan tetapi, suatu hal yang juga harus diingat adalah kehadiran dunia
sekuler akan melahirkan yang dinamakan profesionalisasi dalam hal
pemerintahan, politik, pekerjaan, kedisiplinan, serta hal-hal yang bersifat
teknis yang lain menjadi berkembang. Semua itu memberikan gambaran
bahwa sumber daya nalar manusia selalu mengimajinasikan hal yang baru
(Stolow, 2010).
Religiositas habitus
Perkembangan media telekomunikasi, seperti internet, Twitter, dan
Facebook, juga turut memberikan warna atas pertumbuhan Islam
Indonesia yang semakin variatif. Kemunculan Islam selebritas, misalnya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari kehadiran ber-Islam sebagai
fashion, bukan sekadar beragama secara saleh, melainkan beragama
sekaligus fashionable atas perkembangan dunia modeling yang sekarang
tidak tertolakkan kehadirannya.
Saat ini banyak muslimah berusaha dapat tampil secara maksimal sesuai
dengan fashion yang sedang berkembang (sedang populer), tetapi
sekaligus hadir sebagai seorang muslimah yang tampak saleh dalam
berpakaian, berkerudung, berjilbab, dan berkendaraan. Inilah suatu
model Islam fashionable yang sedang ditawarkan Muslim kelas menengah
sebagai bagian dari Muslim gaya baru.
Kita dengan mudah mendapatkan berbagai macam agen biro perjalanan
yang menawarkan ibadah haji dan umrah di kalangan kelas menengah
Muslim perkotaan dan orang kaya baru yang hadir di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, Muslim kelas menengah perkotaankarena telah mapan
secara keuangan, sebagian belum berkeluargapun beramai-ramai
menjalankan ibadah umrah yang biayanya tidak kurang dari Rp 25 juta
dengan tawaran beragam fasilitas yang menyenangkan. Sebutlah seperti
hotel bintang empat, perjalanan yang menyenangkan ke lokasi-lokasi
(bersejarah) di Timur Tengah dan Eropa, sekaligus mendapatkan
bimbingan dari seorang pemimpin rombongan yang populer.
Semua itu bukan sekadar persoalan ibadah dan bermunajat kepada
Tuhan. Lebih dari itu, dalam perspektif sosiologi kontemporer dan
sosiologi kritis adalah bagian dari pembentukan citra identitas diri yang
berlatar belakang sosial keagamaan.