Anda di halaman 1dari 5

Bab I

Abstrak
Krisis energi yang terjadi saat ini di seluruh belahan dunia telah memasuki tahapan yang
serius. Sumber daya alam yang sekarang digunakan sudah menipis dan membutuhkan waktu
yang lama untuk diperbarui, sehingga manusia selalu berupaya mencari energi pengganti.
Salah satu energi pengganti tersebut dapat diperoleh dari hal-hal yang dianggap tidak
menjanjikan, seperti rumput laut Eucheuma cottonii. Di Indonesia, keberadaan rumput laut
tersebut yang melimpah menjadikan salah satu subjek sebagai pengganti sumber energi yang
menipis.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan variasi rasio limbah cottonii dengan yeast pada
proses fermentasi dengan variasi waktu fermentasi dan variasi delignifikasi untuk mencari
perbandingan kadar kemurnian etanol, volume etanol dan laju fermentasi dengannn
menggunakan alat ukur yang bernama vinometer.Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan
metode diatas diperoleh hasil sebagai berikut: Pada delignifikasi NaOH 15% dan dengan
perbandingan (1:0,006) untuk limbah cottonii dan ragi diperoleh kadar kemurnian, volume
etanol dan laju fermentasi terbaik, dimana kadar tertinggi etanol tertinggi didapat dari
perlakuan secara biologi yaitu sebesar15,5% dan secara fisika sebesar 14,8% pada hari ke 6
fermentasi begitu juga dengan volume etanol yang dihasilkan lebih tinggi dimana volume
maksimal yang mampu dihasilkan adalah 245ml pada perlakuan biologi dan 234ml pada
perlakuan fisika pada hari ke 9 fermentasi. Sementara itu laju fermentasi tertinggi yang
mampu dihasilkan adalah sebesar 0,058 kg/hari pada perlakuan fisika, dan 0,063 kg/hari pada
perlakuan biologi pada hari ke 3 fermentasi sehingga secara keseluruhan kadar kemurnian
etanol dan laju fermentasi yang dihasilkan dengan treatment secara biologi memberikan hasil
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan treatment secara fisika.

Page 1 | 5

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan lebih dari 70% permukaannya didominasi oleh
lautan. Bahan alam dari Laut dan sungai banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan, industri
kesahatan dan lingkungan yang umumnya bersumberdari organisme hayati. Banyak senyawa
aktif yang diisolasi dari bahan alam bahari seringkali dapat menimbulkan efek mencolok
terhadap organisme lain dalam masayarakat organisme bahari, sangat menarik. Senyawa aktif
tersebut merupakan bioaktif maupun toksin (Soediro, 1998).
Eucheuma cottonii diketahui sebagai alga merah (Rhodophyceae) yang ditemukan di bawah
air surut rata-rata. Alga ini mempunyai talus (batang) yang keras, silindris dan berdaging
(Romimohtarto dan Juwana, 1990. Sejak 2700 SM, Eucheuma cottonii telah digunakan
bangsa Cina sebagai bahan sayuran, obat-obatan dan kosmetik, sedangkan di Indonesia,
digunakan sebagai bahan sayuran dan obat-obatan ( Indriani dan Suminarsih, 2003). Menurut
penelitian Eucheuma cottonii memiliki kandungan kimia karagenan dan senyawa fenol,
terutama flavonoid (Suptijah, 2003). Karagenan, senyawa polisakarida yang dihasilkan dari
beberapa jenis alga merah memiliki sifat antimikroba, antiinflamasi, antipeiretik,
antikoagulan dan aktivitas biologis lainnya. Dimana telah diteliti aktivitas antibakteri pada
karagenan yang dihasilkan oelh alge merah jenis Condrus crispus. Selain karagenan yang
merupakan senyawa metabolit primer rumput laut tersebut diperkirakan senyawa metabolit
sekundernya juga dapat menghasilkan aktivitas antibakteri (Shanmugam & Mody, 2002).
Saat ini, Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas 11.00 ha,
tetapi pengembangannya baru memanfaatkan hanya 20% dari luas area potensial (222.180
ha). Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton dan
meningkat menjadi 1.079.850 tin pada tahun 2006. Angka ini merupakan angka yang cukup
signifikan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Dalam program revitalisasi
budidaya perikanan, sasaran produksi rumput laut pada tahun 2009 adalah sebesar 1.900.000
ha.

Page 2 | 5

PEMROSESAN
Proses produksi bioetanol dengan subtrat Eucheuma dapat dibagi dalam dua tahap, yaitu
hidrolisis dan fermentasi. Hidrolisis dilakukan hingga diperoleh hidrolisat yang selanjutnya
difermentasi. Kedua proses ini melibatkan mikroorganisme dalam pengerjaanya.
Pada tahap persiapan, Eucheuma dicuci kemudian dikeringkan dengan oven selama 60-700C
sehingga kadar maksimal 10%. Substrat kemudian dihaluskan dengan blender, lalu disaring.
Kemudian, substrat yang sudah berbentuk serbuk halus disimpan di dalam wadah kedap
udara.
Selanjutnya, subtrat dihidrolisis bertujuan untuk mendapatkan glukosa. Hidrolisat yang
diperoleh akan diukur jumlah gula pereduksinya dengan menggunakan metode Somogyi
Nelson. Hidrolisat diambil setiap 24 jam selama 4 kali. Selain itu, untuk mendapatkan
konsentrasi substrat optimum saat hidrolisis, dilakukan oercobaan dengan memvariasikan
konsentrasi substrat.
Kemudian, hidroliast yang telah dijetahui kadar gulanya terebut di fermentasi dengan
menggunakan sel Saccaromyces cerevisiae. Proses fermentasi tersbut dapat dilakukan dengan
memvariasikan waktu, pH media, dan uji pengulangan. Cairan hasil fermentasi tersebut
diukur konsentrasi etanolnya dengan menggunakan sentrifuge tertutup dan menghasilkan
supernatannya. Supernatan ini dibandingkan dengan larutan standar etanol.

Page 3 | 5

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memanfaatkan subtrat selulosa pada mikroalga
genus Eucheuma sebagai sumber etanol. Hidrolisis substrat selulosa dilakukan oleh
mikroorganisme penghasil enzim selulase yang dapat memecah selulosa menjadi glukosa.
Proses selanjutnya adalah fermentasi.

Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini untuk menyebarkan informasi tentang sumber daya alam
Indonesia dan juga untuk memberikan suatu pandangan tentang betapa banyaknya potensi
yang dimiliki oleh negara kita sehingga dengan adanya potensi yang berlimpah ini
diharapkan kita mampu memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang kita miliki ini.

Page 4 | 5

Bab II
Pembahasan

Page 5 | 5

Anda mungkin juga menyukai