Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Antena dan
Propagasi
Rambatan Pengganti
Antena
Fakultas
Teknik

Program
Studi

Teknik Elektro

Tatap
Muka

08

Kode MK

Disusun Oleh

14041

Fahraini Bacharuddin ST, MT.

MODUL 8

RAMBATAN PENGGANTI ANTENA


8.1

Pendahuluan
Dalam sistem radio, gelombang elektromagnetik bergerak dari pemancar ke
penerima melalui angkasa dan antena diperlukan pada kedua ujungnya yang
bertujuan menghubungkan pemancar dan penerima dengan lintasan yang ada
di angkasa. Beberapa karakteristik penting yang diberikan oleh antenna adalah
sama untuk fungsi pemancar dan penerima, dan antenna yang sama sering
digunakan keduanya.
Antena biasa dibentuk dari bahan penghantar seperti contohnya pada antenna
TV domestik biasa. Pada frekuensi microwave aperture (celah) antenna
disambungkan dengan waveguide. Dengan demikian antenna dapat juga
disebut dengan aperture antenna. Sebuah antenna horn merupakan salah satu
contoh antenna aperture. Antena juga dapat diklasifikasikan sebagai antenna
resonant yang mana keberadaan distribusi arus sebagai sebuah bentuk
standing wave (gelombang berdiri), dan antenna nonresonant yang mana
distribusi arusnya yang sebagai gelombang berjalan. Lagipula, antenna Tv
biasa merupakan salah satu contoh antenna resonansi yang biasanya
memotong pada setengah panjang gelombang yang memberikannya properti
resonansi. Antena non resonasi digunakan sebagian besar untuk jaringan
komunikasi short wave.
Jenis struktur yang digunakan pada antena banyak jenisnya dan bervariasi
yang mulai dari yang sederhana dengan panjang kabel yang digantungkan di
atas ground yang digunakan pada frekeunsi VLF yakni pada broadcasting,
atau dari yang tidak kelihatan secara signifikan seperti pada antenna lensa
pada peralatan radar polisi untuk trafik hingga pada antenna berbentuk piring
parabola yang besar hingga teleskop radio pada ahli astronomi.

8.2 Sistem Antena dalam rangkaian elektronik

201
3

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pada rangkaian komunikasi radio, antena pemancar disambungkan dengan


antena penerima melalui gelombang elektromagnetik. Penyusunannya agak
mirip dengan transformator yang disambungkan, kecuali bahwa dengan antena
dimana

penyambungannya

elektromagnetik

dlibatkan

sangat
dibandingkan

lemah/kurang
dengan

dan

gelombang

medan

magnetnya

sebagaimana pada kasus transformator. Lagipula, waktu propagasi yang


terbatas diperlukan untuk gelombang untuk bergerak dari antenna pemancar
ke antenna penerima dapat menjadi signifikan. Sistem kopling antenna dapat
digambarkan sebagai sebuah jaringan terminal empat sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar 8.1a. Penggambaran jaringan ini berguna karena ini
memungkinkan teorema jaringan untuk diaplikasikan dalam hal ini seperti pada
rangkaian listrik..

201
3

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gambar 8.1(a) Kopling antenna sebagai jaringan terminal empat,


(b) Rangkaian ekivalen utnuk antenna pemancar,
(c) Rangkaian ekivalen untuk antenna penerima

Gambar 8.1a menunjukkan antena 1 sedang memancarkan. Arus inputnya


adalah I1 dan tegangan input adalah V1. Dengan demikian impedansi antena
untuk pentransmisiannya adalah

Z A=

V1
I1

(8.1)
Untuk memudahkan, terminal antena ditunjukkan, Pada kasus dari sebuah
antenna aperture disuplai dari sebuah waveguide, terminal tentunya tidak
berada hal ini, tetapi impedansi masih dapat diukur yang berhubungan dengan
koefisien refleksi, seperti yang ditunjukkan pada rumus berikut:

Z A =Z o

1+ A
1 A .

(8.2)
Di sini, Zo merupakan impedansi dari gelombang waveguide dan persamaan
yang sama dapat digunakan pada saluran transmisi, dengan Zo merupakan
impedansi karakteristik dari saluran.
Untuk mencari impedansi antenna 1 pada penerima, teorema thevenin dapat
digunakan dan tegangan ekivalen thevenin sumber ditemukan. Tegangan
thevenin merupakan tegangan open circuit pada terminal antena pertama
ketika antena pertama ditransmisikan. Impedansi thevenin diperoleh dengan
mengshort sumber emf pada antenna 2, mengaplikasikan sebuah tegangan
pada terminal antenna 1 dan mengukur arus yang dihasilkan. Impedansi
thevenin kemudian merupakan perbandingan tegangan ini dengan arus.

201
3

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sekarang, asumsikan bahwa kopling antara antenna merupakan cukup


kurang/rendah yang short circuit antenna 2 tidak mempunyai pengaruh pada
tegangan pada antenna 1, kemudian perbandingan tegangan terhadap arus
pada terminal antenna 1 pada kasus ini akan sama pada 8.1. Impedansi
antenna dengan demikian merupakan sama untuk pemancar dan penerima.
Rangkaian ekivalen untuk pemancar ditunjukkan pada gambar 8.1b, dan
bahwa untuk penerima yang ditunjukkan pada 8.1c. PAda gambar b, pemancar
ditunjukkan sebagai sebuah tegangan sumber ekivalen yang memnerikan
sumber pada impedansi antenna Za, dan pada gambar c, antenna
digambarkan oleh rangkaian thevenin tegangan sumber ekivalen ,memberikan
pada impedansi beban penerima ZR. Hubungan antara antenna dan perangkat
pemancar dan penerima akan atas pertolongan atas saluran feeder atau
guide,.
Sebuah teorema jaringan yang disebut dengan teorema reciprocity juga dapat
digunakan pada system antenna yang ditunjukkan pada gambar 8.1a. Teorema
ini menyatakan, pada pokoknya bahwa jika sebuah emf E diaplikasikan pada
terminal antenna 1 memberikan kenaikan pada arus terminal I pada antenna 2,
kemudian penggunaan E pada terminal antenna 2 akan memberikan kenaikan
arus I pada terminal antenna 1. Sekarang ini dikenal bahwa semua antenna yg
secara praktis merupakan directive yakni mereka memancarkan lebih baik
pada beberapa arah dibanding yang lain dan menerima lebih baik dari
beberapa arah dibanding yang lain. Sebuah konsekuensi dari teorema timbal
balik (reciprocity) merupakan

bahwa bentuk arah untuk antenna yang

diberikan akan sama pada operasi penerima pada pemancar dan penerima.
Impedansi antenna ZA merupakan suatu besaran kompleks :

Z A =R A + j X A ..
(8.3)

201
3

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Bagian Reaktif XA menghasilkan dari bagian reaktif disekitar antenna,


Sebagaimana dengan berbagai reaktansi, energy disimpan pada medan ini
dan dikembalikan ke sumber. Kemanapun mungkin, reaktansi akan menjadi
tidak sesuai, sehingga antenna menghasilkan beban resistif secara murni
terhadap saluran transmisi. Bagian resistive RA diberikan dari :

R A =Rloss + Rrad (8.4)

Resistansi

Rrad

merupakan suatu resistansi fiktif yang diistilahkan radiation

resistance, yang mana jika ini dibawa pada arus rms

terminal

sebagai

antenna, pada transmisi akan mengalami disipasi (penghamburan) sebesar


sama dengan power yag diradiasikan. Sejumlah power tertentu akan
mengalami

disipasi

sebagaimana pada
Resistansi

Rloss

pada

Rloss , jika membawa arus yang sama

Rrad ,memberikan power yang hilang dengan cara ini.


kemudian menunjukkan loss pada antenna. Konsep loss

pada resistansi dan resistansi yang dipancarkan merupakan hal yang penting
pada antenna wired, yang mana arus terminal lebih mudah diidentifikasi dan
resistansi yang loss merupakan sebahagian besar resistansi pada antenna
kabel. Untuk jenis antenna ini, jika I merupakan nilai rms arus terminal.
Kemudian total power yang disuplai ke antenna adalah

yang diradiasikan adalah

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

dan power

I 2 Rrad . Efesiensi antenna kemudian akan menjadi

201
3

I2 R A

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

A=

I 2 . Rrad Rrad
=
R A .
I2 . R A

(8.5)
Pada bagian penerima, efesiensi didefenisikan sebagai perbandingan power
yang yang disalurkan ke sebuah beban matching dari antenna sebenarnya
terhadap power yang disalurkan ke beban matching yang berasal dari antenna
dengan

Rloss

diasumsikan sama dengan nol. Dengan menggunakan

teorema transfer power maksimum ke rangkaian antenna penerima pada


gambar 8.1c, untuk antenna sebenarnya maksimum power adalah

, dan untuk antenna lossless yakni

V 2S /4 R A

V 2S /4 Rrad . Dengan demikian efesiensi

penerimaan juga sudah diberikan pada persamaan 8.5.


Antena matching ke saluran feeder sangat penting untuk mengeleminasi
gelombang pantul dan memperoleh transfer power yang maksimum,. Pada
umumnya jaringan matching harus menyediakan reflectionness matching dan
matching untuk transfer power maksimum. Jaringan matching didesain untuk
memenuhi satu dari kondisi ini secara otomatis memenuhi kondisi lain. Dengan
demikian, sebagaimana yang ditunujukkan pada gambar 8.2a, impedansi
Nampak melihat ke dalam jaringan pada bagian feeder yakni Zo. Dan pada
bagian antenna

Z A

dimana

Z A =R A j X A

merupakan hubungan

kompleks ZA. Ini diperlukan untuk transfer power maksimum.

201
3

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gambar 8.2 (a) Impedansi terminal jaringan matching


(b)Rangkaian yang memenuhi transformasi impedansi
secara umum
Pada

pengaruhnya,

rangkaian

matching

mengarahkan

antenna

untuk

resonansi dan transformasi bagian resistif ke Zo dan dengan demikian dapat


digambarkan dnegan penyusunan secara general yang ditunjukkan pada
gambar 8.2b. Bekerja dari antenna ke saluran transmisi, reaktansi
yang tidak senada dengan komponen

j XA

j XA

dari impedansi antenna, dan

transformantor mentransform komponen RA yang masih ada ke Zo. Sekarang,


asumsikan bahwa saluran transmisi dimatching pada ujungnya, jaringan
matching memenuhi sebuah impedansi Zo, dan bekerja dari saluran ke
antenna, transformator mentransfer Zo ini balik ke
elemen

201
3

j XA

RA .

R A ini seri dengan

dan dengan demikian impedansi output adalah

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

RA j X A

, atau

Z A , sebagaimana diperlukan untuk transfer power maksimum ke

ZA .
Feeder antenna seharusnya matching pada kedua ujung baik pada pemancar
maupun pada penerima sebagaimana ditunjukkan pada gambar 8.3. Ini
menyediakan transfer power maksimum dari pemancar ke penerima. Ini juga
menyediakan reflectionness matching pada saluran, yang menghindari
beberapa pantulan yang terjadi yang seharusnya di mismatch pada akhir
antenna.

Gambar 8.3 Antena Feeder yang matching pada kedua ujungnya


Anggaplah sekarang pengaruh mismatch pada akhir antenna. Di bawah
kondisi pemancaran pemancar dan saluran muncul sebagai sebuah sumber
emf dari resistansi Zo yang disalurkan ke sebuah beban ZA sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar 8.4a. Arus yan melalui rangkaian ini adalah

Z o + Z A 2
V 2o /

dan power yang disalurkan ke Za yakni

Zo+ ZA
2
R A V o /

Power yang disalurkan di bawah kondisi matching akan menjadi


,dan dengan demikian efesiensi matching dapat diperoleh dengan :

201
3

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

V 2o /4 Z o

Zo+Z A 2 .

4 Zo
V 2o

R A V 2o
=
2

Zo+ ZA
4 R Zo
A

Gambar 8.4 Kondisi Mismatch baik pada saat memancar (a) dan
menerima (b)
Pada kondisi penerima pada gambar 8.4b, power yang disalurkan ke Zo

adalah

Zo+ ZA
2
ZoV A /

, dan power yang akan disalurkan di bawah kondisi

V 2A / 4 R A . Oleh karena itu efesiensi matching pada

matching adalah
penerima adalah

Zo+ ZA2 .

4RA
2

VA

Z o V 2A
=

201
3

10

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Zo+ ZA2
4 R Zo
A
Dengan dekmikian efesiemsi matching adalah sama pada pemancar dan
penerima. Penggunaan hubungan yang diberikan oleh persamaan 8.2 dan

kenyataan bahwa

RA=

(Z + Z )
2 A A , efesiensi matching diberikan oleh :

A2
=1

201
3

11

Antena dan Propagasi


Fahraini Bacharuddin ST, MT

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai